Anda di halaman 1dari 43

TEKNIK PONDASI I

by
Ratna Dewi, ST., MT.
Yulinda Sari, ST., M.Eng.
KAPASITAS DUKUNG PONDASI
Jenis-jenis tanah berikut dapat dipakai sebagai
perkiraan daya dukung tanah :

1. Jenis tanah cadas: daya dukungnya baik sekali.

2. Jenis kerikil/batu : daya dukungnya baik.

3. Jenis tanah pasir/silt: daya dukungnya meragukan.


Pada tanah pasir, jika dalam kondisi jenuh air dan
menerima getaran maka butir butirnya saling
memisahkan diri/saling lepas sehingga daya dukungnya
nol. Peristiwa ini disebut liquefaction yang sangat
berbahaya bagi bangunan.
Jenis-jenis tanah berikut dapat dipakai sebagai
perkiraan daya dukung tanah :

4. Jenis tanah liat : daya dukungnya sangat meragukan.


Sifat tanah liat, yaitu pada keadaan kering menjadi
keras, tetapi ada keadaan basah menjadi lunak
(daya dukungnya menurun). Jika terjadi getaran
pada tanah liat basah maka sifat getaran tersebut
dapat membahayakan bangunan.
Daya Dukung Pondasi

Daya dukung tanah merupakan salah salah satu faktor penting


dalam perencanaan pondasi beserta struktur diatasnya. Daya dukung
tanah yang diharapkan untuk mendukung pondasi adalah daya
dukung yang mampu memikul beban struktur, sehingga pondasi
mengalami penurunan yang masih berada dalam batas toleransi.

Tanah memiliki sifat untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatan


gesernya apabila mendapat tekanan berupa beban. Apabila beban
yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya dukung
batasnya, tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah
melampaui ketahanan geser pondasi, maka akan terjadi keruntuhan
geser pada tanah pondasi.
Daya Dukung Pondasi

 Dalam keadaan batas dimana keruntuhan akan terjadi, maka akan


terbentuk daerah kesetimbangan plastis di sekitar pondasi yang
bersentuhan dengan pondasi.

Suatu daerah keseimbangan plastis tertentu diperkirakan terbentuk


dengan pola yang sama, tidak hanya bila pondasi ditempatkan pada
permukaan, tetapi juga pada pondasi yang dibuat pada galian dalam
atau pada bagian ujung tiang pancang.
FASE-FASE KERUNTUHAN PONDASI
Untuk mempelajari perilaku
tanah pada saat permulaan
sampai mencapai keruntuhan
dilakukan tinjauan terhadap
pondasi kaku pada
kedalaman dasar pondasi
yang tidak lebih dari lebar
pondasinya dengan
penambahan beban secara
berangsur-angsur.
FASE I
Awal pembebanan tanah dibawah pondasi turun, terjadi
deformasi lateral dan vertikal ke bawah. Penurunan yang
terjadi sebanding dengan besarnya beban tanah dalam kondisi
keseimbangan elastis. Massa tanah di bawah pondasi
mengalami kompresi sehingga kuat geser tanah naik, sehingga
daya dukung bertambah.
FASE II
Pada penambahan beban selanjutnya, penurunan tanah terbentuk
tepat di dasar pondasi dan deformasi plastis tanah menjadi
dominan. Gerakan tanah pada kedududkan plastis dimulai dari tepi
pondasi, dengan bertambah beban zona plastis berkembang, kuat
geser tanah berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral semakin
nyata, sehingga terjadi retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling
tepi pondasi.
FASE III
Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang
semakin bertambah sejalan dengan penambahan beban yang
diikuti oleh gerakan tanah kearah luar sehingga permukaan
tanah menggembung, sehingga tanah mengalami keruntuhan
disebut bidang geser radial dan linier.
Berdasarkan pengujian model Vesic (1963)
membagi mekanisme keruntuhan pondasi menjadi
3 macam :

a. Keruntuhan Geser Umum (general shear failure).

b. Keruntuhan Geser Lokal (local shear failure).

c. Keruntuhan Keruntuhan Memotong / Penetrasi


(punching shear failure/ penetration failure)
a. .
a. Pola keruntuhan Umum
(general shear failure)

 Pola ini ditunjukkan oleh adanya bidang geser


yang menerus dari salah satu sudut pondasi ke
permukaan tanah.

 Dalam hal ini keruntuhan dapat terjadi tiba-tiba


dan membahayakan karena pondasi akan
terputar dalam arah longsoran.
Gambar (a). Pola keruntuhan Umum (general shear failure)
b. Pola keruntuhan Lokal
(local shear failure)

 Pada pola keruntuhan ini, garis longsoran


hanya terjadi di bawah pondasi dan tidak
diteruskan ke permukaan tanah.

 Keruntuhan ini dapat diketahui dengan melihat


adanya gelembung pada sisi-sisi pondasi.
Gambar (b). Pola runtuhan Lokal (local shear failure)
c. Pola Keruntuhan Memotong/Penetrasi
(punching shear failure/penetration failure)

Merupakan pola keruntuhan yang mudah diamati.


Beban yang diterima oleh tanah dasar menyebabkan
terjadinya pemampatan tanah di bawahnya, sedangkan
tanah di sekitarnya tidak mengalami perubahan.

Umumnya terjadi pada tanah kompresibel atau pada


tanah keras diatas tanah kompresibel.
Gambar (c). Pola Keruntuhan Memotong (punching shear failure)
Lapisan tanah yang mempunyai pola keruntuhan ini;
• Lapisan pasir yang sangat lunak
• Lapisan tanah yang mudah mampat
• Lapisan pasir yang terletak diatas lapisan tanah lunak
• Lapisan tanah lunak yang mendapat pembebanan
perlahan dan memungkinkan tercapainya kondisi
drainase.

Pola keruntuhan ini dapat juga terjadi apabila


kedalaman pondasi (Df) sangat besar bila dibandingkan
dengan lebarnya (B)
Gambar Hubungan Df/B, Dr, dan model keruntuhan tanah pasir
(Vesic, 1973)
TEORI DAYA DUKUNG
Teori Daya Dukung

 Tujuan dari analisis daya dukung adalah untuk mempelajari


kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi dan struktur
diatasnya.

Daya Dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan


penurunan akibat pembebanan.

Perancangan pondasi harus dipertimbangkan terhadap keruntuhan


geser dan penurunan yang berlebihan. Untuk ini, perlu dipenuhi dua
kriteria, yaitu : kriteria stabilitas dan kriteria penurunan.
Teori Daya Dukung

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangn


pondasi adalah :

1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya


dukung harus dipenuhi. Dalam hitungan daya dukung, umumnya
digunakan faktor aman 3.

2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas nilai uang


ditoleransikan. Khusus untuk penurunan tak seragam (differential
settlement) harus tidak mengakibatan kerusakan struktur.
Teori Daya Dukung

Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang, perhatian harus


diberikan pada peletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan
pada kedalaman yang cukup untuk menanggulangi resiko erosi
permukaan, gerusan, kembang susut tanah, dan gangguan tanah
disekitar pondasi lainnya.

Analisis-analisis daya dukung dilakukan dengan cara pendekatan


untuk memudahkan hitungan.Persamaan-persamaan yang dibuat,
dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang
terjadi saat keruntuhan.Analisisnya dilakukan dengan menganggap
bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan bersifat plastis
Teori Daya Dukung
Teori Daya Dukung

Persamaan-persamaan daya dukung tanah yang diusulkan,


umumnya didasarkan pada persamaan Mohr-Coulomb :

t = c + s tg f
dimana :
t = tahanan geser tanah
c = kohesi tanah
f = sudut geser dalam tanah
s = tegangan normal
Teori Daya Dukung

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh :


Prandtl (1921)

Yang kemudian dikembangkan oleh :


Terzaghi (1943)
Meyerhoff (1955)
De Beer dan Vesic (1958)
qult = C Nc Sc + q Nq + 0.5  B N S
Dengan :
C : Kohesi tanah di bawah dasar pondasi (kN/m2)
 : Berat volume tanah (kN/m3)
B : Lebar Pondasi (m)
Df : Kedalaman pondasi (m)

Nc, Nq, dan N : faktor kapasitas dukung tanah yang


tergantung dengan nilai f (sudut gesek dalam tanah)
Bentuk Sc S
Pondasi Menerus 1,0 1,0
Pondasi Lingkaran 1,3 0,6
Pondasi Bujur Sangkar 1,3 0,8

Pondasi Menerus qult = C Nc + q Nq + 0.5  B N

Pondasi Lingkaran qult = 1.3 C Nc + q Nq + 0.3  B N

Pondasi Bujur Sangkar qult = 1.3 C Nc + q Nq + 0.4  B N


Pondasi Segi Empat :

qult = C Nc (1+ 0.3B/L)


+ q Nq
+ 0.5  B N (1 – 0.2B/L)
Persamaan kapasitas dukung di atas digunakan untuk
general shear failure, bila untuk lokal shear failure :

C C’ = 2/3 C
f tan f’ = 2/3 tan f

qult = 2/3 C Nc‘ Sc + q Nq‘+ 0.5  B N‘ S

f’ = arc tg [ 2/3 tan f ]


FAKTOR DAYA DUKUNG TERZAGHI
CONTOH SOAL
Hitung kapasitas dukung ultimit dari pondasi bujur
sangkar di bawah ini, bila terjadi general shear failure.
PENYELESAIAN
Diketahui :

q = 1 Df
= 18,6 kN/m3 x 2 m
= 37,2 kN/m2

Bentuk Bujur Sangkar :


Sc = 1,3 dan S = 0,8

dengan f2 = 300, Nc = 37,2 Nq = 22,5 N = 19,7


PENYELESAIAN

qult = C Nc Sc + q Nq + 0.5  B N S
= (49 x 37,2 x 1,3) + (37,2 x 22,5)
+ (0,5 x 19,5 x 2 x 19,7 x 0,8)
= 2369,64 + 837 + 307,32
= 3513,96 kN/m2
Thank You

SELESAI KULIAH KE-2

Anda mungkin juga menyukai