Anda di halaman 1dari 25

Disusun Oleh :

Kelompok 1 /
2A
Reaksi Obat

A. Pengertian Reaksi / Efek Samping Obat


Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO 1970) efek
samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi
yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.

Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak
mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
(Anief, 2007).
B. Masalah dan Kejadian Efek Samping Obat
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Oleh karena
itu, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan
tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh. Jika suatu efek farmakologik terjadi secara
ekstrim, ini juga akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.

Pengertian efek samping dalam pembahasan ini adalah setiap efek

yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien dari suatu pengobatan. Efek
samping tidak mungkin dihindari atau dihilangkan sama

sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko
yang sebagian besar sudah diketahui.
Beberapa contoh efek samping misalnya :

a. Reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik)

b. Hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek farmakologik

yang berlebihan)

c. Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek

samping karena penggunaan jangka lama)

d. Hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala

penghentian obat)

e. Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada

masa awal kehamilan (efek teratogenik)


Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dihindari begitu

saja. Oleh karena itu, kemungkinan dampak negatif yang terjadi, misalnya :

a) Kegagalan pengobatan

b) Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat yang

semula tidak diderita oleh pasien

c) Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi,

memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak

ekonomik)

d) Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasila

n terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.


C. Pembagian Efek Samping Obat

Efek samping obat dapat dikelompokkan dengan berbagai cara,


misalnya berdasarkan ada atau tidaknya hubungan dengan dosis,
berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi efek samping yang terjadi dan
sebagainya. Namun, pembagian yang paling praktis dan paling mudah
diingat dalam melakukan pengobatan adalah sebagai berikut :

1. Efek samping yang dapat diperkirakan

2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan

3. Efek yang mungkin timbul pada perpanjangan obat


1. Efek samping yang dapat diperkirakan
• Depresi respirasi pada pasien-pasien bronkitis berat yang menerima
pengobatan dengan morfin atau benzodiazepin.

• Hipotensi yang terjadi pada stroke atau kegagalan ginjal pada pasien
yang menerima obat antihipertensi dalam dosis terlalu tinggi.

• Bradikardia pada pasien-pasien yang menerima digoksin dalam dosis


terlalu tinggi.

• Palpitasi pada pasien asma karena dosis teofilin yang terlalu tinggi.

• Hipoglikemia karena dosis antidiabetika terlalu tinggi.

• Perdarahan yang terjadi pada pasien yang sedang menerima pengobatan


dengan warfarin, karena secara bersamaan juga minum aspirin.
Efek Samping Yang Tidak Dapat Diperkirakan

Reaksi alergi

Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang sering
terjadi, dan terjadi akibat reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, seringkali sama sekali tidak tergantung dosis, dan terjadi hanya pada
sebagian kecil dari populasi yang menggunakan suatu obat.
Manifestasi Efek Samping Karena Alergi Yang Akan Dihadapi Oleh
Dokter Umumnya Akan Meliputi:
» Demam
» Ruam kulit (skin rashes)
» Penyakit jaringan ikat
» Gangguan sistem darah
» Gangguan pernafasan
Efek yang mungkin timbul pada perpanjangan obat
1. Adisi, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan
efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien.

2. Sinergis, terjasi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi
proksimat yang sama menimbulkan efek yang lebih besar dari jumlah efek masing-masing obat
secara terpisah pada pasien.

3. Potensiasi, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan pada pasien,
menimbulkan efek lebih besar daripada jumlah efek masing-masing secara terpisah pada pasien.

4. Antagonis, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama-sama pada
pasien menimbulkan efek yang berlawanan.
Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping Obat

Faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya efek samping obat.


a. Faktor bukan obat
Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara lain adalah:
» Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik, kecenderungan untuk
alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup.
» Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan, misalnya
pencemaran oleh antibiotika.

b. Faktor obat
 Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping
 Pemilihan obat
 Cara penggunaan obat
 Interaksi antar obat
Upaya Pencegahan

1. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-
waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari
pengobatan sendiri
2. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-
farmakoterapi
3. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
4. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi,
usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung.
Pada bayi dan anak, gejala dini efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya
kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran
5. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila
dirasa tidak perlu lagi
6. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya
memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan
penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat
Penanganan efek samping

Dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta kemungkinan mekanisme
terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan sendiri, misalnya seperti berikut ini:

» Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Telaah
bentuk dan kemungkinan mekanismenya.
» Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.

Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang
spesifik.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERSENSITIFITAS
PENGKAJIAN
1. Data Demografi
• Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi)
• Identitas Penanggung Jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, a
gama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasi
en).
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a. Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul ke
merahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
Keluhan utama

1. Pasien mengeluh sesak nafas

2. Pasien mengeluh bibirnya bengkak

3. Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah

4. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut

5. Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya.

6. Pasien mengeluh diare

7. Pasien mengeluh demam

Kronologis keluhan

Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada


kulit,mual muntah,dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul
kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di
RS atau pengobatan tertentu.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sam

Riwayat Psikososial dan Spiritual

Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
Analisa Data
• Data Subjektif
1.Sesak nafas
2.Mual, muntah
3.Meringis, gelisah
4.Terdapat nyeri pada bagian perut
5.Gatal – gatal
6.Batuk
• Data objektif
1. Penggunaan O2
2. Adanya kemerahan pada kulit
3. Terlihat pucat
4. Pembengkakan pada bibir
5. Demam ( suhu tubuh diatas 37,50C)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi


dermal,intrademal sekunder

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebih

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi


( allergen,ex: makanan)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terpajan allergen

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit, diharap

kan pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

rentang normal.

Kriteria hasil :

Frekuensi pernapasan pasien normal (16-20 kali per menit)

Pasien tidak merasa sesak lagi

Pasien tidak tampak memakai alat bantu pernapasan

Tidak terdapat tanda-tanda sianosis


Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru, Catat upaya pernapasan, termasuk
pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi peningakatan kerja napas.
Kedalaman pernapasan berpariasi tergantung derajat gagal napas.Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik.

2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius seperti krekels, mengi,
gesekan pleura.
Rasional : Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi
jalan napas/ kegagalan pernapasan.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur dan
ambulansi sesegera mungkin.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda
sehingga memperbaiki difusi gas
4. Observasi pola batuk dan karakter secret.

Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum berdarah

dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau antikoagulan .

5. Berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

6. Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic

Rasional: Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu

pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.


2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : setelah diberikan askep selama 1.x.24 jam diharapkan suhu tu
buh pasien menurun.
Kriteria hasil : Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC)
Bibir pasien tidak bengkak lagi
Intervensi :
1. Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
Rasional : Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
mendekati normal
3. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,in
trademal sekunder
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 2 x24 jam diharapkan pasien tidak ak
an mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah.
Kriteria hasil :
Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema
Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma
Kerusakan integritas kulit berkurang
Intervensi :
1.Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi
Rasional : Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer
2. Hindari obat intramaskular
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan be
rlebih
Tujuan : setelah diberikan askep selama 1 x 24 jam diharapkan kekurangan
volume cairan pada pasien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami diare lagi
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
Turgor kulit kembali normal
Intervensi :
1. Ukur dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang, takikardia,
hipotensi ortostatik.
Rasional : Peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic dan
kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).
Rasional : Indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane
mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen.

3. Monitor intake dan output cairan


Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan

4. Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic.


Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan

5. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan


Rasional : pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan,
penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai