Kelompok 1 /
2A
Reaksi Obat
Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak
mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
(Anief, 2007).
B. Masalah dan Kejadian Efek Samping Obat
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Oleh karena
itu, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan
tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh. Jika suatu efek farmakologik terjadi secara
ekstrim, ini juga akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.
yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien dari suatu pengobatan. Efek
samping tidak mungkin dihindari atau dihilangkan sama
sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko
yang sebagian besar sudah diketahui.
Beberapa contoh efek samping misalnya :
yang berlebihan)
penghentian obat)
saja. Oleh karena itu, kemungkinan dampak negatif yang terjadi, misalnya :
a) Kegagalan pengobatan
ekonomik)
• Hipotensi yang terjadi pada stroke atau kegagalan ginjal pada pasien
yang menerima obat antihipertensi dalam dosis terlalu tinggi.
• Palpitasi pada pasien asma karena dosis teofilin yang terlalu tinggi.
Reaksi alergi
Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang sering
terjadi, dan terjadi akibat reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, seringkali sama sekali tidak tergantung dosis, dan terjadi hanya pada
sebagian kecil dari populasi yang menggunakan suatu obat.
Manifestasi Efek Samping Karena Alergi Yang Akan Dihadapi Oleh
Dokter Umumnya Akan Meliputi:
» Demam
» Ruam kulit (skin rashes)
» Penyakit jaringan ikat
» Gangguan sistem darah
» Gangguan pernafasan
Efek yang mungkin timbul pada perpanjangan obat
1. Adisi, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan
efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien.
2. Sinergis, terjasi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi
proksimat yang sama menimbulkan efek yang lebih besar dari jumlah efek masing-masing obat
secara terpisah pada pasien.
3. Potensiasi, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan pada pasien,
menimbulkan efek lebih besar daripada jumlah efek masing-masing secara terpisah pada pasien.
4. Antagonis, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama-sama pada
pasien menimbulkan efek yang berlawanan.
Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping Obat
b. Faktor obat
Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping
Pemilihan obat
Cara penggunaan obat
Interaksi antar obat
Upaya Pencegahan
1. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-
waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari
pengobatan sendiri
2. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-
farmakoterapi
3. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
4. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi,
usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung.
Pada bayi dan anak, gejala dini efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya
kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran
5. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila
dirasa tidak perlu lagi
6. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya
memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan
penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat
Penanganan efek samping
Dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta kemungkinan mekanisme
terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan sendiri, misalnya seperti berikut ini:
» Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Telaah
bentuk dan kemungkinan mekanismenya.
» Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.
Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang
spesifik.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERSENSITIFITAS
PENGKAJIAN
1. Data Demografi
• Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi)
• Identitas Penanggung Jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, a
gama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasi
en).
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a. Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul ke
merahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
Keluhan utama
Kronologis keluhan
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul
kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di
RS atau pengobatan tertentu.
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sam
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
Analisa Data
• Data Subjektif
1.Sesak nafas
2.Mual, muntah
3.Meringis, gelisah
4.Terdapat nyeri pada bagian perut
5.Gatal – gatal
6.Batuk
• Data objektif
1. Penggunaan O2
2. Adanya kemerahan pada kulit
3. Terlihat pucat
4. Pembengkakan pada bibir
5. Demam ( suhu tubuh diatas 37,50C)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tujuan :
kan pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
rentang normal.
Kriteria hasil :
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius seperti krekels, mengi,
gesekan pleura.
Rasional : Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi
jalan napas/ kegagalan pernapasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur dan
ambulansi sesegera mungkin.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda
sehingga memperbaiki difusi gas
4. Observasi pola batuk dan karakter secret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum berdarah