Anda di halaman 1dari 32

DASAR-DASAR

PROTOKOLER

Dewan Kerja Cabang Pematangsiantar


A. DASAR HUKUM KEPROTOKOLAN

Undang - Undang No 9 Tahun 2010


Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata
Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan
sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya
dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.
Acara Kenegaraan adalah acara yang diatur
dan dilaksanakan oleh panitia negara secara
terpusat, dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden, serta Pejabat Negara dan undangan
lain.
Acara Resmi adalah acara yang diatur dan
dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga
negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi
tertentu dan dihadiri oleh Pejabat Negara
dan/atau Pejabat Pemerintahan serta
undangan lain.
“ Serangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan aturan dalam acara kenegaraan atau
acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata
Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai
bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat “
Penyelenggaraan Keprotokolan Acara
Resmi dilaksanakan oleh PETUGAS PROTOKOL
yang merupakan bagian dari
kesekretariatan lembaga negara dan/
atau instansi pemerintahan
TUJUAN KEPROTOKOLAN
Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau Tamu
Negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan
masyarakat;

Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar


berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan
ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional maupun internasional; dan
Menciptakan hubungan baik dalam tata
pergaulan antarbangsa
Ruang lingkup Keprotokolan dalam Undang-Undang ini
meliputi :

Tata Tempat;

Tata Upacara

Tata Penghormatan
TATA TEMPAT

Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat


Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau
organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat
Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi
( Pasal 1 )
TATA TEMPAT
(PASAL 8 )

Pejabat Negara,Pejabat
Pemerintahan,Perwakilan Negara Asing
dan/atau Organisasi Internasional, Tokoh
Masyarakat Tertentu dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi mendapat
tempat sesuai dengan pengaturan tata
tempat
TATA TEMPAT DALAM ACARA RESMI DI PROVINSI
a. gubernur;
b. wakil gubernur;
c. mantan gubernur dan mantan wakil gubernur;
d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya;
e. kepala perwakilan konsuler negara asing di daerah;
f. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau
nama lainnya;
g. Sekretaris daerah, panglima/komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia
semua angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan tinggi semua badan
peradilan, dan kepala kejaksaan tinggi di provinsi;
h. pemimpin partai politik di provinsi yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah provinsi;
i. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya,
anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan anggota Majelis Rakyat
Papua;
Tata Tempat dalam Acara Resmi di kabupaten/kota :
a. bupati/walikota;
b. wakil bupati/wakil walikota;
c. mantan bupati/walikota dan mantan wakil bupati/wakil walikota;
d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama lainnya;
e. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama
lainnya;
f. kretaris daerah, komandan tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua
angkatan, kepala kepolisian, ketua pengadilan semua badan peradilan, dan
kepala kejaksaan negeri di kabupaten/kota;
g. Pemimpin partai politik di kabupaten/kota yang memiliki wakil di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
h. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau nama
lainnya;
i. Pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat
kabupaten/kota;
j. Asisten sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala badan tingkat
kabupaten/kota, kepala dinas tingkat kabupaten/kota, dan pejabat eselon II,
kepala kantor perwakilan Ban
TATA UPACARA

 TATA UPACARA BENDERA

 TATA UPACARA BUKAN BENDERA


 TATA UPACARA BENDERA
Hanya dapat dilakukan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi:
a. HUT Proklamasi Kemerdekaan RI
b. Hari Besar Nasional
c. HUT lahirnya Lembaga Negara
d. HUT instansi pemerintah
e. HUT provinsi dan kab/kota

Psl. 17 UU No.9 Thn. 2010


KELENGKAPAN UPACARA BENDERA
 a. inspektur upacara;
 b. komandan upacara;
 c. perwira upacara;
 d. peserta upacara;
 e. pembawa naskah;
 f. pembaca naskah; dan
 g. pembawa acara.

Psl. 24 UU No.9 Th. 2010


PERLENGKAPAN UPACARA
 a. bendera;
 b. tiang bendera dengan tali;
 c. mimbar upacara;
 d. naskah Proklamasi;
 e. naskah Pancasila;
 f. naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
 g. teks doa.

Psl. 24 UU No.9 Th. 2010


TATA UPACARA BENDERA MELIPUTI:
A. TATA URUTAN DALAM UPACARA
BENDERA

KHUSUS TATA URUTAN UPACARA BENDERA DALAM PERINGATAN


HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN ( SEKURANG-KURANGNYA )
 PENGIBARAN BENDERA NEGARA DIIRINGI DENGAN LAGU
KEBANGSAAN INDONESIA RAYA
 MENGHENINGKAN CIPTA

 MENGENANG DETIK-DETIK PROKLAMASI DIIRINGI TEMBAKAN


MERIAM, SIRINE, BEDUG, LONCENG GEREJA DAN
LAINNYASELAMA 1 MENIT
 PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI

 PEMBACAAN DOA

Psl. 20 UU No.9 Th. 2010


TATA URUTAN UPACARA BENDERA SEKURANG-KURANGNYA
MELIPUTI
 PENGIBARAN BENDERA NEGARA DIIRINGI DENGAN LAGU
KEBANGSAAN INDOENSIA RAYA
 MENGHENINGKAN CIPTA

 PEMBACAAN NASKAH PANCASILA

 PEMBACAAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA 1945 DAN
 PEMBACAAN DOA

Psl. 19 UU No.9 Th. 2010


B. TATA BENDERA NEGARA DALAM UPACARA BENDERA

 bendera dikibarkan sampai dengan saat


matahari terbenam;
 tiang bendera didirikan di tempat
upacara; dan
 penghormatan pada saat pengibaran atau
penurunan bendera.

Psl. 21 UU No.9 Th. 2010


C. TATA LAGU KEBANGSAAN
DALAM UPACARA BENDERA
 pengibaran atau penurunan bendera Negara dengan diiringi lagu
kebangsaan;
 iringan lagu kebangsaan dalam pengibaran atau penurunan bendera
negara dilakukan oleh korps musik atau genderang dan/atau sangkakala,
sedangkan seluruh peserta upacara mengambil sikap sempurna dan
memberikan penghormatan menurut keadaan setempat.
 Dalam hal tidak ada korps musik atau gendering dan/atau sangkakala
pengibaran atau penurunan bendera negara diringi dengan lagu
kebangsaan oleh seluruh peserta upacara.
 Waktu pengiring lagu untuk pengibaran atau penurunan bendera tidak
dibenarkan menggunakan musik dari alat rekam.

Psl. 22 UU No.9 Th. 2010


D. TATA PAKAIAN DALAM UPACARA BENDERA
 dalam acara kenegaraan digunakan pakaian sipil
lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran, atau
pakaian nasional yang berlaku sesuai dengan
jabatannya atau kedudukannya dalam masyarakat

 dalam acara resmi dapat digunakan pakaian sipil


harian atau seragam resmi lain yang telah ditentukan

Psl. 23 UU No.9 Th. 2010


 TATA UPACARA BUKAN BENDERA

Upacara bukan upacara bendera dapat


dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi
Tata upacara bukan upacara bendera meliputi:
a. Tata urutan upacara bendera
menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya;
pembukaan;

acara pokok; dan

penutup

b. Tata pakaian upacara bukan upacara bendera disesuaikan


c. Bendera negara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi upacara
bukan upacara bendera dipasang pada sebuah tiang bendera dan
diletakkan di sebelah kanan mimbar.
ETIKA PROTOKOLER
 Pengertian Etika Protokol

Etika protokol adalah nilai-nilai, norma-


norma atau kaidah-kaidah, ukuran-ukuran
yang berupa aturan-aturan tatanan yang
harus ditaati dalam acara kenegaraan atau
acara resmi yang meliputi pengaturan
mengenai tata tempat, tata upacara, dan
tata penghormatan.
TUJUAN ETIKA

Etika bertujuan meneliti tingkah laku


manusia yang dianggap merupakan
cerminan dari apa yang terkandung
dalam jiwa atau dalam hati
nuraninya.
ETIKET

Etiket terkait dengan pergaulan manusia,


yang mengandung arti “tata
krama”,”sopan santun” dan “tata tertib”.
Etiket berkonotasi dengan sesuatu yang
indah, cantik atau estetika
DEFINISI ETIKET

ETIKET ASAL KATA DARI PERANCIS “ETIQUETTE”


YAITU TATA SOPAN SANTUN ATAU KARTU
UNDANGAN
ATAU LABEL DALAM SUATU KEMASAN.

PENGERTIAN LUAS ETIKET “ETALASE” YAITU


OBJEK/SESEORANG SEHINGGA SANGAT PENTING
DALAM MEMBENTUK CITRA SESEORANG ATAU
SEBUAH LEMBAGA
PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET

1. Etika
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu
perbuatan namun memberi norma pada perbuatan itu
sendiri.

Etika selalu berlaku tanpa batas ruang dan waktu atau


bersifat universal, absolut/mutlak dengan sanksi yang
jelas.dan menyangkut hidup manusia fisik dan non fisik
(dunia akhirat).
 2. Etiket
Etiket menyangkut suatu perbuatan yang harus dilakukan
manusia,bersifat relatif dan hanya memfokuskan perhatian pada
manusi dari segi lahiriah.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

SIDPARCAB DAN LATIHAN GABUNGAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA


KWARCAB PEMATANGSIANTAR TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai