Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

GANGGUAN KERACUNAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
LOKAL 3A

1. Chika Rahayu
2. Irvan Zuldi Putra
3. Retno Puji Yanti
Defenisi

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam


tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui
kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan
dosis relative kecil akan merusak kehidupan atau
mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ
atau jaringan.
1. Polusi limbah industri yang
mengandung logam berat,
2. Bahan makanan yang
terkontaminasi oleh
mikroorganisme seperti
kuman, bakteri, protozoa,
Etiologi parasit, jamur beracun.
3. Begitu pula berbagai macam
obat jika diberikan melampaui
dosis normal, tidak
menyembuhkan penyakitnya
melainkan memberikan efek
samping yang merupakan
racun bagi tubuh
•Keracunan Non
korosif
korosif
: keracunan
: keracunan
yangyang
disebabkan
disebabkan
oleh oleh
zat korosif
zat nonyang
korosif
meliputi
meliputi
produk
makanan,
alkali, pembersih
obat-obatan,
toilet,
gas.deterjen

Klarifikasi
keracunan

Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk
alkali, pembersih toilet, deterjen

Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk
alkali, pembersih toilet, deterjen
Mencerna
(menelan)
racun

penatalaksanaan umum :
1. Dapatkan control jalan nafas, ventilasi, dan oksigensi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal,
prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah,
kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat
kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat
mungkin untuk menurunkan efek toksin.
Lanjutan....

6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu


system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang
karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung
penghilangan zat yang ditelaPantau keseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Menurunkan peningkatan suhu.
9. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
10. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan
muntah.
11. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung
dan kejang.
12. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan
tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan
ulang.
Keracunan
melalui inhalasi

Penatalaksanaan umum :
1. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka
semua pintu dan jendela.
2. Longgarkan semua pakaian ketat.
3. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
4. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
5. Pertahankan pesien setenang mungkin.
6. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
Keracunan makanan

Penatalaksanaan ummum :

1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-


banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan
lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
5. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif
Gigitan ular

Penatalaksanaan umum :
1. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
2. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
3. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri,
edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
4. Menentukan keparahan dampak keracunan.
5. Memantau tanda vital.
6. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
7. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
Sengatan serangga

Penatalaksanaan umum:
1. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah
tersebut untuk mempercepat absorbsi.
2. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan
tekanan yang tepat untuk membendung aliran vena dan
limfatik.
3. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
– Injeksi segera dengan epineprin
– Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
– Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
– Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
– Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut (Brunner & Suddarth,2013)
Patofisisologi

Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun


sampai di lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan
sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing
yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung
akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan
mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar
bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka
lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan
keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi,
dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis
anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan
terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka
dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan
pingsan sampai kematian.
Manifestasi
klinis

1. Mual
2. Dehidrasi
3. Muntah-muntah
4. Kram perut
5. Diare
6. Kejang
7. Hipertermi/hipotermia -
8. Mulut kering
9. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
10. Rasa lemas dan mengigil
11. Hilang nafsu makan
12. Sakit perut dan keram
13. Panas, bau, busa disekitar dan di dalam mulut
14. Mengantuk atau tidak sadar
15. Wadah beracun atau tanaman disekitar (Jones & Bartlett. 1996: 51)
Komplikasi

1. henti nafas
2. henti jantung
3. syok,sindrom gawat pernafasan akut
4. Koma
Pemeriksaan
penunjang

1. Elektrokardiografi
2. Radiologi
3. Analisa GasDarah
4. Tes fungsi ginjal
5. Skrin toksikologi
penatalaksanaan
1. Stabilisasi
a. Airway
Bebaskan jalan napas dari sumbatan bahan muntahan,
lendir, gigi palsu. Jika perlu lakukan suction dan pemasangan
orofaringeal tube/mayo/guegel atau jika perlu lakukan intubasi.
Penderita tidur telentang dengan kepala diekstensikan,bila
pasien muntah kepala dimiringkan
b. Breathing
Jaga agar pasien bisa bernafas dengan baik.jika perlu
digunakan alat bantu nafas seperti bag valve mask
{BVM}/ambu bag.Hati-hati kontaminasi racun ke penolong jika
memberikan bantuan nafas tanpa alat kepada pasien.
c. Circulation
Hemodinamik harus di pertahankan dengan pemberian
cairan : Normal Saline,Ringer Laktat atau dekstrosa
2. Dekomentaminasi
a. Mata : Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku /
larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit, jika belum
yakin bersih cuci kembali
b. Kulit, cuci (scrubbing) : bagian kulit yang terkena
larutan dengan air mengalir dingin atau hangat
selama 10 menit
c. Gastroinstestinal : Segera beri minum air atau susu
secepat mungkin untuk pengenceran.Dewasa
maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak
maksimal 100cc untuk sesekali minum.Pasang NGT
setelah pengenceran jika diperlukan. (Rini, ika
setyo.Dkk. 2019. Hal : 265)
Eliminasi

1. Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
2. Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse
continue 2-3cc/kg/jam
3. Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat molekul kurang
dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah dengan protein
Askep teoritis
Pengkajian

1. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien


2. Anamnesis informasi dan keterangan tentang
keracunan dari korban atau dari orang-orang yang
mengetahuinya
3. Identifikasi sumber dan jenis racun
4. Kaji tentang bentuk bahan racun
5. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam
tubuh pasien
6. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar
oleh racun
7. Pemeriksaan fisik
Diagnosa

1. tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat


akumulasi udara.
2. Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada
pencernaan.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
depresi sistem saraf pusat
Intervensi

No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi rasional


DX
1. Setelah diberikan asuhan 1. Pantau 1. Mengetahui tingkat
keperawatan diharapkan jalan tingkat/kedaleman pernafasan klien
nafas klien kembali efektif dan pola pernafasan. 2. Mengetahui bunyi
dengan Kriteria hasil: 2. Auskultasi bunyi pernafasan klien
1. Pasien mampu nafas. 3. Meningkatkan
mempertahankan pola nafas 3. Pertahankan posisi inspirasi maksimal,
yang efektif dengan tingkat tidur yang nyaman, meningkatkan
pernafasan yang normal. biasanya dengan ekspansi paru.
2. Paru-paru pasien bersih, bebas peninggian kepala 4. Meningkatkan
dari cianosis, dan tanda-tanda/ tempat tidur. pernafasan klien
gejala-gejala hipoksia yang lain. 4. Berikan tambahan
O2
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai