Anda di halaman 1dari 28

Bagian Anestesi

REFERAT
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar Oktober 2019

RESUSITASI JANTUNG PARU

Oleh :
Harlia 10542048813
Pembimbing :
dr. Zulfikar Tahir, Sp.An, M.Kes
PENDAHULUAN

Salah satu tujuan utama dari


anestesiologi adalah melakukan
terapi intensif dan resusitasi
jantung, paru, otak (bantuan
hidup dasar, lanjutan dan jangka
panjang) pada kegawatan yang
mengancam nyawa dimanapun
pasien berada.
DEFINISI RESUSITASI JANTUNG PARU
• Merupakan upaya pertolongan pertama pada orang tidak sadar yang
mengalami henti jantung atau henti napas.
• Terdiri dari :
1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support / BLS)
2. Bantuan Hidup Lanjut (Advance Cardiac Life Support (ACLS).
Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Mencegah berhentinya sirkulasi atau


berhentinya respirasi yang dapat
menyebabkan kematian sel-sel akibat
dari kekurangan oksigen dan
memberikan bantuan eksternal
terhadap sirkulasi melalui kompresi
dada dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti
nafas.
Prinsip Utama Resusitasi

• Memperkuat rantai kelangsungan


hidup (chain of survival).
• Lokasi kejadian:
1. Lingkungan rumah sakit
(HCA)
2. Di luar lingkungan rumah
sakit (OHCA)
Prinsip Tindakan Gawat Darurat

Amati lokasi Berapa jumlah


Jangan panik Apa yang terjadi ?
kejadian : Aman ? korban ?

Tentukan hal
Panggil bantuan utama yang Adakah yang
medis mengancam membantu ?
korban ?
INDIKASI RESUSITASI JANTUNG PARU

Henti Jantung
• Denyut nadi (-) Hanti Napas
• Kebiruan /pucat,
• Pernapasan berhenti • Gerakan dada (-)
atau satu-satu
(gasping, apnu), • Aliran udara
pernapasan dari
• Pasien tidak sadar korban (-)
Bantuan Hidup Dasar - Basic Life Support

Danger (Bahaya)

Response (Kesadaran)

Circulation (Aliran Darah)

Airway (Jalan Napas)

Breathing (Pernapasan)
DANGER (BAHAYA)

Periksa tanda – tanda bahaya seperti lalu lintas, kebakaran,


keluarnya uap, saluran listrik yang jatuh, asap, cuaca ekstream.

Periksa peralatan perlindungan pribadi (APD) sebelum


menolong korban
RESPONSE (TINGKAT KESADARAN)

Alert • Perhatikan apakah korban sadar atau tidak.

Verbal • Panggil korban dengan suara keras

Painful • Berikan rangsangan nyeri : memukul / gerakkan


bahu korban

Unrensponsive • Korban tidak merespon


1. CIRCULATION / SIRKULASI

1) Raba arteri carotis


2) Denyut nadi (+) → pernafasan
buatan 2 kali 2.
3) Denyut nadi (-) → kompresi dada
sebanyak 30 kali.
1) Lokasi : 2 jari diatas processus
xyphoideus.
2) Kedua tangan saling bertumpuk.
3) Kedua lengan lurus dan tegak lurus
pada sternum. Kedua lutut penolong
rapat, dan menempel pada bahu
korban
4) berikan tekanan pada dada (dewasa: 5 KOMPRESI DADA
– 6 cm, anak : 5 cm dan bayi : 4 cm) ke
bawah.
5) Lepaskan tekanan untuk memberi
kesempatan dada mengembang.
6) Kecepatan kompresi 100 – 120 kali
permenit.
KOMPRESI DADA

• Lakukan kompresi dada dan bantuan pernapasan secara bergantian dengan


siklus :

Satu / 2 penolong Satu penolong Dua penolong


(dewasa) : 30 (anak & bayi) (anak & bayi)
kompresi : 2 napas 30 kompresi : 2 15 kompresi : 2
buatan napas buatan napas buatan

• Berikan 1 napas buatan tiap 6 detik (10 napas buatan/menit)


• Cek kembali tiap 1 menit pertama atau tiap 4 siklus kemudian setiap 2 menit
berikutnya.
POSISI TANGAN

Posisi tangan yang benar Posisi tangan yang salah


KOMPRESI DADA

Dewasa Anak - anak Bayi


(anak > 8 tahun) (anak 1 - 8 tahun) (< 1 tahun)
AIRWAY (JALAN NAPAS)

Membebaskan jalan napas dengan teknik Head - tilt chin – lift dan
tehnik jaw thrust
AIRWAY (JALAN NAPAS)

Cross finger untuk


melihat adanya obstruksi
dan finger sweeps untuk
mengeluarkan benda
asing yang tampak pada
mulut korban.
Teknik Back Blows (Slaps)
• Berikan pukulan keras 5 kali dengan kepalan
/ genggaman tangan di tulang belakang.
• Bila tidak berhasil → Teknik Abdominal
Thrust
Teknik Heimlich maneuver
(Abdominal thrust)

Sadar → posisi berdiri


Rangkul korban dengan kedua
tangan dari belakang →
hentakan tarikan 5 kali.

Tidak sadar → posisi terlentang


Lakukan hentakan mendorong 5
kali dengan menggunakan kedua
lengan penolong bertumpu
didaerah epigastrium.
3. BREATHING (PERNAPASAN)
1. Memastikan pernapasan :

• Lihat
pergerakan /
LOOK pengembang
an dada

• Dengarkan
LISTEN bunyi napas

• Rasakan
FEEL hembusan
napas
3. BREATHING (PERNAPASAN)

2. Memberikan bantuan
napas

• Bantuan nafas diberikan


sebanyak 2 – 5 kali.
• Waktu tiap kali
hembusan 1,5 – 2 detik Mulut ke
Mulut ke Mulut ke
stoma
mulut hidung
trakeostomi
POSISI PEMULIHAN (RECOVERY POSITION)
Bantuan hidup lanjut (Avanced Life Support)

• Tindakan seperti oropharyngeal dan


nasopharyngeal, intubasi endotrakheal
atau penggunaan larygeal mask airway Obat anti-aritmia
(LMA) dapat dilakukan.
• Suplementasi oksigen diberikan dan • Amiodaron • Kalsium
dinilai oksigenasi dan ventilasi dengan • Lidokain • Epinefrin
• Magnesium • Atropin
melihat naiknya dinding dada, saturasi
• penghambat β – Adregenik • vasopressin
oksigen, dan kapnograf.
• Natrium Bikarbonat
• Lead EKG dipasang untuk memantau
aritmia atau henti jantung.
KESIMPULAN

American Heart Association 2015 :


• Korban henti napas atau henti jantung → kompresi dada karena setiap detik yang
dilewatkan tanpa melakukan kompresi akan merugikan sirkulasi darah dan
mengurangi angka ketahanan hidup (survival rate) korban.
• Update terbaru American Heart Association 2018 : fokus pembaruan pada dukungan
kehidupan kardiovaskular lanjut penggunaan obat antiaritmia selama dan sesaat
henti jantung.
• Pentingnya edukasi dan sosialisasi mengenai guidelines AHA 2015 dan AHA 2018
mengenai resusitasi jantung paru ini turut menurunkan insiden kematian akibat
henti napas dan henti jantung yang terjadi baik di dalam maupun di luar rumah
sakit.
Terima
kasih ...
DAFTAR PUSTAKA
• Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta. Indonesia.
• Mansjoer A. 2014. Resusitasi Jantung Paru. Dalam : Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Departemen IPD FK-UI, Jakarta.
Pp 227 – 233.
• Indonesia Heart Association. 2015. Education For Patient Henti Jantung. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). Jakarta.
Indonesia
• Gray H, Dawkins K, dkk. 2005. Lecture note Kerdiologi Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga; Pp 188 - 199.
• Ganthikumar Kaliammah. “Indikasi dan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP)”. Directory of Open Access Journals Volume 6 Nomor 1. Bali.
2016.
• ANZCOR Guideline 8 – Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). New Zealand Resuscitation Council. 2016.
• Latief S.A., 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
• Basic Life Support for Healthcare Providers Handbook. American Red Cross. 2015.
• Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 Untuk CPR dan ECC. American Heart Association; 2015.
• Buku Panduan Keterampilan Klinik Gawat Darurat dan Traumatologi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. 2016.
• Focused Update on Advance Cardiovascular Life Support Use of Antiarrhythmic Drugs During and Immediately After Cardiac Arrest. American
Heart Association; 2018.
• Modul Resusitasi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2017. www. spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/../PGD01_Resusitasi-Q.pdf
(diakses tanggal 19 Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai