Anda di halaman 1dari 93

Pemicu 4

Kelompok 19
Mind map

Pria 59 tahun

Benjolan di
Ulkus di kaki
punggung

Jinak ganas
Learning Objective
1. Ulkus di tungkai
2. Tumor jinak jaringan lunak & otot
LO 1: ULKUS DI TUNGKAI
Definisi ulkus
• Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus adalah kematian jaringan yangluas dan disertai invasif
kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan
ulkus berbau, ulkusdiabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer,(Andyagreeni, 2010).
• Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitasserta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan
penting untuk terjadinya ulkusdiabetic melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
• Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan
dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus.Ulkus kaki Diabetes
merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
Epidemiologi
• Puncak terjadi pada usia 30-39 dan 50-69
tahun
• 93,33% ulkus unilateral
• dextra > sinistra
Jenis ulkus
• Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang
terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari
(duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah
pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi.
• Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik
dan perjalanan penyakit Diabetes Melitus (DM).
• Ulkus kornea adalah luka terbuka pada lapisan kornea yang
paling luar.
• Ulkus dekubitus merupakan kerusakan pada kulit akibat
penekanan sehingga mengakibatkan aliran darah berkurang
dan iritasi pada kulit pada bagian yang menutupi tulang
lonjong. Penekanan didapatkan dari tempat tidur, kursi
roda, gips dan lainnya.
Jenis Ulkus di Tungkai
• Ulkus Varikosum
• Ulkus Tropikum
• Ulkus Neurotrofik
• Ulkus Arteriosum
Etiologi Ulkus
• Penyakit vena (co: varises) 70%
• Penyakit arteri perifer  20%
• Penyakit lain (malignan, rheumatoid,
dermatologis)  10%
• Ulkus neuropatik / ulkus neuropatik diabetik
 sedikit atau tidak ada sensasi sama sekali di
kaki karena kerusakan saraf akibat diabetes
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah
angiopati, neuropati dan infeksi.
Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah
titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan
pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga
menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh(Levin, 1993)
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum
akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor
angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan
UlkusDiabetikum.(Askandar 2001).
Faktor Risiko
• Bedah sebelumnya di tungkai
• Trombosis vena dalam
• Varises
• Obesitas
• Merokok
• Bertambahnya usia  aktivitas fisik menurun
• Pekerjaan (yg banyak menghabiskan waktu
dengan berdiri)
• Penyakit lain (malignan, penyakit metabolik,
rheumatoid, dermatologis, hematologis)
Tanda dan Gejala
• Edema di pergelangan kaki
• Vena membengkak atau melebar di tungkai
• Rasa berat di tungkai
• Sakit dan nyeri saat berdiri terlalu lama
• Rasa sakit berkurang saat kaki di elevasi,
digerakkan atau ditekan dengan plester
• Warna kulit menghitam atau mencoklat
• Kulit iritasi, merah, dan bersisik
• Kulit menebal
Diagnosis
• Anamnesis
• Tes Fisik
• Doppler study  cek pasokan darah
– Bandingkan tekanan darah di pergelangan kaki
dan lengan atas
• Tes Sensasi
Tata Laksana
• Debridement
• Menutup luka (dressing and skin barrier)
• Kompres dengan perban
• Analgesik (paracetamol)
• Antibiotik  jika terjadi infeksi

Tata Laksana simptomatik:


• Bengkak  elevasi
• Gatal  moisturiser dan krim kortikosteroid
http://www.racgp.org.au/afp/2014/september/management-of-venous-leg-ulcers-in-
general-practice-%E2%80%93-a-practical-guideline/
• Komplikasi  infeksi sekunder
• Tanda infeksi:
– Sakit bertambah parah
– Keluar cairan berbau, berwarna hijau dari ulkus
– Kulit memerah dan membengkak di sekitar ulkus
– Suhu naik
• Pencegahan:
– Mengobati penyakit sebelumnya
– Lebih banyak beraktivitas menggunakan kaki
– Menurunkan berat badan
– Berhenti merokok
ULKUS DIABETIKUM
Epid
• Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab
tersering dilakukannya amputasi yang didasari oleh
kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali
lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan
non-DM. Komplikasi akibat kaki diabetik menyebabkan
lama rawat penderita DM menjadi lebih panjang. Lebih
dari 25% penderita DM yang dirawat adalah akibat kaki
diabetik.
• Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sekitar
15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan
ulkus diabetika merupakan sebab perawatan rumah
sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes
mellitus.
• Ulkus sering menyerang ekstremitas bawah
maupun ekstremitas atas karena beberapa
sebab seperti infeksi, gangguan pembuluh
darah, kelainan saraf dan keganasan. Biasanya
bisa terjadi di beberapa organ tubuh seperti
kulit, mata, lambung, dan usus.Hal ini
bisa terjadi oleh berbagai sebab, diantaranya
gangguan vaskularisasi jaringan, gangguan
trofisme dari organ ataupun sebagai
kelanjutan dari infeksi yang kronis.
Etiologi ulkus diabetikum
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus
diabetikum dibagi menjadi faktor endogen dan
ekstrogen.
Faktor endogen:
a) Genetik, metabolik.
b) Angiopati diabetik.
c) Neuropati diabetic
Faktor ekstrogen:
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat
Patofisiologi
• Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh,disebut angiopati diabetik.
• Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh
darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah
halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati.
• Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia
yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan
adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar.
• Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.Selanjutnya
terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus.
• Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi
resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.
Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi
menyebar ke jaringan sekitarnya
Manifestasi klinis
• Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga
ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu
tampakmerah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberikan
gejala klinis 5 P yaitu :
• 1) Pain (nyeri)
• 2) Paleness (kepucatan)
• 3) Paresthesia (kesemutan)
• 4) Pulselessness (denyut nadi hilang)
• 5) Paralysis (lumpuh)
• Jika terjadi sumbatan kronik :
Stadium 1 : asymptomatis/gejala tidak khas (kesemutan)
Stadium 2 : klaudikasio intermiten
Stadium 3 : nyeri saat istirahat/diam
Stadium 4 : kerusakan jaringan krn anoksia (ulkus)
• Klasifikasi : Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik
menjadi enam tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus “
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
• Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya
luka dan luasnya daerah iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky
dari klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner.
Sistem Klasifikasi Kaki Diabetik, modifikasi Brodsky.

• Kedalaman luka
0 Kaki berisiko, tanpa ulserasi
1 Ulserasi superfisial, tanpa infeksi
2 Ulserasi yang dalam sampai mengenai tendon
3 Ulserasi yang luas/abses

• Luas daerah Iskemia Definisi


A Tanpa iskemia
B Iskemia tanpa gangren
C Partial gangrene
D Complete foot gangrene
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga
kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe
Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )
b. Palpasi
· Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
· Klusi arteri dingin,pulsasi ( – )
· Ulkus :kalus tebal dan keras.
2. Pemeriksaan fisik
a. Penting pada neuropati untuk cegah ulkus
b. Nilon monofilament 10 G
c. Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa
d. Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas
(83%).
3. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle
brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik
betis dengan tekanan sistolik lengan.
4. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing,
osteomielitis
5. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
Tatalaksana
1. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes
Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
· Pemicu sekresi insulin
· Penambah sensitivitas terhadap insulin
· Penghambat glukoneogenesis
· Penghambat glukosidase alfa
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
· Penurunan berat badan yang cepat
· Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
· Ketoasidosis diabetic
· Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
• 2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus
antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka
dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan
antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan
tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk
kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi.
• Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus
Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar
untuk memberikan semua unsur makanan esensial,
memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang
teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah
secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes
dapat mengatur terapinya secara optimal.
3. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari
4. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri
5. Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.
Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan.
Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl.
Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu
dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi
dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan
pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula
darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan
infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai
perawatan pasien secara total
6. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi
roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang
istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki
pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi
trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk
pada tempat luka
7. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.
• Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan, yaitu :
a) Tingkat 0.
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan
pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara
khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang
yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi
dengan penggunaan alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan
pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan
deformitas.
b) Tingkat I.
Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius,
perawatan lokal luka dan pengurangan beban.
c) Tingkat II.
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur,
perawatan lokal luka dan teknik pengurangan beban yang lebih berarti.
d) Tingkat III.
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi
sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral
yang sesuai dengan kultur.
e) Tingkat IV.
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau
amputasi seluruh kaki.
Pencegahan
- Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting sehingga
menuntut perhatian penuh.
- Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan handuk
kering setiap kali mandi.
- Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat dengan
menggunakan cermin.
- Kaki harus dilindungi dari kedinginan.
- Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api.
- Sepatu harus cukup lebar dan pas.
- Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat.
- Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.
- Alas kaki tanpa pegangan, pita atau tali antara jari.
- Kuku dipotong secara lurus.
- Berhenti merokok.
Prognosis
Prognosis penderita kaki diabetik sangat
tergantung dari usia karena semakin tua usia
penderita diabetes melitus semakin mudah
untuk mendapatkan masalah yang serius pada
kaki dan tungkainya, lamanya menderita
diabetes melitus, adanya infeksi yang berat,
derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari
tenaga medis atau paramedis
ULKUS VARIKOSUM
Ulkus Varikosum
• Ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah ke vena
• Etiologi:
– Gangguan aliran darah balik pada tungkai bawah
yang berasal dari :
• Pembuluh darah . Contoh: trombosis atau
tromboflebitis, kelainan katup vena
• Luar pembuluh darah. Contoh: bendungan di daerah
proksimal tungkai bawah oleh karena tumor di
abdomen, kehamilan, pekerjaan yang banyak berdiri,
obesitas, herediter dan ras
EPIDEMIOLOGI ULKUS VARIKOSUM
• 50% penderita disertai varises superfisial
• Sering mengenai orang dewasa dan orang tua
• Wanita lebih sering dibandingkan pria
• > 80% kasus didahului thrombosis vena
profunda
• Sering terjadi di sedikit proksimal dari
malleolus medialis (terdapat V. saphena
magna)
Ulkus Varikosum
• Gejala Klinis
– Bersifat soliter di atas maleolus internus
– Berbentuk bulat, lonjong, dangkal tertutup oleh
jaringan nekrotik, pinggir umumnya tidak
menimbul, Jaringan sekitarnya hierpigmentasi.
– Umumnya tidak nyeri kecuali bila selulitis atau
infeksi sekunder yang lain.
– Bila ulkus berlangsung lama, jaringan di sekitar
ulkus mengeras menjadi jaringan parut.
– Sulit sembuh karena vaskularisasinya tidak baik.
Ulkus Varikosum
• Pemeriksaan
– Pemeriksaan bakteriologik untuk kemungkinan
infeksi
– Biopsi pinggir ulkus untuk mengetahui apakah
terjadi pertumbuhan ganas
– Flebografi untuk mengetahui vena yang terganggu
Ulkus Varikosum
• Penata laksanaan
• Pengobatan Sistemik: Seng Sulfat 2x200 mg/hari
• Pengobatan Topikal: Bila terdapat pus kompres dengan
larutan permanganas kalikus atau 1:5000 atau larutan
perak nitrat 0,5% atau 0,25%. teriosum.
Ulkus Varikosum
• Penata laksanaan
– Penderita berbaring dengan tungkai ditinggikan untuk
mengurangi hambatan aliran vena
– Bebat elastis pada derah proksimal ulkus untuk membantu
kerja otot tungkai bawah untuk memompa darah ke arah
jantung. Pembalut ini tidak boleh dibuka (kecuali berbaring
) & harus diganti jika elastisitasnya berkurang.
– Pemberian antibiotik jika ada infeksi sekunder
– Bila terdapat pus:
• Bakteri gram + : di kompres dengan larutan Permanganas kalikus
1/5000
• Bakteri gram - : kompres dengan larutan perak nitrat 0,5% atau
0,25%
Ulkus Varikosum
• Penatalaksanaan
– Jika ulkus sudah bersih, pakai salep antibiotik
(gentamisin dan neomisin)
– Bila terjadi hipergranulasi berikan fenol likuifaktum
atau larutan perak nitrat 25% , setelah tidak tampak,
olesi salep asam salisilat 2% untuk merangsang epitel
– Jika ulkus luas, rujuk ke bagian bedah untuk tandur
kulit
– Syarat tandur kulit adalah jaringan granulasi bersih,
tidak cekung, hipergranulasi, dan berwarna merah
• Prognosis : kurang baik karena sering residif /
tumbuh kembali
ULKUS TROPIKUM
ULKUS TROPIKUM
• Ulkus yang berkembang cepat dan terasa nyeri
• Sering timbul pada tungkai bawah. Dapat juga
timbul di lengan
• Sudah semakin jarang ditemukan seiring
dengan meningkatnya perbaikan higiene dan
gizi
• Ditemukan di daerah tropis (panas dan lembab)
• Dapat dijumpai beberapa mikroorganisme
pada ulkus stadium dini seperti Bacillus
fusiformis, Borrelia vincentii
EPIDEMIOLOGI ULKUS TROPIKUM

• Sering mengenai anak laki-laki berusia 6 –


10 tahun
• Jumlah penderita terlihat menurun
(mengingat higiene dan gizi sudah lebih baik)
ETIOLOGI ULKUS TROPIKUM
• Tidak diketahui pasti. Namun ada beberapa faktor yang berperan
dalam timbulnya ulkus ini :
– Trauma. Mendahului timbulnya ulkus. Trauma biasanya sangat kecil
misalnya gigitan serangga/tergores benda tajam, namun
mikroorganisme sudah dapat masuk melalui luka
– Musim penghujan dan lingkungan yang kurang baik
– Higiene dan gizi. Higiene dan gizi yang kurang menyebabkan daya
tahan seseorang terhadap penyakit menurun, dan memudahkan
timbulnya ulkus tropikum
– Infeksi. Pada tahap dini : Bacillus fusiformis (basil lurus/bengkok,
anaerob, gram negatif, pleiomorfik; sering terdapat di tanah
lembab), Borrelia vincentii (bentuk kumparan, anaerob), B.
pyocyaneus, B. proteus, kuman-kuman piokokus. Penyebab-
penyebab infeksi ini saling bersimbiosis
GEJALA ULKUS TROPIKUM
• Biasanya ulkus hanya timbul 1, di sebelah lateral tungkai
bawah
• Mula-mula timbul lepuhan kecil yang berisi kecil,
kemudian dalam beberapa jam akan pecah dan
membentuk ulkus kecil yang tertutup jaringan nekrotik
• Dalam beberapa hari, bila terjadi infeksi mikroorganisme,
ulkus meluas ke samping dan dalam. Bahkan dapat
merusak otot, tendon, dan tulang bila keadaan
umumnya buruk
• Ulkus : bentuk lonjong/bulat, tertutup jaringan nekrotik,
terdapat sekret yang banyak, bagian tepinya meninggi,
dinding sedikit melandai, terjadi peradangan di sekitar,
terasa nyeri, dan berbau busuk
TATALAKSANA ULKUS TROPIKUM
• Non-farmakologi :
– Perbaikan gizi→makanan tinggi protein, berkalori,
bervitamin dan bermineral
– Hindari gigitan serangga
– Skin grafting
• Farmakologi :
– Kompres dengan larutan antiseptik kalium permanganat
1:5000-1:10000
– Penisilin IM 600000 – 1,2 juta U/hari, 7 – 10 hari
– Tetrasiklin PO 3 x 500 mg/hari
– Amoksisilin PO 4 x 500 mg, 5 – 10 hari
– Salep keratoplastik (salisil 2%) bila ulkus sudah bersih
ULKUS NEUROTROFIK
Ulkus Neurotrofik
• Ulkus yang terjadi karena tekanan atau trauma
pada kulit yang anestetik.
• Biasanya timbul di nusia 45 tahun ke atas.
Etiologi
• Neuropati yang mengakibatkan hilangnya rasa
nyeri (anestesi)
• Trauma atau tekanan berulang pada daerah
anestesi tersebut
Gambaran Klinik
• Bentuk bulat
• Tidak nyeri
• Berisi jaringan nekrotik
• Biasanya kering (anhidrotik)
• Kulit di sekitar ulkus hiperkeratorik (kalus)
Diagnosis Banding
• Ulkus piogenik : btk oval, pinggir meninggi, dasar berbenjol2,
sekret produktif, daerah sekitar reda, perabaan nyeri, indurasi
positif
Penatalaksanaan
• umum : istirahat
• khusus : terapi terhadap etiologi primernya
– sistemik : penisilin 900.000 IU selama 7 hari ; antibiotik lain
yg sensitif
– topikal : kompres KMnO4 1/10.000
Prognosis
• baik, sepanjang pengobatan penyebabnya baik
ULKUS ARTERIOSUM
Ulkus Arteriosum
• Ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran
darah arteri
• Penyebab yang paling sering adalah ateroma yang
terjadi pada pembuluh darah abdominal dan
tungkai:
• Mural: kelainan pada dinding pembuluh darah, misalnya
vaskulitis atau aterosklerosis
• Ekstramural: pembuluh darah erjepit oleh jaringan fibrosis
• Intramura: sumbatan lumen pembuluh darah kecil, misalnya
akibat perubahan viskositas darah, perlekatan, platelet,
fibrinogenesis
Ulkus Arteriosum
• Nyeri terasa lebih hebat pada malam hari, dapat
timbul mendadak atau perlahan-lahan, terus
menerus atau hilang timbul. Bila tungkai diangkat
atau keadaan dingin, rasa nyeri bertambah hebat,
sehingga bila tidur penderita lebih suka
menggantunkan kaki.
• Denyut nadi pada dorsum pedis teraba lemah
atau sama sekali tidak teraba
• Prognosis baik tergantung penyakit yang
mendasarinya
Ulkus Arteriosum
• Tatalaksana umum: Pengobatan terhadap
penyebabnya dengan konsul ke Bagian Penyakit
Dalam. Hindari suhu dingin. Hindari merokok
• Tatalaksana khusus:
– Sistemik: antibiotik atau metronidazol (khusus kuman
anaerob) dan analgetik untuk mengurangi nyeri.
– Topikal: Permanganas kalikus 1:5000, Benzoin
peroksida 10%-20% untuk merangsang granulasi,
bakterisidal, dan melepaskan oksigen ke dalam
jaringan, Vaseline agar kulit normal di sekitar ulkus
tidak teriritasi, Seng Oksida untuk mengabsorbsi
eksudat dan bakteri
LO 2: TUMOR JINAK JARINGAN
LUNAK DAN OTOT
Tumor Jaringan Lunak
• Jaringan lunak  jaringan nonepitel selain tulang,
kartilago, saraf, hematopoetik, dan limfoid
• Klasifikasi: jaringan lemak, fibrosa, dan
neurovaskular
• Biasanya dikelompokkan berdasarkan cara
diferensiasi yang dapat diamati
• Bukti-bukti baru  tumor timbul dari sel-sel
mesenkim pluripoten, bukan dari transformasi
malignan sel mesenkim matur

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tanda dan Gejala Tumor Jinak
• Gejala berdasarkan lokasi dan tipe tumor
• Biasanya lesi terdapat di superfisial
(dermal/subkutan)
• Biasanya tidak sakit, mobile
• Demam, meriang, nafsu makan berkurang,
keringat di malam hari, berat badan menurun
• Non-metastasis
Diagnosis
• Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
• MRI, CT-Scan, X-Ray
• Histologi  biopsi
• Tes darah
Tata Laksana
• Tata laksana bervariasi sesuai dengan
 tipe tumor, kanker/bukan, lokasi tumor
• Tidak butuh pengobatan apabila:
– Benigna
– Pada area “aman” dimana tidak akan menyebabkan gejala atau
masalah fisiologis
• Pengobatan lain:
– Kemoterapi
– Radiasi
– Debridement (eksisi sempit/sedang/luas)
– Terapi kanker
– Terapi biologis
– Prognosis  berdasarkan tipe, lokasi, dan kemampuan metastasisnya
– Tumor benigna  umumnya baik
Jenis-jenis Tumor Jaringan Lunak
• Tumor jaringan adiposa
• Tumor dan tumor-like lesions jaringan fibrosa
• Tumor fibrohistiosit
• Tumor otot rangka
• Tumor otot polos
• Tumor vaskular
• Tumor saraf perifer
• Tumor dari histogenesis yang kurang dipahami

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Jenis-jenis Tumor Jaringan Lunak
• Tumor jaringan adiposa  lipoma, liposarcoma
• Tumor dan tumor-like lesions jaringan fibrosa  nodular fasciitis,
fibromatoses, fibrosarkoma
• Tumor fibrohistiosit  fibrous histiocytoma, dermatofibrosarkoma
protuberans, pleomorfic fibroblastic sarcoma
• Tumor otot rangka  rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma
• Tumor otot polos  leiomyoma, smooth muscle tumors of uncertain
malignant potential, leiomyosarcoma
• Tumor vaskular  hemangioma, lymphangioma,
hemangioendothelioma, angiosarcoma
• Tumor saraf perifer  neurofibroma, schwannoma, granular cell
tumor, malignant peripheral nerve sheath tumors
• Tumor dari histogenesis yang kurang dipahami  synovial sarcoma,
alveolar soft part sarcoma, epitheloid sarcoma

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor Jaringan Adiposa: Lipoma
• Tumor jinak jaringan lunak  tumor jaringan lunak paling
prevalen pada dewasa
• Kebanyakan lipoma bersifat soliter, bila multipel:
mengindikasikan adanya sindrom herediter yang langka
• Dikelompokkan berdasarkan fitur histologis dan/atau
susunan kromosom yang khas
• Kebanyakan bersifat mobile, membesar perlahan, tidak
nyeri (tapi angiolipoma bisa menimbulkan nyeri lokal),
biasa dapat disembuhkan dengan eksisi komplit
• Subtipe paling prevalen: lipoma konvensional  kenyal,
kuning, berkapsul dan berisi adiposit matur tanpa
pleomorfisme, ukuran bervariasi

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor Jaringan Adiposa: Liposarkoma
• Paling sering terjadi pada usia 50-60 tahun
• Kebanyakan terbentuk di jaringan lunak dalam
atau di retroperitoneum
• Prognosis tergantung dari subtipe histologis
(tumor yang berdiferensiasi dengan baik &
tumbuh lambat memiliki prognosis lebih baik
dibanding varian myxoid/sel bulat, pleomorfik dan
agresif  sering mengalami rekurens paska eksisi
dan bermetastase ke paru-paru)

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Robbins Basic Pathology 9th
Edition – Kumar Abbas Aster
– Chapter 20: Bones, Joints,
and Soft Tissue Tumors
Tumor dan Tumor-like Lesions
Jaringan Fibrosa: Nodular Fasciitis
• Proliferasi fibroblas yang bersifat self-limited
• Biasa terjadi pada dewasa pada daerah volar:
lengan atas, dada, punggung
• Gejala klinis yang sering: massa tunggal yang
bertumbuh cepat dalam waktu beberapa minggu,
terkadang disertai nyeri
• Jarang mengalami rekurens setelah eksisi

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Robbins Basic Pathology 9th
Edition – Kumar Abbas Aster
– Chapter 20: Bones, Joints,
and Soft Tissue Tumors
Tumor dan Tumor-like Lesions
Jaringan Fibrosa: Myositis Ossificans
• Beda dengan proliferasi fibroblastik lainnya:
adanya tulang dengan metaplastik.
• Biasanya terbentuk di bagian proksimal otot
ekstremitas pada atlet muda dan dewasa muda
pasca trauma
• Area yang terkena biasanya membengkak dan
nyeri, lalu berkembang menjadi massa keras dan
tidak nyeri
• Lesi ini mirip dengan osteosarkoma ekstraskeletal
• Tindakan kuratif: eksisi sederhana

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor dan Tumor-like Lesions
Jaringan Fibrosa: Fibromatosa

• Adalah sekelompok proliferasi fibroblastik yang bertumbuh infiltratif dan


sering rekurens setelah eksisi.
• Meskipun beberapa lesi agresif secara lokal, mereka tidak bermetastasis.
• Fibromatosa dibagi menjadi dua kelompok utama klinipatologis: superfisial
dan profunda / dalam.
• Superfisial: bertumbuh pada fascia superfisial dan dapat melibatkan palmar
fibromatosis dan penile fibromatosis. Lesi superfisial lebih dapat cepat
terlihat secara klinis (karena menyebabkan deformitas pada struktur yang
terlibat)
• Dalam: melibatkan tumor desmoid yang muncul di dinding abdomen dan
otot batang tubuh dan ekstremitas, dan di dalam abdomen (dinding pelvis
dan mesenterik). Lesi dapat terisolasi masing-masing, atau multipel (Gardner
syndrome). Sering ditemukan mutasi pada gen APC atau beta-katenin.
Biasanya lesi fibromatosa yang dalam bertumbuh agresif lokal dan sering
mengalami rekuren setelah eksisi.

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor dan Tumor-like Lesions
Jaringan Fibrosa: Fibrosarkoma
• Adalah neoplasma malignan yang terbentuk dari
fibroblas
• Kebanyakan pada orang dewasa (di jaringan dalam
pada paha, lutut, dan area retroperitoneal)
• Bertumbuh perlahan, biasanya telah ada
beberapa tahun sebelum diagnosis
• Sering mengalami rekuren secara lokal setelah
eksisi (pada >50% kasus)
• Dapat bermetastasis secara hematologi (>20%
kasus)  biasanya ke paru-paru

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Robbins Basic
Pathology 9th Edition
– Kumar Abbas Aster –
Chapter 20: Bones,
Joints, and Soft Tissue
Tumors
Tumor Fibrohistiosistik:
Dermatofibroma
• Lesi benign pada dewasa, timbul sebagai nodul
bulat, kecil (<1 cm), pada dermis atau jaringan
subkutan.
• Pada pemeriksaan histologis tampak sel spindel
yang saling melilit bercampur sel yang kaya
lemak dan berbentuk seperti histiosit, tepi lesi
infiltratif, tapi tidak terjadi invasi lokal ekstensif.
• Dapat disembuhkan dengan eksisi sederhana.
• Patogenesis dermatofibroma belum diketahui
secara pasti.
Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor Fibrohistiosistik: Sarkoma
Fibroblastik Pleomorfik

• Nama lain: pleomorphic undifferentiated sarcoma


• Pleomorfisme sitologik, adanya sel multinuklear, dan
arsitektur storiform
• Berukuran besar (5-20 cm), berwarna abu-putih,
tidak berkapsul, biasanya muncul di otot pada
proksimal ekstremitas atau pada retroperitoneum
• Kebanyakan tumor ini bersifat agresif, akan
mengalami rekurens bila tidak dieksisi secara luas,
dan memiliki metastatic rate 30-50%.

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Robbins Basic Pathology 9th
Edition – Kumar Abbas Aster
– Chapter 20: Bones, Joints,
and Soft Tissue Tumors
Tumor Otot Rangka: Rhabdomyoma
• Kebanyakan tumor pada otot rangka bersifat
malignan
• Rhabdomyoma jarang ditemukan, biasanya pada
jantung

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor Otot Rangka:
Rhabdomyosarkoma
• Jenis sarkoma jaringan lunak pada anak-anak dan remaja yang terbanyak
(biasa muncul sebelum usia 20 tahun).
• Biasanya muncul di kepala, leher, atau traktus genitourinarius (pada tempat-
tempat yang memiliki sedikit otot rangka normal).
• Ada beberapa jenis histologi yang berbeda: embrional, alveolar, dan
pleomorfik.
• Diagnosis didasarkan pada demonstrasi diferensiasi otot rangka (dalam
bentuk sarkomer pada pengamatan ME / demonstrasi imunohistokimia
faktor transkripsi seperti mygenin, MYOD-I dan desmin.
• Bersifat agresif, diobati dgn kombinasi tindakan operatif, kemoterapi, dan
radiasi.
• Prognosis ditentukan oleh lokasi, penampang histologis, dan genetik tumor
tersebut (deteriorasi tercepat pada embrional, pleomorfik, lalu alveolar).
• Biasa dapat disembuhkan pada 2/3 kasus anak-anak, namun prognosis agak
buruk pada dewasa dengan tipe pleomorfik.

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Robbins Basic Pathology 9th
Edition – Kumar Abbas Aster
– Chapter 20: Bones, Joints,
and Soft Tissue Tumors
Tumor Otot Polos: Leiomyoma
• Jenis tumor yang cukup umum, dapat timbul pada
otot polos di semua bagian tubuh.
• Kebanyakan ditemui di uterus dan pada kulit.

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor Otot Polos: Leiomyosarkoma

• Merupakan 10-20% kasus sarkoma jaringan lunak.


• Biasa terjadi pada orang dewasa, dan lebih umum pada wanita.
• Lokasi umum: kulit, jaringan lunak dalam pada ekstremitas dan
retroperitoneum (vena cava inferior).
• Manifestasi: massa padat dan tidak nyeri. Pada retroperitoneal:
besar dan padat dan menyebabkan gejala-gejala abdominal.
• Pemeriksaan histologis menunjukkan sel spindel dengan nukleus
cigar-shaped yang tersusun seakan seperti rajutan.
• Pengobatan bergantung pada ukuran, lokasi, dan grade tumor.
• Prognosis: cukup baik pada leiomyosarkoma superfisial / cutaneous,
agak buruk untuk tumor retroperitoneum (karena besar dan sulit
dieksisi dan dapat berekstensi lokal dan bermetastasis).

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Tumor dari Histogenesis yang
Kurang Dipahami: Sarkoma Sinovial
• Kurang dari 10% sarkoma sinovial bersifat intraartikuler.
• Merupakan 10% kasus sarkoma jaringan lunak, biasanya muncul
pada dewasa berusia 20-40 tahun.
• Biasanya berkembang di jaringan lunak dalam di sekitar sendi-sendi
besar pada ekstremitas (60-70% terjadi di lutut), perjalanan penyakit
bisa bertahun-tahun sebelum ditemukan.
• Kebanyakan sarkoma sinovial menunjukkan translokasi (X;18).
• Pada pemeriksaan histologis, dapat bersifat bifasik (sel epitel dan
spindel) atau monofasik (terbentuk hanya dari sel spindel)  sering
salah terdiagnosis sebagai fibrosarkoma atau malignant peripheral
nerve sheath tumors.
• Pemeriksaan imunokimia sangat berguna karena sel tumor
menghasilkan keratin (+) dan antigen membran epitelial (+) 
membedakan mereka dari sebagian besar sarkoma lainnya.

Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors
Robbins Basic Pathology 9th
Edition – Kumar Abbas Aster
– Chapter 20: Bones, Joints,
and Soft Tissue Tumors
KIE
• Bantulah pasien memahami kondisi penyakit,
pilihan terapi dan informasi tentang resiko
• Doronglah pasien untuk berpartisipasi dalam
terapi
• Berikan konseling motivasi tambahan
• Lakukan pemantauan lanjutan
• Sediaakan lingkungan konseling yang sesuai
• Tunjukan empati dan dukungan emosional
kepada pasien
Daftar Pustaka
• Robbins Basic Pathology 9th Edition – Kumar Abbas Aster – Chapter 20: Bones,
Joints, and Soft Tissue Tumors
• Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid III Edisi VI – Bab Penyakit Skeletal
• http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/tc/venous-skin-ulcer-
topic-overview
• http://www.nhs.uk/conditions/Leg-ulcer-venous/Pages/Introduction.aspx
• http://www.webmd.boots.com/skin-problems-and-treatments/guide/leg-ulcers
• http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20418641
• http://www.clinimed.co.uk/Wound-Care/Education/Indication-Classification/Leg-
Ulcers.aspx
• http://www.racgp.org.au/afp/2014/september/management-of-venous-leg-ulcers-
in-general-practice-%E2%80%93-a-practical-guideline/
• http://www.webmd.com/a-to-z-guides/benign-tumors-causes-treatments?page=3
• WHO soft tissue tumours classification, International Agency for Research on
Cancer
• http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001310.htm
Kesimpulan dan Saran
• Kesimpulan:
Kami telah mempelajari:
– Ulkus di Tungkai
– Tumor Jinak Jaringan Lunak dan Otot
• Saran:
– Diet rendah gula dan lemak
– Perawatan luka
– Konsul mata (untuk mengetahui apakah ada
komplikasi dari DM pasien)

Anda mungkin juga menyukai