Anda di halaman 1dari 16

ASKEP GADAR KEJANG DEMAM

Disusun oleh :
1. Aldina Trisetyani
2. Asti Prihatin
3. Sayyida Rifqi Qonita

AKPER MUHAMMADIYAH KENDAL


2015/2016
PENGERTIAN
 Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok
neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensori atau memori yang
bersifat sementara (Hudak and Ceallo, 1996)
 Kejang demam adalah perubahan fungsi otak
mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik selebral
yang berlebihan (Beti & Sowden, 2002)
ETIOLOGI
1. Intrakranial
2. Ekstrakranial
3. Idiopatik
Klasifikasi kejang
 Kejang Tonik
 Kejang Klonik
 Kejang Mioklonik
patofisiologi
 kejang yang berlangsung lama (lebih ari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya keutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipotensi atrerial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat.
 Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas
kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan
sel neuron otak.
PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang secepat mungkin
2. Pengobatan penunjang
3. Pengobatan Rumat
KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
4. Kerusakan otak
5. Dehidrasi
TUMBUH KEMBANG
1. Fisik
2. Motorik kasar
3. Motorik halus
4. Vokal atau suara
5. Sosialisasi atau kognitif
HOSPITALISASI
Permasalahan yang ditemukan pada kondisi anak di rs
adalah :
1. Rasa takut
2. Ansietas
3. Gangguan citra diri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Primary survey
 Airway: kaji apakah ada muntah , perdarahan,
benda asing dalam mulut seperti lender dan
dengar bunyi nafas
 Breathing : kaji kemampuan bernafas klien
 Circulation : nilai denyut nadi dan control
pendarahan dan syok klien
 Disability : pemeriksaan kesadaran klien
(GCS)
 Exposure : pemeriksaan head to toe klien, kaji
adanya luka dan perdarahan.
B. Sekunder survey
1. Riwayat kesehatan keluarga
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
3. Yang paling penting peran perawat selama pasien kejang
adalah observasi kejangnya dan gambarkan kejadiannya.
4. Aktivitas/ istirahat
5. Sirkulasi
6. Integritas ego
7. Eliminasi
8. Makanan/ cairan
9. Neurosensor
10. Riwayat jatuh/ trauma
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
 Resiko tinggi trauma/ cidera b/d kelemahan,
perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot
 Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
 Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya
informasi
 Cemas b/d pengobatan perawatan kondisi prognosis
lanjut dan diit
 Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d resiko
kerusakan sel neuron otak.
Intervensi
DX Tujuan KH Intervensi Rasional

Resiko tinggi Cidera/ trauma 1. Kaji dengan 1. Mengidentifikasi pola


tidak terjadi, keluarga berbagai demam kejang pasien
trauma/ cidera setelah stimulus pencetus
dilakukan kejang
b/d kelemahan, tindakan 2. Observasi 2. TTV merupakan acuan
perubahan keperawatan keadaan umum untuk mengetahui
selama 1x24 jam TTV: nadi, suhu, keadaan pasien
kesadaran, dengan KH: tensi, RR setelah
1. Faktor kejang 3. Mengurangi ketegangan
kehilangan penyebab 3. Lindungi klien
koordinasi otot diketahui dari trauma atau 4. Mengurangi ketegangan
2. Mempertaha kejang
nkan aturan 4. Berikan
pengobatan kenyamanan bagi 5. Membantu mengatasi
3. Meningkatka pasien kejang
n keamanan 5. Kolaborasi dengan
lingkungan dokter dalam
pemberian therapi
Dx Tujuan KH Intervensi Rasional
Resiko tinggi Inefektifnya bersihan 1. Observasi 1. TTV
terhadap jalan napas tidak tanda-tanda merupakan
inefektifnya terjadi, setelah vital acuan untuk
bersihan jalan dilakukan tindakan mengetahui ku
napas b/d keperawatan selama 2. Atur posisi pasien
kerusakan 1x24 jam dengan KH: tidur klien 2. Memberikan
neuromuskula 1. Jalan napas bersih fowler atau kenyamanan
r dari sumbatan, semi fowler pasien
suara napas
vesikuler 3. Lakukan
2. Sekresi mukosa penghisapan 3. Mengurangi
tidak ada, RR lendir sekret
dalam batas
normal 4. Kolaborasi
dengan dokter 4. Membantu
dalam mengatasi
pemberian inefektifnya
therapy bersihan jalan
napas
Evaluasi
 Cidera/ trauma tidak terjadi
 Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
 Aktivitas kejang tidak berulang
 Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
 Pengetahuan keluarga meningkat
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai