Anda di halaman 1dari 24

GEJALA VULKANIS DAN GEMPA

BUMI
KELOMPOK 7 :
Tiafani Sahela
Tri Wahyuni
Wahyu Neza Eka Formi
Yaumil Husna
Gejala Vulkanis
Vulkanisme adalah sebuah peristiwa alam di mana magma dari
dalam perut bumi naik ke atas menuju permukaan bumi. Magma sendiri
adalah campuran dari bebatuan cair, liat dan amat sangat panas.
Aktivitas magma di dalam perut bumi ini sangat dipengaruhi oleh
tingginya suhu dan banyaknya jumlah gas yang terkandung di
dalamnya.Secara awam, gejala vulkanisme ini sering disebut dengan
gejala gunung meletus oleh masyarakat luas.
Pada umumnya, peristiwa ini sangat ditakuti karena dapat
menimbulkan kerusakan yang sangat luar biasa bahkan kematian.
Namun, Aktivitas gunung api ini tidak hanya menyebabkan kerugian,
tetapi juga bisa memberikan keuntungan bagi daerah yang terkena
dampaknya. Aktivitas erupsi gunung api akan memuntahkan abu–abu
vulkanik yang sangat banyak, sehingga tanah di sekitar gunung api akan
menjadi sangat subur untuk ditanami berbagai macam jenis tanaman.
Sebelum gunung api benar – benar memuntahkan lavanya, ada
beberapa gejala yang akan dialami oleh gunung api tersebut, yaitu :
Gejala di Luar Perut Bumi
• Terjadinya gempa bumi
Gunung berapi yang sedang mengalami aktivitas magma
akan sering menyebabkan gempa bumi vulkanik di sekitar gunung
api. Gempa tersebut sering terjadi selama proses aktivitas magma
berlangsung di dalam gunung api.
• Turunnya hewan
Hewan adalah makhluk hidup pertama yang akan
menyadari gejala vulkanisme. Mereka akan merasa gelisah berada
di atas gunung tersebut, sehingga hewan – hewan akan
berbondong – bondong menuruni pegunungan.
• Keluarnya awan panas
Awan panas akan terus keluar selama proses vulkanisme
berlangsung. Awan ini biasanya disertai dengan abu – abu vulkanik
yang sangat panas. Apabila melihat awan ini, sebaiknya kita
menjauh karena awan ini sangat berbahaya dan beracun.
Gejala di Dalam Perut Bumi
1. Intrusi magma
Intrusi magma adalah gejala yang terjadi di
mana magma akan menerobos lapisan kulit
bumi, tetapi tidak sampai keluar hingga ke
permukaan bumi. Gejala ini akan menyebabkan
beberapa bentukan pada aktivitas magma, di
antaranya adalah:
• Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat
penurunan suhu yang sangat lambat.
• Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung,
sementara permukaan atasnya tetap rata.
• Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan
batuan.
• Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari
dapur magma sampai ke permukaan bumi.
• Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-
lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
• Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
2. Ekstrusi magma
Ekstruksi magma yaitu gejala ketika magma menerobos
hingga sampai ke luar permukaan bumi. Pada saat inilah gunung
dikatakan sedang meletus (erupsi). Erupsi gunung api, di bagi
menjadi 2 jenis berdasarkan sifatnya, yaitu:
• Erupsi efusif
Erupsi ini tidak menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat,
biasanya hanya mengeluarkan lelehan lava.
• Erupsi eksplosif,
Erupsi ini menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat,
sehingga menyemburkan material – material yang sangat panas,
berupa material padat dan cair.
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam,
yaitu:
• Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah
retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk
deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia,
dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
• Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan
permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di
beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow
Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya
mencapai 10.000 km persegi.
• Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang
(saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang
terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan
lain-lain.
Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang
dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral, yaitu:
• Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena
magma yang keluar sangat encer. Magma yang encer ini
akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk
lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak
menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung
Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
• Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya
letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan relatif sedikit,
karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit.
Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari
timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya
seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air
dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya
Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis.
• Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi
campuran antara eksplosif dan efusif yang bergantian
secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya
berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam
batuan. Gunung api inilah yang paling banyak
ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya
gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain
Gejala Pravulkanik
Gejala pravulkanik atau ciri-ciri gunung api
akan meletus antara lain sebagai berikut:
a) Temperatur di area sekitar kawah mengalami
peningkatan.
b) Banyak sumber-sumber air atau mata air yang
mulai mengering.
c) Sering terjadi (terasa) adanya gempa.
d) Banyak binatang-binatang dari puncak gunung
yang turun ke daerah kaki gunung
e) Adanya suara gemuruh dari dalam gunung
Gejala Pasca Erupsi
Sesuai wujudnya, ada tiga jenis bahan atau material yang
dikeluarkan oleh adanya tenaga vulkanisme. Material tersebut adalah
material padat,cair,dan gas.
• Benda padat (efflata) adalah debu, pasir, lapili (batu kerikil) batu-batu
besar (bom),dan batu apung.
• Benda cair (effusive) adalah bahan cair yang dikeluarkan oleh tenaga
vulkanisme, yaitu lava,lahar panas,dan lahar dingin. Lava adalah magma
yang keluar ke permukaan bumi. Lahar panas adalah lahar yang berasal
dari letusan gunung berapi yang memiliki danau kawah (kaldera), contoh
kaldera yang terkenal di Indonesia adalah kawah Bromo. Lahar dingin
adalah lahar yang berasal dari bahan letusan yang sudah mengendap,
kemudian mengalir deras menuruni lereng gunung.
• Benda gas (ekshalasi), adalah bahan gas yang dikeluarkan oleh tenaga
vulkanisme antara lain solfatar, fumarol, dan mofet. Solfatar adalah gas
hidrogen sulfida (H2S) yang keluar dari suatu lubang yang terdapat di
gunung berapi. Fumarol adalah uap air panas. Mofet adalah gas asam
arang (CO2), seperti yang terdapat di Gunung Tangkuban Perahu dan
Dataran rendah Dieng.
Tipe Letusan Gunung Api
a. Tipe Hawaii
Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan
tipis, dan dalam perkembangannya akan membentuk tipe
gunung api perisai. Tipe ini banyak ditemukan pada gunung api
perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa. Contoh
letusan tipe Hawai di Indonesia adalah pembentukan plato
lava di kawasan Dieng Jawa Tengah.
b. Tipe Stomboli
Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa
gunung api lainnya yang sedang meningkat kegiatannya.
Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai
letusan pendek yang disertai ledakan. Bahan yang dikeluarkan
berupa abu, bom, lapilli dan setengah padatan bongkah lava.
Contoh letusan tipe Stromboli di Indonesia adalah Gunung
Raung di Jawa. Sifat semburan Gunung Raung menyemburkan
lava tipe baraltik, namun terdapat erupsi-erupsi pendek yang
bersifat eksplosif menyemburkan batuan-batuan piroklastik
tipe bom dan lapili.
c. Tipe Vulkano
Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu
berbentuk bunga kol, karena gas yang ditembakkan ke atas
meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini mempunyai tekanan
gas sedang dan lavanya kurang begitu cair. Di samping
mengeluarkan awan debu, tipe ini juga menghasilkan lava.
Berdasarkan kekuatan letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe
vulkano kuat (Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan tipe
Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung Raung). Peralihan
antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung
Kelud dan Anak Gunung Bromo.
d. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental. Dapur magmanya
relatif dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Contoh letusan
tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah
dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan
aliran lahar dingin setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung
Galunggung di Jawa Barat.
e. Tipe Perret (Tipe Plinian)
Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan
tekanan gas yang tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat,
yang menyebabkan terkumpulnya gas dan uap di dalam tubuh bumi,
akibatnya sering timbul getaran sebelum terjadinya letusan. Setelah
meletus material-material seperti abu, lapili, dan bom terlempar dengan
dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di Indonesia
adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873,
sehingga gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut,
dan mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.
f. Tipe Pelle
Gunung api tipe ini menyemburkan lava kental yang menguras di leher,
menahan lalu lintas gas dan uap. Hal itulah yang menyebabkan mengapa
letusan pada gunung api tipe ini disertai dengan guncangan-guncangan
bawah tanah dengan dahsyat untuk menyemburkan uap-uap gas, abu
vulkanik, lapili, dan bom. Contoh letusan gunung api tipe pelle di
Indonesia adalah Gunung Kelud di Jawa Timur.
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan
yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi
(lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan
untuk menunjukkan daerah asal terjadinya
kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita
walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi
terjadi apabila tekanan yang terjadi karena
pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat
ditahan.
Jenis – jenis Gempa Bumi
• Gempa Tektonik
Kebanyakan gempa bumi terjadi disebabkan oleh gejala
tektonik, yaitu gerakan–gerakan sepanjang sesar atau retakan
kerak bumi. Gejala tektonik ini merupakan bagian yang
dipelajari dalam teori lempeng tektonik.
Menurut teori lempeng tektonik pembentukan batuan
baru terus–menerus berlangsung pada lapisan kerak bumi.
Materi batuan dari bagian bumi yang sangat dalam muncul di
sepanjang punggung bukit di dasar laut. Akibatnya, materi
batuan yang lama terdesak oleh materi batuan baru. Pelebaran
dasar laut terjadi akibat peristiwa ini. Munculnya materi batuan
baru menyebabkan gerakan lempeng – lempeng benua.
Lempeng – lempeng benua ini ada yang bergerak saling
mendekat ( tabrakan ), saling menjauh ( pelebaran ) dan saling
bersinggungan( sesar ).
• Gempa Vulkanik
Gempa yang menggoncang bumi dapat ditimbulkan oleh gejala
vulkanik atau gunung api. Letusan gunung api terjadi disebabkan oleh aliran
magma dari dalam bumi menerobos ke atas pada lapisan kerak bumi.
Gempa vulkanik mungkin terasa sangat keras di daerah sekeliling gunung
api. Pengaruh gempa vulkanik tidak sampai dalam radius jarak yang jauh.
Intensitas gempa biasanya lemah sampai sedang.
• Gempa runtuhan
Selain gempa tektonik dan gempa vulkanik, gempa bumi dapat
terjadi karena runtuhan lapisan batuan bagian atas. Kegiatan penambangan
bawah tanah menyisakan rongga-rongga dibawah tanah. Rongga-rongga
bawah tanah yang berupa gua-gua juga dapat terbentuk oleh pelarutan
batuan kapur. Apabila rongga-rongga bawah tanah itu runtuh, bumi akan
bergetar. Gempa jenis ini bersifat lokal dan kekuatannya paling lemah bila
dibandingkan kedua gempa di atas.
Beberapa gempa bumi (namun jarang) juga terjadi karena
menumpuknya masa air yang sangat besar di balik Dam, seperti Dam
Karabia, Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena
injeksi ( atraksi) cairan dari atau ke dalam bumi. Contoh pada beberapa
pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Orsenal.
Terakhir gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Gempa
bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga Seismisitas
Terinduksi.
Dampak Gempa Bumi
• Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya
gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang
tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan
lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan
tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan
berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke
daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang
dilaluinya.
• Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi
disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di
bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi,
maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat
pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat
hancur atau paling tidak retak.
• Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup)
Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di
sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang
lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan
mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah
berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti
ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat
pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir
meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga
mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan
kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas
pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
• Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi
juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini
disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng
tektonik di bawahnya saling berbenturan.
• Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka,
tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga
ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di
bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer,
sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong
air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser.
Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur
kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau
munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-
kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
• Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya
mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia,
tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian
besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan
kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara,
perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi
di tengah kehidupan sehari-hari.
Gelombang Seismik
Gempa yang mengguncang bumi getarannya dapat
dirasakan dalam radius jarak yang jauh. Karena, gempa
menciptakan sebuah gelombang yang disebut gelombang
seismik (gelombang gempa). Gelombang seismik ini
merambat ke segala arah dari sumber atau titik asal
gempa di bawah tanah.
Gelombang seismik dapat diibaratkan gelombang
yang terjadi bila kerikil yang dijatuhkan ke genangan air.
Gelombang sesmik ada yang merambat lewat bagian
dalam bumi dan ada yang merambat sepanjang
permukaannya.
Dengan alat pengukur gempa, Ahli geologi telah
mengidentifikasi tiga jenis gelombang seismik yaitu:
• Gelombang pertama yang mencapai seismograf adalah
gelombang primer (P). Gelombang primer mempunyai sifat
yang sama seperti gelombang bunyi yang merambat melalui
udara. Gelombang primer (P) merupakan bentuk gelombang
kompresi yang merambat melalui batuan dengan
memanfaatkan dan memuaikan batuannya sendiri.
• Gelombang kedua adalah gelombang sekunder (S) yang
merambat menembus batuan dengan gerakan naik turun.
• Bila gelombang P dan S mencapai permukaan, sebagian
berubah menjadi gelombang seismik jenis ketiga yang
merupakan gelombang permukaan.
Gelombang P merambat paling cepat dan mudah
merambat pada zat padat dan cair, sedangkan gelombang S
hanya merambat pada zat padat dengan kecepatan di bawah
gelombang P. Perambatan gelombang makin cepat apabila
batuan makin rapat dan keras.

Anda mungkin juga menyukai