Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 6 :

Regita Nayoan
Astrid Sondakh
Gloria Sumeru
Yehekiel Manus
A.Konsep Dasar Hipertiroid
1. Definisi
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat
kelebihan produksi hormon tiroid, kondisi ini
disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan
alasan apapun. Kondisi ini dapat menyebabkan
tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan
akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar
di jaringan yang terkena. (Greenspan, 2004).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar
tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan,
biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental
maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika
kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari
yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu
banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS
memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin
mengembangkan hipertiroidisme daripada pria
(Anonim, 2012).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa hipertiroid adalah suatu keadaan
dimana terdapat produksi hormon thyroid yang
berlebihan.
2. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan
TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis
memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF
akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu
:
1. Penyakit Graves
2. ToXic Nodular Goiter
3. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
4. Produksi TSH yang Abnormal
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala penderita hipertiroid diantaranya adalah (Djokomoeljanto,
2009) :
a) Umum : Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat,
toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.
b) Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.
c) Muskular: Rasa lemah.
d) Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
e) Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
f) Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik
dispneu.
g) Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
h) Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.
i) Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.
4. KLASIFIKASI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
a. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
b. Kelainan yang tidak berhubungan dengan
Hipertiroidisme

Klasifikasi lain:
a. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
b. Nodular Thyroid Disease
c. Subacute Thyroiditis
5. PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANAN KDM
6. KOMPLIKASI
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa
adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat
berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau
terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat
besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati akan
menyebabkan kematian, penyakit jantung Hipertiroid,
oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
Krisis tiroid. (Anonim,2008).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya
yaitu (Norman, 2011) :
a. Thyroid-stimulating hormone (TSH)
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan
meningkat.
c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika
penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.
8. Prinsip
PENATALAKSANAAN
pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis,
usia pasien, riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas
pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan, dan
sebagainya. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan
dalam:
a. Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ,
karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5, 10,
30 mg), dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50, 100
mg)
b. Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan
pasien eutiroid, klinis maupun biokimiawi.
c. Yodium radioaktif (Djokomoeljanto, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot
lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
b) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop,
murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada
yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok
(krisis tirotoksikosis)
c) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran
kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer,
pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine
berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare).

d) Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
e) Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau
karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran
thyroid (peningkatan kebutuhan metabolisme dengan
pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau
buah (napas aseton).

f) Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan,
kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau
koma (tahap lanjut), gangguan memori baru masa lalu )
kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)
g) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat),
wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-
hati.
h) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
i) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia
atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam)
j) Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah
impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau
lebih, aseton plasma positif secara mencolok, asam
lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energi.
c) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan
dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
d) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informas
3. Perencanaan
a) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengankebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
1) Nadi perifer dapat teraba normal
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
INTERVENSI:
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2) Perhatikan besarnya tekanan nadi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien
4) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)
5) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
b). Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi
peka rangsang dari saraf sehubungan dengan
gangguan kimia tubuh.
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat
maupun saat melakukan aktivitas.
2) Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
3) Berikan/ciptakan lingkungan yang terang
4) Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan
meningkatkan aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur
sebanyak-banyaknya jika memungkinkan
5) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti
sentuhan/ massase, bedak sejuk.
6) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif
(fenobarbital/luminal),transquilizer misal klordiazepoxsida
(librium).
c). Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari
ulkus dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan
perlindungan pada mata
Intervensi:
1) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan
penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang
berlebihan.
2) Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau
pandangan ganda (diplopia).
4) Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika
ada indikasi
5) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa,
ACTH, prednison, obat anti tiroid, diuretik.
7) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
d) .Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang
penyakitnya dengan
kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang
penyakitnya
Intervensi :
1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa
depanberdasarkan informasi
2) Berikan informasi yang tepat
3) Identifikasi sumber stress
4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Thank you
GOD Bless

Anda mungkin juga menyukai