Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 2

kelas 2015 a
universitas negeri
surabaya
Nama anggota kelompok:
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
&
SOSIAL
PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Kepribadian
Kata “kepribadian” (Personality) sesungguhnya berasal dari
kata latin yaitu persona. Pada mulanya, kata persona ini
menunjukkan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain
sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-
peranannya. Pada saat itu, setiap pemain memainkan peranannya
masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat
laun, kata (Personality) berubah menjadi satu istilah yang
mengacu pada gambaran social tertentu yang diterima oleh
individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu
tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan social (peran)
yang diterimanya
Allport mendefinisikan kepribadian sebagai
berikut :
“Personality is the dynamic organization whitin the
individual of those psychophysical system that
determine his unique adjustments to his
environment” (Artinya : Kepribadian adalah
organisasi-organisasi dinamis dari system-sistem
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-
caranya yang unik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.)
UNSUR KEPRIBADIAN

1. Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis.


Dengan kata lain ia tidak statis, tetapi senantiasa berubah
setiap saat.
2. Organisasi tersebut terdapat dari dalam individu, jadi
tidak meliputi hal-hal yang berbeda di luar diri individu.
3. Organisasi itu berdiri atas system psikis, yang menurut
Allport meliputi antara lain sifat dan bakat serta system fisik
(Anggote dan organ-organ) yang saling terkait.
4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang
unik dari tiap individu terhadap lingkungan.
tiga masalah penting yang perlu diperhatikan dalam
perkembangan kepribadian seseorang

 Perkembangan itu relative cukup stabil, terutama yang menyangkut pola-

pola penyesuaian social

 Bagaimana pandangan pribadi yang berkembang itu tentang diri pribadinya

sendiri, karena di dalam konsep-konsep, yang dipelajarinya terdapat konsep


tentang dirinya sebagai pribadi, bagaimana konsep itu telah terbentuk,
bagaimana konsep itu mempengaruhi perubahan perilaku dan interaksi
social

 Bagaimana bentuk proses sosialisasi yang mempengaruhi kelesterian dan

kesetabilan perkembangan kepribadian yang bersangkutan.


Tokoh Teori Perkembangan Sosial

Terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang


berhubungan dengan perkembangan sosial. Diantara yang
paling menonjol dan yang layak dijadikan rujukan ialah: aliran
teori Cognitive Psychologi dengan tokoh utama Jean Piaget
dan Lawrence Kohlberg dan aliran teori Social Lerning dengan
tokoh utama Albert Bandura dan R.H. Walters. Tokoh-tokoh
ini menghubungkan setiap perkembangan sosial anak dengan
perilaku moral, yakni perilaku baik dan buruk menurut
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Tahap-tahap dalam
Perkembangan Psikologi Sosial
Teori perkembangan psikososial oleh Erikson, adalah salah
satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Hal ini
dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai
dari lahir hingga lanjut, teori Erikson membawa aspek kehidupan
sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Dalam bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara
terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang
biasa dikenal dengan istilah “Delapan Tahap Perkembangan
Manusia”.
Definisi lain dari perkembangan sosial
adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan dan saling berkomunikasi bekerja sama[7].
Ericson memaparkan teorinya melalui
konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8
(delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui
oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini
bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik
ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat
sebelumnya. [7] M. Djawad Dahlan, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja,
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak
percaya)
 Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
 Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson ini
terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan
tingkatan paling dasar dalam hidup. Oleh karena itu
perkembangan yang terjadi pada bayi sangat bergantung pada
kualitas pengasuhannya oleh orang tua atau pengasuh,
misalnya perkembangan dalam hal kepercayaan
 Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa
selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak
konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat
mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di
asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan
menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak
konsisten dan tidak dapat di tebak.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan
ragu-ragu (shame and doubt)

 Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun.


 Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial
Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak
dan berfokus pada perkembangan besar dari
pengendalian diri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa
bersalah (Guilt)s

 Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.

 Selama masa usia prasekolah, anak mulai menunjukkan

kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan


langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih
tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih
luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs
rasa rendah diri)
 Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
 Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap
keberhasilan dan kemampuan mereka.
 Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan
kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
 Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau
teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
 Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan
pengalaman-pengalaman baru.
 Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan
energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
 Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa
rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
 ·Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan
ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Identity vs identify confusion
(identitas vs kebingungan identitas)

 Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun.


 Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepekaan dirinya.
 Pada saat ini anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka
nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap
kedewasaan). Anak juga dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai
orang dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan
remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
 Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif
untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
 Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai
menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka
kebingungan identitas merajalela. Namun bagi mereka yang menerima dukungan
memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya
akan muncul dalam tahap ini.
 Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul
rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs
keterkucilan)
 Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
 Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang
membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen
dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan
mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
 Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting
untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan
diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam
menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara
emosional, kesendirian dan depresi. Jika mengalami
kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak
dalam interaksi dengan orang.
Tahap 7. Generativity vs Stagnation
(Bangkit vs Stagnan)

 Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an


tahun).
 Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun
hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka
yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa
mereka berkontribusi terhadap dunia dengan
partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. Mereka
yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif
dan tidak terlibat di dunia ini.
Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs
putus asa)

 Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir (60an


tahun).
 Orang tua merenungi kembali hidupnya, memikirkan hal-
hal yang telah mereka lakukan (masa lalu)[8]. Mereka
yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa
hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
 Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat
mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah
dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksaan,
meskipun saat menghadapi kematian.

Anda mungkin juga menyukai