Kel 2 Keracunan
Kel 2 Keracunan
GANGGUAN KERACUNAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
LOKAL 3A
1. Chika Rahayu
2. Irvan Zuldi Putra
3. Retno Puji Yanti
Defenisi
Klarifikasi
keracunan
Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk
alkali, pembersih toilet, deterjen
Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk
alkali, pembersih toilet, deterjen
Mencerna
(menelan)
racun
penatalaksanaan umum :
1. Dapatkan control jalan nafas, ventilasi, dan oksigensi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal,
prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah,
kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat
kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat
mungkin untuk menurunkan efek toksin.
Lanjutan....
Penatalaksanaan umum :
1. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka
semua pintu dan jendela.
2. Longgarkan semua pakaian ketat.
3. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
4. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
5. Pertahankan pesien setenang mungkin.
6. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
Keracunan makanan
Penatalaksanaan ummum :
Penatalaksanaan umum :
1. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
2. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
3. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri,
edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
4. Menentukan keparahan dampak keracunan.
5. Memantau tanda vital.
6. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
7. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
Sengatan serangga
Penatalaksanaan umum:
1. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah
tersebut untuk mempercepat absorbsi.
2. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan
tekanan yang tepat untuk membendung aliran vena dan
limfatik.
3. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
– Injeksi segera dengan epineprin
– Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
– Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
– Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
– Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut (Brunner & Suddarth,2013)
Patofisisologi
1. Mual
2. Dehidrasi
3. Muntah-muntah
4. Kram perut
5. Diare
6. Kejang
7. Hipertermi/hipotermia -
8. Mulut kering
9. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
10. Rasa lemas dan mengigil
11. Hilang nafsu makan
12. Sakit perut dan keram
13. Panas, bau, busa disekitar dan di dalam mulut
14. Mengantuk atau tidak sadar
15. Wadah beracun atau tanaman disekitar (Jones & Bartlett. 1996: 51)
Komplikasi
1. henti nafas
2. henti jantung
3. syok,sindrom gawat pernafasan akut
4. Koma
Pemeriksaan
penunjang
1. Elektrokardiografi
2. Radiologi
3. Analisa GasDarah
4. Tes fungsi ginjal
5. Skrin toksikologi
penatalaksanaan
1. Stabilisasi
a. Airway
Bebaskan jalan napas dari sumbatan bahan muntahan,
lendir, gigi palsu. Jika perlu lakukan suction dan pemasangan
orofaringeal tube/mayo/guegel atau jika perlu lakukan intubasi.
Penderita tidur telentang dengan kepala diekstensikan,bila
pasien muntah kepala dimiringkan
b. Breathing
Jaga agar pasien bisa bernafas dengan baik.jika perlu
digunakan alat bantu nafas seperti bag valve mask
{BVM}/ambu bag.Hati-hati kontaminasi racun ke penolong jika
memberikan bantuan nafas tanpa alat kepada pasien.
c. Circulation
Hemodinamik harus di pertahankan dengan pemberian
cairan : Normal Saline,Ringer Laktat atau dekstrosa
2. Dekomentaminasi
a. Mata : Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku /
larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit, jika belum
yakin bersih cuci kembali
b. Kulit, cuci (scrubbing) : bagian kulit yang terkena
larutan dengan air mengalir dingin atau hangat
selama 10 menit
c. Gastroinstestinal : Segera beri minum air atau susu
secepat mungkin untuk pengenceran.Dewasa
maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak
maksimal 100cc untuk sesekali minum.Pasang NGT
setelah pengenceran jika diperlukan. (Rini, ika
setyo.Dkk. 2019. Hal : 265)
Eliminasi
1. Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
2. Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse
continue 2-3cc/kg/jam
3. Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat molekul kurang
dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah dengan protein
Askep teoritis
Pengkajian