Anda di halaman 1dari 65

DASAR SISTEM IMUN DAN

PENYAKIT AUTOIMUN

Gita Kostania
Materi

Dasar
Sistem
Imun
• Macam-macam gangguan autoimun (definisi, etiologi,

Penyakit patofisiologi, pemeriksaan umum, pemeriksaan laboratorium


dan uji diagnostik, pengobatan, penatalaksanaan)
• Perubahan yang terjadi pada kehamilan
Autoimun • Perubahan yang terjadi pada persalinan dan pelahiran
• Perubahan yang terjadi pada masa nifas.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 2


Imunitas : Daya tahan tubuh untuk melawan penyakit 
melawan infeksi.

Semua sel dan molekul yang terlibat dalam imunitas tubuh,


merupakan suatu kesatuan fungsional disebut :
sistem imun.

Tanggap (respon) terhadap substansi asing yang masuk ke dalam


tubuh, secara kolektif disebut respon imun .

Definisi spesifik :
Imunitas adalah reaksi untuk melawan substansi asing yang masuk ke
dalam tubuh seperti mikroorganisme (bakteri, virus, parasit) &
molekul besar (protein, polisakharida). Reaksi yang terjadi meliputi
reaksi seluler dan molekul.
2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 4
Manfaat Imunologi Untuk Kesehatan / Kedokteran

1. Sistem imun dapat dimanipulasi agar fungsi sistem


imun dapat dikontrol untuk melawan penyakit.
Manipulasi sistem imun dapat dilakukan dengan:
- memanipulasi antigen asing yang masuk – vaksinasi
- memanipulasi pertemuan substansi asing dengan
sel/molekul sistem imun – imunoterapi.

Contoh : vaksinasi terhadap smallpox oleh Edward


Jenners (1758).
Observasi Jenners  pemerah susu yang menderita
smallpox setelah sembuh jarang/tidak pernah terkena
smallpox untuk kedua kalinya.
- Suntikkan cairan dari lesi cowpox ke anak umur 8 th
beberapa minggu.
- Setelah selesai, anak tersebut diinfeksi virus smallpox
 tidak sakit (kebal terhadap smallpox).

Metoda Jenners disebut vaksinasi (vaccine – dari sapi)


 metoda vaksinasi dipakai secara luas untuk mengin-
duksi imunitas terhadap bermacam-macam penyakit.
2. Reaksi imun in vitro dan in vivo dapat dimanfaatkan
untuk : diagnosis & terapi penyakit infeksi dan/atau
terpapar toksin.

Contoh : antibodi terhadap virus/bakteri dalam darah


dipakai sebagai indikator perkembangan
penyakit.

Antibodi terhadap toksin/bisa digunakan untuk


mengobati penderita terpapar toksin/bisa i.e
pasien digigit ular, dsb.
Komponen Imunitas Tubuh :

1. Innate/natural immunity
- imunitas yang sudah ada sejak fetus/dilahirkan.
- bersifat nonspesifik  imunitas nonspesifik
- berperan sebagai garis pertahanan pertama
terhadap invasi substansi asing ke dalam tubuh.

2. Acquired/adaptive immunity
- imunitas yang didapat
- bersifat spesifik  imunitas spesifik
- berkembang karena diinduksi/distimulasi oleh
intervensi substansi asing yang masuk ke dalam
tubuh.
- substansi asing yg menginduksi imunitas spesifik
disebut antigen.
Elemen/struktur yang mendukung imunitas tubuh.

Innate / natural Adaptive/acquired


immunity immunity

Resistensi Resistensi tidak Resistensi menjadi


berubah pada infeksi lebih baik pada
berikutnya infeksi
berikutnya
Soluble Lisozim, komplemen, Antibodi
factors interferon

Cells Epitel permukaan & Limfosit T


mukosa, fagosit, sel
NK
Patogen (infectious agents) bila mengintervensi tubuh
mula-mula akan berhadapan dengan elemen sistem imun
natural (innate).

Bila sistem imun natural dapat dirusak, patogen akan


berhadapan dengan sistem imun adaptif  bereaksi
secara spesifik untuk mengeliminasi & menghancurkan
patogen.

Sistem imun adaptif menghasilkan imun memory 


memberi reaksi sejenis yang lebih baik pada infeksi/
intervensi patogen yang sama berikutnya.
Elemen/Unsur Yang Terlibat Dalam Innate Immunity

1. Permukaan luar tubuh


- epidermis kulit adalah barier efektif untuk mencegah
penetrasi mikroorganisme.
- mukosa nasofaring, saluran pencernaan, saluran
pernafasan dan genitourinarius dilengkapi barier fisik
(silia) dan kimia (enzim) untuk melawan/ mengham
bat masuknya mikroorganisme.

2. Fagosit
sel yang memfagosit mikroorganisme/partikel yang
melewati epitel  sistem retikuloendotelial 
diproduksi oleh sel-sel primordia (stem cells) dalam
sumsum tulang: sel makrofag dlm jaringan
netrofil & monosit dalam darah
3. Sel NK  leukosit yg dapat mengenali perubahan-
perubahan permukaan sel yg diinfeksi virus  NK
akan berkontak (bind) dan membunuh sel terinfeksi.

4. Soluble factors
- interferon  protein diproduksi sel terinfeksi virus &
limfosit  mengaktifkan sel NK & menginduksi
resistensi sel yang berdekatan dg sel terinfeksi.
- komplemen  protein serum
aktifasi komplemen dpt menyelubungi bakteri shg
menarik (ready) utk difagosit  opsonosasi.
menyebabkan lisis membran sel bakteri 
lytic pathway
Inflamasi

Adalah reaksi respon tubuh terhadap injury (cedera) karena


invasi mikroorganisma/partikel asing atau jejas lain. Reaksi
inflamasi menyebabkan elemen sistem imun dikerahkan ke
situs infeksi

Reaksi inflamasi meliputi :


1. Peningkatan suplai darah ke tempat infeksi.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler darah karena
retraksi endotel kapiler darah  menyebabkan
molekul besar (protein serum) keluar menuju ke
tempat infeksi.
3. Leukosit terutama neutrofil dan monosit keluar dari
kapiler menuju ke situs infeksi karena chemotaksis.
Tanda-tanda inflamasi :
rubor  merah
tumor  bengkak
kalor  panas
dolor  sakit

 functio laesa (kehilangan fungsi) jaringan yang


terinfeksi.
Specific/Acquired Immunity

Imunitas yang didapat karena induksi & pemaparan


(exposure) pada substansi asing (antigen).

Sifat dasar imunitas spesifik


- menghasilkan “immune memory”  memberi respon
lebih efektif pada infeksi yang sama berikutnya 
prinsip dasar vaksinasi.
- menghasilkan respon yang fokus pada antigen yang
menginvasi tubuh dan mengeliminasinya 
meningkatkan kapasitas protektif innate immunity.
Imunitas Spesifik Diperankan Oleh 2 Sistem Imun :

1. Imunitas humoral : dibawakan oleh molekul (protein)


serum yang mengenal dan mengeliminasi antigen
bebas (tidak terikat/bukan bagian) sel  disebut
antibodi  mengikat dan bereaksi dengan antigen
secara spesifik.

2. Imunitas seluler (cell mediated immunity) : dibawakan


oleh sel  limfosit T, mengenal antigen dipermukaan
sel atau antigen nonself dan menghancurkan sel yang
mengekspresikan antigen tsb.

Antibodi dan limfosit T spesifik dapat ditransfer secara pasif ke


individu yang belum imun (naive)
 imunisasi pasif.
Respon humoral dan seluler terhadap stimulasi antigen
mempunyai ciri/sifat yang mendasar (fundamental).

1. Specificity
Respon imun adalah spesifik terhadap antigen tertentu.
Antibodi atau limfosit dapat mengenal bagian dari protein
komplex atau molekul besar lainnya. Bagian molekul yang
dikenali antibodi atau limfosit secara spesifik disebut
determinan atau epitop.

2. Diversity
Tubuh manusia mempunyai sistem imun yang berpotensi
mengenal antigen di lingkungan hidupnya.
Limfosit yang mempunyai spesifisitas thd antigen di dlm tubuh
seluruhnya disebut “lymphocyte repertoire”  diperkirakan
dapat mendeferensiasi 109 determinan.
Bila suatu limfosit terinduksi antigen  limfosit akan
berproliferasi membentuk satu klon spesifik  “clonal
selection theory”.

3. Memory
Respon imun terhadap antigen akan meningkat efektifitasnya
apabila terpapar/bertemu antigen yang sama untuk kedua kali
dan seterusnya  disebut “immunological momory” &
diperankan oleh “memory cells”.

4. Self limitation
Respon imun yang normal akan menurun dan menghilang
beberapa waktu setelah stimulasi dihentikan
5. Descrimination of self from nonself
Dapat membedakan antigen asing dari komponen
sendiri. Limfosit akan bereaksi terhadap stimulasi
antigen asing tetapi tidak memberi respon pada molekul
& komponen sendiri  toleransi imun (immune
tolerance).
Kegagalan toleransi imun pada komponen sendiri 
kelainan/penyakit autoimun  menimbulkan
konsekuensi patologi tertentu.
Organ-organ Yang Terlibat Dalam Sistem Imun

Organ-organ dalam sistem imun dibedakan menjadi 2


golongan berdasarkan fungsinya dlm sistem imun :
- organ limfoid primer (sentral).
- organ limfoid sekunder (periferal).

Limfosit imatur akan mengalami maturasi shg menjadi


matur didalam organ limfoid primer  menjadi sel
imunokompeten.

Pada mamalia organ limfoid primer adalah :


- sumsum tulang (bone marrow)  maturasi sel B
- timus  maturasi sel T
Organ limfoid sekunder  mengambil antigen dari
jaringan atau dari darah (sirkulasi) & memberi tempat
sel imunokompeten untuk berinteraksi secara efektif
dengan antigen.

Limfonodus mengkoleksi antigen dari cairan


intraseluler jaringan.

Lien (limpa/spleen) menyaring antigen dalam darah &


sirkulasi  sehingga dapat merespon infeksi sistemik.

Mucosa associated lymphoid tissue (MALT) pada


traktus respiratorius, digestivus, genitourinarius 
(Peyer’s patch, tonsil, adenoid) menangkap Ag yang
masuk via membran mukosa.
Sel-sel Yang Terlibat Dalam Sistem Imun Spesifik

Semua sel dalam sistem imun (spesifik) berasal dari “stem


cells” yang pluripoten di dalam sumsum tulang (bone
marrow), berkembang melalui proses hematopoeisis.
Terbagi dalam 2 jalur diferensiasi:
1. jalur mieloid  memproduksi fagosit dan sel-sel lain
2. jalur limfoid  memproduksi limfosit

Fagosit dibedakan menjadi 2 jenis :


- monosit  fagosit yang dapat meninggalkan sistem
vaskuler & berubah menjadi fagosit
jaringan  makrofag
- polimorfonukleus  neutrofil, basofil & eosinofil
Limfosit diproduksi dalam sumsum tulang, beredar dalam
sirkulasi dan sistem limfoid & menempati organ-organ limfoid.

Limfosit berinteraksi & mengenal antigen melalui reseptor


antigen dipermukaan selnya.
Ada 2 macam limfosit : limfosit B & limfosit T  dibedakan
berdasarkan marka protein membran sel 
CD3 pada sel T ; CD11 pada sel B.

Limfosit B  diproduksi & berkembang dalam sumsum tulang.


Mempunyai reseptor antigen mol. Ab yang terfiksasi membran
sel pada Ch terminalnya. Bila sel B naive kontak dengan Ag, sel
B berproliferasi & berdiferensiasi menjadi sel B memori yang
mensekresi Ab spesifik, disebut sel plasma.
Limfosit T

Berkembang dari stem cells dalam sumsum tulang,


bermigrasi ke dalam timus dan berdiferensiasi menjadi sel T
matur.

Sel T matur mengekspresikan “antigen binding protein”


dipermukaan selnya, disebut reseptor sel T (TCR)  terdiri
dari 2 protein subunit  atau , dihubungkan oleh ikatan
disulfida.

TCR mengenal Ag dipermukaan sel yang berasosiasi/


dipresentasikan molekul MHC (HLA).

Bila sel T naive kontak dengan Ag  sel T berproliferasi &


berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel efektor.
Subpopulasi sel T : Sel T helper (TH) & sel T sitotoksik (TC) 
dibedakan berdasarkan marka protein membran sel  CD4
pada TH dan CD8 pada TC.
TH setelah kontak dengan Ag berubah menjadi efektor yang
mensekresi sitokin (limfokin)  mengaktifkan sel B, TC , sel-sel
fagosit dan efektor lainnya.

TC setelah kontak dengan Ag berubah menjadi efektor yang


memediasi reaksi sitotoksik  membunuh/melisis
sel yang mengekspresikan Ag :
- sel terinfeksi virus
- sel terinfeksi mikroorganisme intrasel
- sel tumor
- sel alograf
Antigen Precenting Cells (APC).

Sistem imun humoral & seluler diaktifkan oleh TH yang


mengenal Ag dipermukaan sel berasosiasi dengan MHC.

Ag dipresentasikan oleh antigen presenting cells (APC)


 makrofag, limfosit B, sel-sel dendritik.

APC mengambil Ag dengan fagositosis atau endositosis


 mengekspresikannya kembali dalam bentuk fragmen
antigen yang berasosiasi dengan MHC (HLA).
Major Histocompatibility Complex (MHC)

Protein membran sel, diekspresikan oleh kelompok gen (gene


cluster) yang terangkai sempurna (tight linkage).

Produk MHC berperan penting dalam pengenalan Ag antar sel


dan diskriminasi self dari nonself  menentukan kompatibilitas
jaringan antar individu dalam satu spesies  disebut
transplantation antigen.

Pada sistem imun MHC berpengaruh pada kreasi respon


humoral dan seluler (cell mediated)  sel TH & TC mengenal Ag
yang berasosiasi dengan molekul MHC
 MHC menentukan repertoire (daftar) Ag yang dapat
direspon TH & TC  MHC berimplikasi pada suseptibilitas thd
penyakit & autoimun.
MHC adalah kumpulan gen (gene array); pada manusia terletak
pada khromosom 6 disebut kompleks HLA, pada tikus terletak
pada khromosom 17 disebut kompleks H2.

HLA mengkode 3 macam molekul : HLA klas I, klas II & klas III.

HLA klas I dikode oleh regio A, B dan C


HLA klas II dikode oleh regio DP, DQ, DR
Setiap regio mempunyai alel yang sangat majemuk 
mempunyai variasi sangat besar, meskipun pada saudara
sekandung.
Molekul HLA klas I mempresentasikan Ag yang
dikenal TC  terdapat pada semua sel berinti.

Molekul HLA klas II mempresentasikan Ag yang dikenal


TH  terdapat pada antigen presenting cells (APC) 
makrofag, sel dendritik, limfosit B, dll.
Imunitas Humoral

Diperankan oleh antibodi, protein yg tdpt dalam serum & cairan


tubuh mamalia  merupakan fraksi  globulin disebut
imunoglobulin (Ig)

Diproduksi dan disekresikan oleh limfosit B yang distimulasi


antigen (sensitized B lymphocytes) sehingga berubah menjadi
sel plasma.

Berfungsi sebagai efektor untuk mengikat antigen yang bebas


(tidak terikat atau merupakan bagian sel), menetralkan atau
mengeliminasinya dari dalam tubuh.
Molekul Ig

Terdiri dari protein BM 150.000., disusun oleh 4


subunit:
2 rantai H (heavy chain) masing-masing berpasangan
dengan (2) rantai L (light chain). Setiap subunit
dihubungkan dengan pasangan (komplemennya) oleh
ikatan disulfida.

Terbagi atas:
domain V  bagian aminoterminal, bervariasi &
menentukan spesifisitas Ig terhadap Ag.
Bag. Ujung (aminoterminal) bermodifikasi
& berfungsi sebagai “antigen binding site”.
domain C  konstan, identik pada Ig sejenis.
Variasi Molekul Imunoglobulin

Ditentukan oleh determinan pada molekul Ig, apabila molekul


Ig digunakan sebagai antigen (imunogen) untuk menginduksi
pembentukan anti Ig (antibodi).

1. Variasi isotip  ditentukan determinan isotip 


determinan pada domain Ch dan Cl yang membedakan Ig
dalam/antar spesies.

2. Variasi alotip  ditentukan oleh perbedaan as. amino rantai


H dan rantai L yang dikode oleh alel yang berbeda
 diekspresikan oleh individu dalam satu spesies.

3. Variasi idiotip – ditentukan oleh variasi Vh dan Vl yang


membentuk Ag binding site  menentukan
spesifisitas Ig terhadap Ag.
Ada 5 kelas Ig pada semua spesies (isotip), ditentukan
oleh rantai H yang mengkonstruksinya

IgG – bagian terbesar Ig dalam serum normal, meliputi


70 – 75% total Ig. Terdistribusi intra dan
ekstravaskular. Antibodi dominan pada respon
imun sekunder, terutama sebagai anti-toxin.

IgM – meliputi 10% total Ig. Berbentuk pentamer,


terdistribusi intravaskular, Sebagai antibodi
predominan pada respon awal (“early response”)
infeksi mikroorganisme.
IgA – meliputi 15 – 20% total Ig. Berbentuk dimer
dilengkapi “secretory component”, disebut sIgA
Predominan pada sekret seromukosa spt saliva,
sekret tracheobronkhial, genitourinarius dll.

IgD – Kurang dari 1% total Ig. Imunoglobulin yg


terfiksasi pada membran sel limfosit B. Berfungsi
sbg Ag reseptor & menstimulasi deferensiasi sel B
menjadi sel plasma.

IgE – Mempunyai proporsi sangat kecil, berasosiasi


pada permukaan basofil dan sel mast. Berperan
pada imunitas thd parasit (helminthes) dan
penyakit hipersensitivitas spt asma.
Respon Imun Berlangsung Dalam Beberapa Fase

1. Fase kognitif  pengenalan antigen dengan


pengikatan (binding) antigen pada reseptor spesifik
di permukaan limfosit.
limfosit B  mengikat Ag pada Ig permukaan.
limfosit T  mengikat fragmen Ag – MHC (HLA)
pada TCR.
2. Fase aktifasi
- limfosit berproliferasi  expansi klonal dari limfosit
spesifik terhadap antigen tsb.
- limfosit berdiferensiasi
limfosit B  secreting cells (sel plasma) 
Ab mengikat Ag bebas (soluble Ag).
limfosit T  mediated killing
 mengaktifkan makrofag membunuh
mikroba intraseluler.
 melisis sel yang mengekspresikan Ag
asing atau Ag virus.

3. Fase efektor  eliminasi dan/atau netralisasi Ag.


Memerlukan partisipasi sel-sel nonlimfoid  secara
kolektif disebut sel-sel efektor.
Kompleks Ag-Ab difagosit sel-sel polimorfonukleus &
mononukleus (dlm sirkulasi).
~ mengaktifkan sistem komplemen utk melisis &
fagosit mikroorganisme.
Limfosit T tersensitasi mensekresi sitokin 
mengaktifkan sitolisis & fagositosis.
Kelainan / Malfungsi Sistem Imun

Sistem imun yang bekerja tidak normal  memberi respon


/ reaksi tidak normal  menyebabkan konsekuensi
patologi tertentu pada individu ybs.

1. Reaksi hipersensitivitas  respon berlebihan 


reaksi alergi. Dipicu overproduksi IgE; kompleks
IgE-Ag mengaktifkan sel mast mengalami
degranulasi menghasilkan histamin  alergi.

2. Autoimun  mengenal komponen self sebagai Ag


asing.
Sistemik lupus erimatosus
Rematik  Rhematoid arthritis, Diabetes tipe I,
Rematik jantung.
3. Imunodefisiensi  sistem imun kehilangan
kapasitasnya mengenal dan mengeliminasi Ag.

Ex. Bayi lahir dengan kegagalan sintesis enzim


adenosin deaminase (ADA)  sistem imun gagal
bereaksi dengan hampir semua jenis Ag 
diisolasi dalam ruang steril  hanya dapat diatasi
dengan terapi gen.

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) 


sel TH dirusak oleh infeksi HIV  immune
paralysis  suseptibel terhadap infeksi
mikroorganisme, virus dan maligna.
PENYAKIT AUTOIMUN

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 57


• Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh
seseorang menyerang tubuh sendiri.
• Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari serangan
organisme asing, seperti bakteri atau virus.
• Pada seseorang yang menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan
tubuhnya melihat sel tubuh yang sehat sebagai organisme asing 
sehingga sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang
disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 58


Penyebab Penyakit Autoimun  Belum
diketahui apa penyebab penyakit autoimu
Faktor Resiko
• Etnis. Beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis
tertentu. Misalnya, diabetes tipe 1 umumnya menimpa orang Eropa,
sedangkan lupus rentan terjadi pada orang Afrika-Amerika dan
Amerika Latin.
• Gender. Wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibanding
pria. Biasanya penyakit ini dimulai pada masa kehamilan.
• Lingkungan. Paparan dari lingkungan, seperti cahaya matahari, bahan
kimia, serta infeksi virus dan bakteri, bisa menyebabkan seseorang
terserang penyakit autoimun dan memperparah keadaannya.
• Riwayat keluarga. Umumnya penyakit autoimun juga menyerang
anggota keluarga yang lain. Meski tidak selalu terserang penyakit
autoimun yang sama, mereka rentan terkena penyakit autoimun yang
lain.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 59


Gejala
Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun.
Beberapa di antaranya memiliki gejala yang sama. Pada umumnya,
gejala-gejala awal penyakit autoimun adalah:
• Kelelahan.
• Pegal otot.
• Ruam kulit.
• Demam ringan.
• Rambut rontok.
• Sulit berkonsentrasi.
• Kesemutan di tangan dan kaki.
Masing-masing penyakit autoimun memiliki gejala yang spesifik,
misalnya sering merasa haus, lemas, dan penurunan berat badan pada
penderita diabetes tipe 1.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 60


Beberapa contoh dari penyakit autoimun beserta gejalanya, adalah:
• Lupus; dapat memengaruhi hampir semua sistem organ dan menimbulkan
gejala seperti demam, nyeri sendi, ruam kulit, kulit sensitif, sariawan, bengkak
pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan
perdarahan.
• Penyakit Graves; dapat mengakibatkan kehilangan berat badan, mata
menonjol, gelisah, rambut rontok, jantung berdebar.
• Psoriasis; kulit bersisik.
• Multiple sclerosis; nyeri, lelah, otot tegang, gangguan penglihatan, dan
kurangnya koordinasi tubuh.
• Myasthenia gravis; kelelahan yang semakin parah seiring aktivitas yang
dilakukan.
• Tiroiditis Hashimoto; kelelahan, depresi, sembelit, peningkatan berat badan,
kulit kering, dan sensitif pada udara dingin.
• Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease; nyeri perut, diare, BAB berdarah, demam,
dan penurunan berat badan.
• Rheumatoid arthritis; menimbulkan gejala nyeri sendi, radang sendi, dan
pembengkakan.
• Sindrom Guillain-Barre; kelelahan sampai kelumpuhan.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 61


Gejala

• Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya


gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare timbul karena
dipicu oleh suatu hal, misalnya paparan sinar matahari atau stres.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 62


Diagnosis Penyakit Autoimun

• Tidak mudah bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun.


Meski setiap penyakit autoimun memiliki ciri khas, namun gejala
yang muncul bisa sama.
• Dokter akan menjalankan beberapa tes untuk mengetahui apakah
seseorang terserang penyakit autoimun, di antaranya dengan tes
ANA (antinuclear antibody) dan tes untuk mengetahui peradangan
yang mungkin ditimbulkan penyakit autoimun.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 63


Pengobatan Penyakit Autoimun

• Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun


gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare.
Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis
penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya.
Untuk mengatasi nyeri, penderita bisa mengkonsumsi aspirin atau ibuprofen.
• Pasien juga bisa menjalani terapi pengganti hormon jika menderita penyakit
autoimun yang menghambat produksi hormon dalam tubuh. Misalnya,
untuk penderita diabetes tipe 1, dibutuhkan suntikan insulin untuk
mengatur kadar gula darah, atau bagi penderita tiroiditisdiberikan hormon
tiroid.
• Beberapa obat penekan sistem kekebalan tubuh,
seperti kortikosteroid digunakan untuk membantu menghambat
perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh. Obat jenis anti
TNF, seperti infliximab, dapat mencegah peradangan yang diakibatkan
penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis.

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 64


Terima Kasih

2/12/2020 Gita Kostania-Anatomi Fisiologi 65

Anda mungkin juga menyukai