Anda di halaman 1dari 35

Direktorat Pengawasan Norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UTAMAKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
PENGAWASAN K3
Bab IV Pasal 5

MENAKER
DIREKTUR

PEG. AHLI PANITIA DOKTER P2K3


PENGA K3 BANDING PRSH
WAS

DEP/DINAS LUAR - POLI PRSH PRSH


DEPNAKER - JASA KESEH

- INDUSTRI
PEMERINTAH SWASTA
{ - JASA ----PJIT
Kewajiban Pengurus Dalam K3

UU No. 1 / 1970 :
• memeriksa kesehatan badan, kondisi mental,
kemampuan fisik TK baru;
• pemeriksaan kesehatan berkala;
• menunjukan dan menjelaskan :
- sumber bahaya
- alat pengamanan dan APD
FORMAL - cara dan sikap kerja yang aman
• mempekerjakan TK setelah paham
• pembinaan K3
• memenuhi dan mentaati syarat K3
• laporan kecelakaan
• memasang UUKK dan poster
• menyediakan APD
• membentuk P2K3
• menerapkan SMK3
Pengertian P2K3

Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja ialah suatu lembaga
yang dibentuk di perusahaan untuk
membantu melaksanakan dan menangani
usaha-usaha keselamatan dan kesehatan
kerja yang keanggotaannya terdiri dari
unsur pengusaha dan pekerja.
P2K3

Wadah kerjasama
antara unsur pimpinan
perusahaan dan
tenaga kerja dalam
menangani masalah K3
di perusahaan
Tujuan

• Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan


• Mempercepat birokrasi
• Mempercepat pengambilan keputusan
• Pengawasan tidak langsung
DASAR HUKUM

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970


2. Per. Menaker No. 04/Men/1987
3. Per. Menaker No. 02/Men/1992
DASAR HUKUM

1. Undang-undang Keselamatan Kerja


No.1 Tahun 1970 pasal 10
ayat (1) :
“Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian
dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi”,
ayat (2) :
“Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja”
DASAR HUKUM

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.


Kep. 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Pembentukan P2K3

Setiap tempat kerja dengan kriteria


tertentu, pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3. Kreteria yang
dimaksud adalah :
 Tempat kerja dimana dipekerjakan 100
(seratus orang) atau lebih
 Tempat kerja/ perusahaan dimana
dipekerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang dengan tingkat bahaya sangat besar
Keanggotaan P2K3
1. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha
dan tenaga kerja yang susunannya terdiri atas
Ketua, Sekretaris dan Anggota.

2. Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 yaitu petugas K3


diperusahaan yang telah mempunyai Surat
Penunjukan dari Menteri.

3. Ketua P2K3 adalah pimpinan perusahaan atau


salah satu pimpinan perusahaan yang ditunjuk
(khusus untuk kelompok perusahaan/ sentra
industri)
Jumlah dan Susunan P2K3
a.Perusahaan dengan tenaga kerja 100
(seratus) orang atau lebih,
jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 (dua
belas) orang teridiri dari 6 (enam) orang
mewakili pengusaha/ pimpinan dan 6 (enam)
orang mewakili tenaga kerja
b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50
(lima puluh) sampai dengan 100 (seratus)
orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6
(enam) orang yang terdiri atas 3 (tiga) orang
mewakili pengusaha dan 3 (tiga) orang
mewakili pekerja
Jumlah dan Susunan P2K3

c.Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja


kurang dari 50 (lima puluh) orang dengan
tingkat resiko bahaya sangat besar jumlah
anggota sesuai dengan butir b diatas

d.Kelompok perusahaan yang mempunyai


tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh)
orang untuk anggota kelompok, jumlah
anggota sesuai butir b di atas yang masing-
masing anggota mewakili perusahaannya
Tahapan / Prosedur Pembentukan P2K3
Di Perusahaan
1. Menetapkan Kebijakan K3 atau diperusahaan dikenal
dengan Safety and Health Policy. Kebijakan K3 pada
prinsipnya berisi penegasan pimpinan perusahaan atas
tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan K3 dan
pentingnya dukungan dari setiap pekerja di perusahaan
agar Kebijakan K3 tersebut dapat berjalan dan berhasil
dengan baik.
Kebijakan K3 ini harus dituangkan secara tertulis dan
disosialisasikan kepada setiap pekerja di perusahaan.
2. Inventarisasi calon anggota P2K3. Pimpinan perusahaan
menyusun daftar calon anggota P2K3 yang diusulkan oleh
unit kerjanya masing-masing.
Tahapan / Prosedur Pembentukan P2K3
Di Perusahaan
1. Selama dalam proses pembentukan dan penyusunan
calon anggita P2K3, pimpinan perusahaan dapat
melakukan konsultasi untuk mendapatkan petunjuk yang
diperlukan ataupun menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan proses pembentukan P2K3 sesuai dengan
peraturan perundangan kepada Kantor Depnaker
setempat (sekarang Dinas Tenaga Kerja);
2. Setelah pinpinan perusahaan berhasil menyusun anggota
P2K3 maka dilanjutkan dengan pembentukan secara
resmi oleh pimpinan perusahaan;
3. Tahap selajutnya pimpinan perusahaan melaporkan
secara tertulis susunan anggota P2K3 kepada Kantor
Dinas Tenaga Kerja setempat dan meminta untuk
mendapatkan pengesahan.
Tahapan / Prosedur Pembentukan P2K3
Di Perusahaan
1. Selama dalam proses pembentukan dan penyusunan
calon anggita P2K3, pimpinan perusahaan dapat
melakukan konsultasi untuk mendapatkan petunjuk yang
diperlukan ataupun menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan proses pembentukan P2K3 sesuai dengan
peraturan perundangan kepada Kantor Depnaker
setempat (sekarang Dinas Tenaga Kerja);
2. Setelah pinpinan perusahaan berhasil menyusun anggota
P2K3 maka dilanjutkan dengan pembentukan secara
resmi oleh pimpinan perusahaan;
3. Tahap selajutnya pimpinan perusahaan melaporkan
secara tertulis susunan anggota P2K3 kepada Kantor
Dinas Tenaga Kerja setempat dan meminta untuk
mendapatkan pengesahan.
MANFAAT
• Mengembangkan kerjasama bidang
K3
• Meningkatkan kesadaran dan
partisipasi tenaga kerja terhadap K3
• Forum komunikasi dalam bidang K3
• Menciptakan tempat kerja yang nihil
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
TUGAS POKOK

Memberikan
saran dan
pertimbangan
di bidang K3
kepada
pengusaha/pe
ngurus tempat
kerja (diminta
maupun tidak)
Tugas - Tugas
• Menghimpun dan mengolah data K3
• Data kecelakaan
• Data potensi bahaya

• Membantu, menunjukan dan menjelaskan :

 Faktor bahaya
 Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan prod’s
 APD (Alat Pelindung Diri)
 Cara dan sikap kerja yang benar dan aman
Tugas - Tugas

• Membantu pengusaha atau pengurus :


 Mengevaluasi cara kerja, proses dan Lingkungan kerja
 Tindakan koreksi dan alternatif
 Mengembangkan sistem pengendalian bahaya
 Mengevaluasi penyebab kec. dan PAK
 Mengembangkan penyuluhan dan penelitian
 Pemantauan gizi kerja dan makanan
 Memeriksa kelengkapan peralatan K3
 Pelayanan kesehatan tenaga kerja
 Mengembangkan lab. Dan interpretasi hasil pem.
 Menyelenggarakan administrasi K3

• Membantu menyusun kebijakan manajemen K3


dan pedoman kerja
PERAN

• Sebagai sekretaris
pada P2K3 di lini
fungsional
• Memfollow up
rekomendasi atau
saran dan
perkembangan yang
telah disepakati
kedua belah pihak di
lini struktural
PROGRAM KERJA
• Safety meeting
• Inventarisasi permasalahan K3
• Indentifikasi dan inventarisasi
sumber bahaya
• Penerapan norma K3
• Inspeksi secara rutin dan teratur
• Penyelidikan dan analisa
kecelakaan
• Pendidikan dan latihan
• Prosedur dan tata cara evakuasi
• Catatan dan data K3
• Laporan pertanggungjawaban
• Penelitian
OUT COME

• Rekomendasi K3
• Laporan
Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Kepada Yth.:
Perusahaan : Pimpinan Perusahaan ………
Alamat :

Rekomendasi

Kemungkinan
No. Bahaya Potensial Rekomendasi
Kecelakaan

1 2 3 4

Tembusan kepada Yth.: …………., tanggal-bulan-tahun

1. Kadisnaker …… Ketua P2K3

…………………………..
Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Kepada Yth.:
Perusahaan : Ka.Disnaker ………
Alamat :

LAPORAN

No. Tanggal Kegiatan Keterangan

1 2 3 4

Tembusan kepada Yth.: …………., tanggal-bulan-tahun

1. Pimpinan Perusahaan …… Ketua P2K3

…………………………..
Hazard Identification
and Control
“HAZARD” (potensi bahaya)
Adalah suatu kondisi yang dapat
minimbulkan / menyebabkan
gangguan/ kegagalan
kecelakaan/kerusakan

Hazard dapat berupa :


 bahan-bahan , peralatan, cara kerja,
proses kerja sifat pekerjaan dan
lingkungan kerja.
Jenis Potensi Bahaya
 Physical Hazards
 Chemical Hazards
 Electrical Hazards
 Mechanical Hazards
 Physiological Hazards
 Biological Hazards
 Ergonomic
IDENTIFIKASI BAHAYA
Dalam melakukan identifikasi bahaya
Ada tiga pertanyaan yang dapat dipakai
sebagai panduan

• Sumber/kondisi apa yang dapat


menimbulkan cidera/loss ?
• Apa / siapa yang
terexposure/korban/Target ?
• Jenis kerugian / type kecelakaan yang
mungkin terjadi ?
IDENTIFIKASI BAHAYA
Terget yang mungkin terkena/terpengaruh
sumber bahaya :
• Manusia
• Produk
• Peralatan/fasilitas
• Lingkungan
• Proses
• Reputasi
• Lainnya??
Jenis / Type Kecelakaan
 Gangguan proses produksi
 Gangguan pelayanan
 Cidera atau gangguan kesehatan
 Kerusakan peralatan
 Pencemaran lingkungan
 Kebakaran / peledakan
Teknik Identifikasi Bahaya

Banyak alat bantu yang dapat digunakan untuk


mengidentifikasi bahaya di tempat kerja. Beberapa
metode/teknik tersebut;
 inspeksi
 pemantauan/survey
 Observasi/JSO/JSA
 kuesioner
 audit
 data-data statistik
Pengendalian Potensi Bahaya

: Rekomendasi dan tindakan perbaikan

Hirarki Pengendalian
1. Engineering Controls/ Rekayasa teknik/improvement - menghilangkan
atau mengurangi potensi bahaya
•Menghilangkan atau mengurangi tingkat keparahan bahaya melalui design awal
, redesign, menutup, menggantikan/ substitution, relokasi atau perubahan teknik
lainnya.
•Kelebihan : menghilangkan potensi bahaya itu sendiri; tidak tergantung pada
perubahan behavior.
•Kelemahan : mungkin tidak dapat dilakukan karena memerlukan waktu yang
panjang dan biaya tinggi.

13
2. Management Controls /pengendalian managemen -
Menghilangkan atau mengurangi paparan
•Mengurangi durasi, frequency, and severity paparan melalui (1)
perubahan prosedur dan cara kerja (2) scheduling, job rotasi,
waktu istirahat.
•Kelemahan : keberhasilan sangat tergantung pada (1) sistem
pengawasan pelaksanaan pengendalian (2) tingkah laku pekerja.
3. Personal protective equipment (PPE)/ alat Pelindung Diri (APD) -
memasang penghalang /barrier
•APD digunkan hanya sebagai penghalang antara pekerja dan
hazard.
•Kelemahan : keberhasilan sangat tergantung (1) sistem pengawasan
pelaksanaan pengendalian (2) tingkah laku pekerja.
Wassalamu alaikum
Warrohmatullohi
Wabarokatuh

Anda mungkin juga menyukai