Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING:

“MICROBIAL CAUSES OF COMPLICATED ACUTE BACTERIAL RHINOSINUSITIS AND


IMPLICATIONS FOR EMPIRICAL ANTIMICROBIAL THERAPY”

Pembimbing:
dr. Eka Dian Safitri, Sp.THT
Oleh:
Indah Nur Mariani

KEPANITERAAN KLINIK STASE THT


RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
2017
• Judul : Microbial causes of complicated acute
bacterial rhinosinusitis and implications for empirical
antimicrobial therapy. – Mikroba penyebab komplikasi
rhinosinusitis akut bakterial dan dampak terapi empiris
antimikroba.

• Penulis : M S Miah, P Nix, A Koukkoullis, J Sandoe.

• Penerbit : The Journal of Laryngology & Otology 2016;


130, 169-175.
LATAR BELAKANG

• Sedikitnya informasi terbaru yang tersedia pada mikrobiologi


dari komplikasi rhinosinusitis akut bakterial.

• The Infectious Diseases Society of America (ISDA)


menerbitkan guideline untuk tatalaksana rhinosinusitis akut
bakterial. Fokus pedoman ini adalah karena adanya kesulitan
dalam melakukan uji mikrobial dan keterbatasan penemuan
mikrobiologi yang dilaporkan banyak klinisi dalam mengobati
sinusitis.
LATAR BELAKANG

• Rhinosinusitis akut sering disebabkan oleh infeksi virus


saluran pernapasan atas yang bersifat self limiting, dimana
tatalaksananya berupa meringankan gejala.
• Penggunaan rutin terapi antimikroba tidak diindikasikan untuk
pasien ini.

• Gold standard untuk mendiagnosis rhinosinusitis akut


bakterial adalah adanya infeksi bakteri pada sinus
paranasal.
• Pus sinus paranasal yang keluar dari sinus merupakan
sampel klinis terbaik dibandingkan dengan swab nasal.
TUJUAN PENELITIAN
1
Menganalisa regimen pengobatan empiris berdasarkan
analisis mikrobiological yang lebih akurat.

2
Mendeskripsikan patogenitas bakteri dan kerentanan
antibiotik yang umum digunakan pada praktik klinis pada
pasien dengan komplikasinogenik berupa abses orbital
atau intrakranial.
3
Untuk meramalkan hasilnya untuk mendukung pedoman
dalam mengobati rinosinusitis akut bakterial di
komunitas.
BAHAN dan METODE

• The Leeds Teaching


Tempat & Hospital NHS Trust UK
selama periode 1 Januari
Waktu 2007 hingga 31 Desember
2012.
BAHAN dan METODE
• Ditemukan tiga dari beberapa keadaan
berikut yaitu terdapat gejala sinusitis,
perubahan warna sekret hidung
(unilateral predominance), nyeri lokal
yang berat (unilateral), demam (> 38
derajat celcius) dan pengulangan sakit
Kriteria (double sickening) – sudah melewati
Inklusi fase ringan.
• Kultur bakterial yang berasa dari pus
sinus paranasal dengan atau tanpa
pus sampel dari abses orbital atau
intrakranial, dan bukti CT Scan.
BAHAN dan METODE

Kriteria • Pasien dengan swab nasal dan pada


Eksklusi sinusitis post-traumatic atau tanpa
adanya hasil CT scan.
BAHAN dan METODE
Data yang dianalisis:
1. Data secara retrospektif dikumpulkan dari status medis
dan dari database elektronik RS dan radiologi, hasilnya
dikumpulkan dalam Microsoft Office Excel 2007.
2. Data penggunaan terapi antibiotik, CT scan, data kultur
bakterial dari pus sinus paranasal dan orbital, sinus
frontal dan abses intrakranial saling dihubungkan satu
sama lain.
3. Setelah mendapati izin dari RS, seluruh pasien
rinosinusitis akut bakterial dengan komplikasi infeksi
orbital dan intrakranial diobati dengan cefotaxime
intravena, metronidazol, dan flucloxacilin.
BAHAN dan METODE
Spesimen mikrobiologi:
• Sampel pus sinus paranasal didapatkan selama tindakan
operatif dengan pendekatan endoskopik dari sinus
maksila atau etmoid dan melalui sinus frontal.
• Sampel pus dan swab dari abses orbital melalui
pendekatan eksternal dan pada abses intrakranial melalui
craniotomy.
BAHAN dan METODE
Analisis Mikrobiological:

Pada kultur bakteri, hasil swab diinkubasi pada 37oC selama 2 hari dalam
plat agar darah kuda dalam 5-10% CO2, dalam agar sistein lisin elektrolit
dalam udara dan agar darah kuda neomycin dalam kondisi anaerobik.
Sampel pus diinkubasi pada 37 oC pada agar darah kuda dan agar coklat
dalam 5-10% CO2 selama 2 hari, pada agar sistein laktose elektrolit di
udara selama 2 hari, dalam agar darah kuda pada kondisi anaerob selama
1 hari. Spesimen jaringan diinkubasi 37 oC pada agar darah kuda dan agar
coklat dalam 5-10% CO2 selama 3 hari, agar fastidious anaerob selama 5
hari, agar saboraud selama 7 hari dan cairan dan kaldu dari jaringan otak
dan hati selama 5 hari. Kondisi anaerobic didapatkan dari MACS-MG-1000
anaerobic worksation. Bakteri diidentifikasi dengan teknik standar dan tes
kerentanan antibiotik dengan metode kriteria European Comittee on
Antimicrobial Susceptibility Testing (EUCAST).
HASIL
HASIL
HASIL
PEMBAHASAN
• Spesies bakteri penyebab rinosinusitis akut bakterial
serupa dengan yang ditemukan pada komunitas
pneumonia: S pneumoniae, H influenzae, Moraxella
catarrhalis, dan S aureus. Rinosinusitis akut bakterial
secara umum mengikuti infeksi virus traktus pernapasan
atas dan merupakan kondisi sekunder dari infeksi
odontogenik, pembedahan atau trauma.

• Pada evaluasi penyakit di populasi UK, S anginosus


merupakan penyebab dominan dari rinosinusitis bakterial
(61%) dan infeksi orbital (83%) dan abses intrakranial
(78%).
PEMBAHASAN

Penyebab pasien rinosinusitis akut bakterial berkembang


menjadi komplikasi sinogenik adalah bukan dari terapi
antibiotik, melainkan dari organisme penyebab seperti S
aureus dan S anginosus, yang dikenal sebagai penyebab
dari abses dan patogen tersebut memiliki komplikasi yang
lebih besar. Penyebab multifaktorial lainnya: riwayat
merokok, genetik, dan sistem imun host sendiri.
PEMBAHASAN
Berikut adalah hal yang harus diperhatikan pada
rinosinusitis bakterial akut:
1. Onset dengan gejala atau tanda yang timbul yang
berhubungan dengan rinosinusitis akut, selama 10 hari
tanpa adanya bukti perbaikan.
2. Onset dengan gejala yang berat atau tanda seperti
demam tinggi (39 oC) dan sekret nasal purulen atau
nyeri wajah, selama 3-4 hari mulai dari awal nyeri.
3. Onset dengan gejala yang lebih buruk dan
dikarakteristikan dengan adanya onset baru dari
demam, sakit kepala atau sekret nasal yang mengikuti
ISPA selama 5-6 hari yang meningkat fasenya dari fase
sebelumnya (double sickening).
PEMBAHASAN

 Trias berupa nyeri kepala, nyeri pada wajah, dan demam


merupakan gejala klasik pada rinosinusitis akut bakterial
pada dewasa tidak umum, namun dengan gejala yang
persisten adalah umum terjadi. Pada anak-anak gejala
umum yang terjadi adalah batuk yang diikuti dengan
sekret nasal dan demam.
KESIMPULAN
 The Infectious Diseases Society of America Clinical
Practice Guideline for Acute Bacterial Rhinosinusitis in
Children and Adults (2012) merekomendasikan
penggunaan co-amoxiclav dibandingkan dengan amoxicilin
tunggal sebagai terapi antibiotik empiris.
 Mikroorganisme yang paling sering menjadi penyebab pada
penelitian ini adalah S anginosus,
 Direkomendasikan penggunaan penicilin spektrum sempit
sebagai antibiotik lini pertama untuk rinosinusitis akut
bakterial tanpa komplikasi. Sedangkan pada tatalaksana
dengan komplikasi, direkomendasikan penggunaan
antibiotik yang efektif melawan S anginosus dan S aureus.

Anda mungkin juga menyukai