Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN KONSUMSI

PANGAN TERIGU UNTUK MENCAPAI KEMANDIRIAN


PANGAN DI TAHUN MENDATANG
Oleh :
KELOMPOK 9
IKM A 2015

1. Genduk Lintang Rusmawarda 101511133019


2. Novela Sanderina Rumaropen 101511133094
3. Ni’matul Mawaddah 101511133170

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Airlangga
2017
LATAR BELAKANG

DOMINASI KONSUMSI BERAS

DIVERSIFIKASI PANGAN

PANGAN TEPUNG TERIGU

KONSUMSI TERIGU MENINGKAT

IMPOR TEPUNG TERIGU

KEBIJAKAN PANGAN UNTUK MENCIPTAKAN KEMANDIRIAN


PANGAN TERIGU
Analisis Kondisi dan Situasi Pangan Terigu Di
Indonesia

Produksi Pangan Terigu Di Indonesia

 Data dari APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia) jumlah industri
terigu nasional yang menjadi anggota asosiasi sampai dengan tahun 2013 adalah 21
produsen.
 Peta sentra produksi terigu : Jakarta, Tangerang, Cilegon, Cibitung, Bekasi,
Semarang Cilacap, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, serta Mojokerto. Sedangkan untuk di
luar Pulau Jawa berada di Medan dan Makassar.

Sumber : BPS, 2014


Data Produksi dan Distribusi Tepung Terigu di Indonesia
Tahun 2010-2013

Sumber : APTINDO 2014 Sumber : BPS, 2014


Kondisi Dan Situasi Impor Pangan Terigu

 Survei yang dilakukan oleh BPS terkait pasokan bahan baku gandum yang
digunakan oleh produsen tepung terigu menghasilkan informasi bahwa produsen
tepung terigu mendapat pasokan bahan baku gandum dari beberapa negara
penghasil gandum seperti Australia, Canada, Amerika Serikat, India, dan Rusia.
 Data impor Terigu nasional Tahun 2010-2013.

Sumber : Aptindo, 2014


Kondisi Dan Situasi Ketersediaan Pangan Terigu

 Berdasarkan Data Statistik Ketahanan Pangan 2014, ketersediaan Terigu di


Indonesia selalu meningkat. Dilihat dari proyeksi kebutuhan dan realisasi
pemenuhan ketersediaan Terigu pada Tahun 2013 sampai Tahun 2015 yang
selalu terpenuhi serta relatif mengalami peningkatan.

Sumber : Data Statistik Ketahan Pangan 2014


Ketersediaan tepung terigu diindonesia dari tahun 2010-2013

selalumeningkat sejalan dengan tingkat konsumsi nasional. Ketersediaan


tepung terigu di Indonesia disuplai oleh produksi Tepung Terigu dalam
negeri dan impor Tepung Terigu dari luar.
Analisis Potensi untuk Mengatasi Permasalahan Pangan
Terigu Di Indonesia Berdasarkan Sistem Pendekatan
Pangan Dan Gizi

 Produksi

 Tanaman gandum merupakan tanaman yang tumbuh di negara subtropis sehingga


Indonesia yang merupakan negara tropis terpaksa harus mengimpor setiap tahunnya
untuk memenuhi permintaan tepung terigu. Maka yang harus dilakukan adalah
mengembangkan lahan yang bisa ditanami oleh tanaman gandum
 Salah satu bentuk perlindungan, pemerintah menerapkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 05 /PMK.011/2008 mengenai penetapan tarif bea masuk atas
impor tepung gandum guna untuk menghambat laju pertumbuhan konsumsi per
kapita bagi komoditas-komoditas yang konsumsi per kapitanya dinilai sudah
berlebihan
 Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah menugaskan
salah satu badan usaha milik negara yaitu BULOG untuk menjaga ketersediaan
pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen
Distribusi
 Disparitas harga terigu antar wilayah yang cukup besar sehingga
diperlukan manajemen distribusi.
Konsumsi
 Teori psikologi hierarki maslow menduga bahwa ketika seseorang
mampu memenuhi kebutuhan pokoknya maka ia akan termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan penting berikutnya, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
 Apabila tingkat pendapatannya naik maka konsumen akan mengurangi
konsumsi beras dan cenderung meningkatkan konsumsi terigu, baik
dalam bentuk roti, pasta, kue basah, maupun kering.
Upaya Peningkatan Produksi Pangan Terigu

Mengembangkan lahan gandum


Fakultas Pertanian Universitas Andalas sudah mengembangkan gandum
seluas tiga hektare di dataran tinggi nagari Alahan Panjang Kabupaten
Solok Sumatera Barat.

Pengembangan ini hasil kerja sama antara Universitas Andalas dan


Osivo, perusahaan benih dari Slovakia.

Di luar indonesia, gandum bisa dihasilkan mencapai 8 ton per hektar.


Sedangkan di Indonesia cukup memiliki potensi karena bisa
menghasilkan gandum 3 hingga 5 ton per hektar.
Upaya Penurunan Ketergantungan Impor Pangan
Terigu

 Memperbanyak ekspor untuk menyeimbangkan devisa dan impor dari


negara lain

 Aksesibilitas setiap individu terhadap bahan pangan dapat dijaga dan


ditingkatkan melalui perberdayaan sistem pasar serta mekanisme
pemasaran yang efektif dan efisien

 Manajemen distribusi komoditas bahan pokok merupakan salah satu isu


penting dalam sistem logistik nasional
Upaya Menjaga Keseimbangan Produksi dan
Konsumsi Pangan Terigu

 Untuk menjaga keseimbangan produksi dan konsumsi terigu dapat


dilakukan pengembangan lahan diwilayah strategis yang bisa ditanami oleh
gandum.
 Pemanfaatan lahan ini bertujuan agar indonesia tidak terus menerus
mengimpor gandum dalam jumlah yang besar mengingat sampai sekarang
indonesia masih mengandalkan gandum dari luar
Upaya Meningkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah
Produk Pangan Terigu

 Untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah terigu nasional dapat
dilakukan dengan mengembangkan produk hasil olahan terigu.
Pengembangan hasil olahan ini sebagai salah satu cara meningkatkan
daya saing produsen dan nilai tambah pangan itu sendiri.

 Produk-produk turunan tepung gandum berupa roti, kue dan mie sangat
terbuka untuk dikembangkan secara kreatif dengan tetap memperhatikan
nilai gizi. Selera masyarakat Indonesia sangat terbuka untuk hal-hal yang
sifatnya baru dan berbeda.

 Intensifikasi ataupun ekstensifikasi tidak berhenti pada produksi yang besar


namun juga pada upaya penciptaan suasana yang kondusif bagi usaha
ekonomi yang dikelola masyarakat berbagai tingkatan
Strategi Untuk Mewujudkan Kemandirian Pangan
Terigu Dimasa yang akan Datang

Dalam rangka mewujudkan peningkatan ketahanan pangan,


dilakukan kegiatan pokok yakni :
1. Pengawalan ketahanan pangan lewat produksi dalam negeri
melalui optimalisasi lahan sawah (terutama didaerah subtropis)
2. Pengembangan lahan pertanian gandum
3. Peningkatan mutu intensifikasi
4. Perbaikan pascapanen
Proyeksi prediksi ketahanan pangan dimasa
mendatang

 Menurut Welirang (Ketua Aptindo), kapasitas terpasang industri tepung


terigu nasional di Tahun 2008 adalah 7 juta ton gandum per tahun. Dimana
baru terpakai 4,5 juta ton gandum dan menghasilkan 3,5 juta ton tepung
terigu.
 Jumlah konsumsi tepung terigu masyarakat Indonesia sebesar 16,5
kilogram per kapita per tahun.
 Diperkirakan penggunaaan kapasitas terpasang/utilisasi secara penuh
akan tercapai pada tahun 2025. Apabila harga gandum diasumsikan US$
200 per ton, maka diperlukan devisa 1,4 miliar dollar AS. Namun di sisi lain,
saat ini tepung terigu telah terbukti menjadi lokomotif tumbuhnya usaha
kecil dan menengah serta sebagai bahan ingredient industri makanan.
Strategi untuk mewujudkan kemandirian pangan
terigu

1. Ekstensifikasi Gandum
STRATEGI Upaya pengembangan pada daerah-daerah bukaan
PRODUKSI baru dilakukan oleh Pemerintah dengan menyediakan
lahan bagi petani gandum melalui identifikasi wilayah
dan sosialiasi komoditas gandum

2. Pengembangan Daerah Binaan


berupa pengawalan areal tanam dan penyiapan benih
melalui dukungan APBD (agar provinsi dan kabupaten
mengalokasikan dana untuk pengawalan tersebut).

3. Pengembangan Sentra Produksi


 Berbasis kabupaten andalan
 Peran kelembagaan sebagai penguatan modal
 Dipadukan dengan subsistem lainnya seperti
penyediaan infrastruktur, pengelolaan industri
pedesaan, pemasaran
1. Penyusunan Kebijakan Pengembangan
STRATEGI Gandum
KERJASAMA 2. Kerjasama dengan Insitusi Pendidikan
3. Pelatihan Pembuatan Pangan Alternative
4. Membuka lapang kerja untuk
memproduksi tepung terigu
5. Program pengembangan gandum
berdasarkan 6. Renstra 5 tahun ke depan
(2015- 2019)
7. Intervensi Pemerintah
8. Menerapkan kebijakan ekonomi
9.Penguatan kelembagaan

Tabel Sasaran luas panen, produktivitas, dan produksi


gandum pada tahun 2015- 2019
Kesimpulan
 Untuk mencapai produksi terigu yang optimal diperlukan
kerjama dari berbagai lintas sektor. Kerjasama tersebut berupa
peningkatan penelitian dengan institusi pendidikan untuk
mengidentifikasi jenis gandum yang bisa dikembangkan di
lahan Indonesia, kerjasama dengan pemerintahan untuk
menyediakan lahan yang bisa dimanfaatkan oleh petani
gandum, penguatan kelembagaan berupa penguatan kelompok
tani gandum serta dukungan dana APBD, pembentukan
asosiasi pengguna tepung, serta pembuatan kelembagaan
pengolahan dan pemasaran hasil tepung terigu. Keberhasilan
pengembangan gandum lokal dapat tercapai apabila seluruh
instansi terkait dan faktor-faktor pendukung berada dalam
kondisi ideal dan optimal
Daftar Pustaka
 Alexandi, Muhammad Findi.2008.”Negara dan Usaha”. Skripsi : FISIP Universitas Indonesia.
 Attar, Asmawan.dkk.2014.”Analisis Kebijakan Impor Tepung”.Manajemen dan bisnis.Institut
Pertanian Bogor.
 Badan Pusat Statistik.2014.”Distribusi Perdagangan Komoditi Tepung Terigu Indonesia 2014”.
 Boediono. 2016. “Ekonomi Indonesia”. Bandung : PT Mizan Pustaka
 Hanafie, Rita. 2010. “Pengantar Ekonomi Pertanian”. Yogyakarta : ANDI, diakses pada 22
September 2017 pukul 4.37 [Online]
https://books.google.co.id/books?id=RQ_mXpuCl9oC&printsec=frontcover#v=o
nepage&q&f=false.
 Kementrian Perdagangan RI. 2012. “Tinjauan Pasar Tepung Terigu”
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. “Penugasan Kepada Perusahaan
Umum (PERUM) BULOG dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional”. 25 Mei 2016.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2016. Jakarta.
 http://www.beritasatu.com/blog/ekonomi/2070-mewujudkan-kemandirian-dan-ketahanan-
pangan.html diakses 14 september 2017
 http://www.S2-2014-327132-chapter1.pdf diakses 14 september 2017
 Sembiring, Hasnul dan Diana. “Kebijakan Pengembangan Gandum di Indonesia”. Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian

Anda mungkin juga menyukai