Pendahuluan Total air tubuh merupakan 75% dari berat bayi cukup bulan dan berkurang hingga dua pertiga dari berat badan setelah periode neonatal. Dua pertiga dari total air tubuh berada di ruang intraseluler dan sepertiga di dalam ruang cairan ekstraseluler. Dari cairan ekstraseluler (ECF), hanya 25% adalah intravaskular. Jadi, hanya sekitar 7-8% dari total air tubuh adalah intravaskular. Elektrolit imbalans adalah kondisi dimana terjadinya ketidak-seimbangan kandungan elektrolit (Natrium, Klorida, Kalium, Magnesium, Kalsium dan Fosforus) didalam tubuh. Elektrolit berperan penting dalam menjaga Homeostatis ditubuh dan pertumbuhan serta perkembangan anak-anak. 1 Perkiraan kebutuhan normal untuk elektrolit utama dibutuhkan lebih besar dari kebutuhan minimum aktual; Namun, pada anak-anak yang lebih aktif mungkin memiliki kebutuhan yang lebih besar.
Dalam menilai elektrolit, tiga langkah
dasar memandu terapi: menentukan penyebabnya, mengklasifikasikannya sebagai akut atau kronis, dan menentukan rencana terapi untuk mengelola kelainan elektrolit. Definisi dan Klasifikasi Hiponatremia bila • Hipoklorenemia bila kadar konsentrasi natrium <135 klorida kurang dari 98 mEq/L mEq/L • Hiperklorenemia bila kadar Hypernatremia bila klorida lebih dari 105 mEq/L konsentrasi natrium plasma • Hipokalsemia : bila kadar kalsium lebih dari 145 mEq/L. serum kurang dari 8 mEq/L atau Hipokalemia bila kadar yang terionisasi < 1,15 mEq/L kalium kurang dari 3,5 mEq/L. • Hiperkalsemia : bila kadar kalsium serum lebih dari 11 Hiperkalemia bila kadar mEq/L atau yang terionisasi > 1,34 kalium lebih dari 5,3 mEq/L mEq/L Hipomagnesemia bila kadar • Hipermagnesemia bila kadar magnesium kurang dari 1,4 magnesium lebih dari 2,5 mEq/L mEq/L Etiologi2 Fluid loss Poor Intake Drugs Trauma Organ Failure Gejala Klinis 1. Hiponatremia : haus, kulit kering dan mengkerut, penurunan tekanan dan volume darah, kolaps sirkulasi, letargi, disorientasi, kram otot. 2. Hipernatremia : gangguan fungsi SSP (konfusi, halusinasi, kejang, koma), kulit merah/flush, mukosa kering, kelemahan otot, rasa haus yang intens. 3. Hipokalemia : kelemahan, kaku dan paralisis otot, frekuensi jantung melambat dan ireguler, hiporefleks, tetani, distensi abdomen, ileus paralitis. Pada EKG pendataran atau T inverted, adanya gelombang U, dan PVC. 4. Hiperkalemia : aritmia atau fibrilasi jantung hingga henti jantung, hiperrefleks, konfusi, apnea. Pada EKG peninggian gelombang T, pelebaran QRS, pemanjangan interval PR, aritmia ventricular, asistol. 5. Hipokalsemia : spasme otot, kejang, kram usus, deyut jantung lemah, aritmia, osteoporosis, irratabel, sensasi kesemutan, Chovtek sign (+), Trousseau sign (+), Pada EKG pemanjangan gelombang QT. 6. Hiperkalsemia : konfusi, nyeri otot, aritmia jantung, batu ginjal, kalsifikasi pada jaringan lunak, letargi, stupor, koma, kejang, anoreksia, konstipasi, hipotonis. Pada EKG pemendekan interval QT 7. Hipomagnesia : eksitabilitas neuromuscular, tetani, konfusi, dizziness, sakit kepala, kejang, sakit kepala, koma, depresi nafas, bradikardia. Pada EKG ditemukan PVC, ventricular takikardia, ventricular fibrilasi 8. Hipermagnesia : letargi, kelemahan otot, penurunan refleks menelan dan muntah, hipotensi, bradikardia. Pada EKG ditemukan pemanjangan gelombang QR, pemanjangan QRS, pemanjangan QT, AV blok Tatalaksana Kebutuhan elektrolit harian : • Kebutuhan Kalium 2 mEq/kgBB/hari • Kebutuhan Natrium 3 mEq/kgBB/hari • Kebutuhan Klorida 5 mEq/kgBB/hari Perhitungan defisit elektrolit: • Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan – Na serum sekarang) x 0,6 x BB (kg) • Defisit Kalium (mEq total) = (K serum yang diinginkan [mEq/liter] – K serum yang diukur) x 0,25 x BB (kg) • Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl serum yang diukur) x 0,45 x BB (kg) Osmolal Solution Glucose Natrium Clorida Kalium Kalsium Lactate litas D5% ½ 5000 77 77 406 NS
D5% NS 5000 154 154 561
D5% RL 5000 130 109 4.0 3.0 28 273
NaCl 5% 855 855 1171
NaCL 3% 513 513 1026
Hipernatremia Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline – 5% dextrose selama 8 jam Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam Bila normal lanjutkan dengan rumatan Untuk rumatan gunakan 0,18% saline - 5% dektrosa, perhitungkan untuk 24 jam Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan Hiponatremia koreksi Na dilakukan memakai Ringer Laktat atau Normal Saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) 125 – kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan Separuh diberikan dalam 8 jam sisanya diberikan dalam 16 jam peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.
NOTE : Hiponatremia akut tanpa efek organ akhir terkait
(mis. Kejang) harus dikoreksi tidak lebih cepat dari 0,5 mEq / L / jam, atau sekitar 12 mEq / L / 24 jam, untuk menghindari perkembangan myelinolysis pontine sentral. Pasien harus dimonitor setiap 2-4 jam saat bergejala dan setiap 4-8 jam saat tanpa gejala Hiperkalemia koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5 – 10 menit dengan monitor detak jantung
Hipokalemia koreksi dilakukan menurut kadar K :
• jika kalium 2,5 – 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. • Bila < 2,5 mEq/L diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam Dosisnya: (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB).
gliserofosfat) dengan dosis 0,2 mmol/kg, 3 kali sehari denga injeksi IM 50% Magnesium Sulfat (MgSO4.7H2O) jika suplementasi oral tidak berhasil. Hipokalsemia bolus IV 10% kalsium glukonat 0,5 ml/kg (0,11 mmol/kg) sampai maksimal 20 ml/kg dalam 5-10 menit, melalui infus continuous dalam 24 jam dengan 1 mmol/kg. Kalsium oral diberikan dengan dosis 0,2 mmol/kg sampai maksimun 10 mmol 4 kali
Hiperkalsemia diberikan cairan salin mengandung kalsium
klorida 30mEq untuk koreksi dehidrasi dan meningkatkan GFR. Kalsitonin dosis 2-4 U/kg setiap 12 jam secara SC untuk inhibisi osteoklast Agent lain : nifosfonat (alendronate, ibandronat, asam zoledronik dll) untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah Contoh Kasus Pasien a.n Wu, Perempuan 14 tahun, BB : 31kg. Pasien datang dengan keluhan Lemas dan tidak nafsu makan selama 1 bulan. TTV dan Pemfis dalam batas normal. Laboratorium : HB : 9,4 gr/dL •Na : 127,8 mmoL/L Leukosit : 9.400 gr/dL •K : 3,46 mmoL/L •Cl : 90,1 mmoL/L HT : 28,7% PLT : 323.300 Terapi Perbaikan Defisit natrium (mEq) = (Na serum yang diinginkan – Na serum) x K x BB (kg) = (135-127,8) x 0,5 x31 kg = 7,2 x 0,5 x 31 kg = 111,6 mEq Terapi Cairan yang dibutuhkan : NaCl 0,9% = 720 cc NaCl 3% = 213 cc NaCl 5% = 130 cc Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl serum yang diukur) x 0,45 x BB (kg) = (98 – 90,1)mEq/L x 0,45 x 31 kg = 7,9 x 0,45 x 31 kg = 110,205 mEq Terapi Cairan yang dibutuhkan : NaCl 0,9% = 714 cc NaCl 3% = 214 cc NaCl 5% = 128 cc Kalium : 2 – 3 mEq/kgBB/hari x BB 2 mEq/kgBB/hari x 31 kg 61 mEq/hari Terapi Cairan yang dibutuhkan RL 100cc + KCl 25 mEq = 14cc/jam TERIMA KASIH