Anda di halaman 1dari 34

PERTUMBUHAN &

PERKEMBANGAN ANAK
Konsep Dasar

Pertumbuhan
• Perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi sel, jaringan, organ, maupun individu.

• Bersifat kuantitatif, sehingga dapat diukur


dengan satuan panjang (cm, meter), berat
(gram, pound, kg), umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (hormon)
• Bertambahnya kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks
• Mempunyai pola yang teratur
• Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan
• Bersifat kualitatif yang pengukurannya
lebih sulit daripada pertumbuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan
 Faktor internal
 Faktor eksternal
Faktor Internal
 Ras/etnik atau bangsa: Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika
tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
 Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
 Umur: Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
 Jenis kelamin: Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
 Genetik: bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Salah satu contohnya adalah tubuh kerdil.
 Kelainan kromosom: Kelainan kromosom umumnya disertai dengan
kegagalan pertumbuhan dan perkembangan seperti pada sindrom
down dan sindrom turner.
Faktor eksternal
a. Faktor prenatal
 Gizi.
Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi
pertumbuhan janin yang dikandungnya. Dalam setiap kali makan,
usahakan ibu hamil mendapat cukup asupan karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
 Mekanis.
Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot, dislokasi panggul, palsi fasialis, dan
sebagainya.
 Toksin/zat kimia.
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital palatoskisis.
 Endokrin.
Diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
b. Faktor persalinan
 Komplikasi yang terjadi pada saat proses
persalinan seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak bayi
c. Faktor pasca persalinan
 Gizi.
Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,
maka bayi dan anak memerlukan gizi/nutrisi yang
adekuat. Berikan hak anak untuk mendapatkan ASI
sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu tambahkan
makanan pendamping ASI (MP ASI), yaitu MP ASI
untuk usia 6 bulan, dan MP ASI untuk usia 9 bulan ke
atas.
 Penyakit kronis/kelainan congenital.
Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis,
anemia serta kelainan kongenital seperti kelainan
jantung bawaan atau penyakit keturunan seperti
thalasemia dapat mengakibatkan gangguan pada
proses pertumbuhan.
 Lingkungan fisik dan kimia.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radio aktif, zat kimia tertentu (plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya)
mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan anak.
 Psikologis.
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
 Endokrin.
Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
 Sosio-ekonomi.
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan.
 Lingkungan pengasuhan.
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
 Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian juga dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
 Radiasi.
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
 Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella,
cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin,
seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.
 Kelainan imunologi.
Eritoblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara ibu da
janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
 Anoksia embrio.
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terganggu.
 Psikologis ibu.
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Tahapan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
 Masa prenatal atau masa intra uterin
(masa janin dalam kandungan).
 Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan.
 Masa anak toddler (umur 1-3 tahun).
 Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun).
 Masa anak sekolah (6-12 tahun)
 Masa anak usia remaja (12-18 tahun)
Masa prenatal atau masa intra uterin
(masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
 Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat
konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
 Masa embrio, sejak umur kehamilan 2
minggu sampai 8/12 minggu. Sel
telur/ovum yang telah dibuahi dengan
cepat akan menjadi suatu organisme.
 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan
9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
 Masa neonatal, umur 0-28 hari. Pada masa ini terjadi
adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi dua periode:
◦ Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.
◦ Mas neonatal lanjut, umur 8-28 hari.
 Masa post neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan
proses pematangan berlangsung secara terus-menerus
terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Masa ini
juga masa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung
sangat erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu
dalam mendidik anak sangat besar.
Masa anak toddler (umur 1-3 tahun).
Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai
menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik kasar dan motorik
halus serta fungsi ekskresi. Setelah lahir sampai
3 tahun pertama kehidupannya (masa toddler),
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung. Pada masa ini
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan
berikutnya.
Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun).

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil.


Aktivitas jasmani bertambah seiring dengan
meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.
Pada masa ini selain lingkungan di dalam rumah,
anak mulai diperkenalkan pada lingkungan di
luar rumah. Pada masa ini anak dipersiapkan
untuk sekolah, untuk itu panca indra dan
sistem reseptor penerima rangsangan serta
proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik.
Masa anak sekolah (6-12 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan dan
pertambahan berat badan mulai melambat.
Tinggi badan bertambah sedikitnya 5 cm per
tahun. Anak mulai masuk sekolah dan
mempunyai teman yang lebih banyak sehingga
sosialisasinya lebih luas. Mereka terlihat lebih
mandiri. Mulai tertarik pada hubungan dengan
lawan jenis tetapi tidak terikat. Menunjukkan
kesukaan dalam berteman dan berkelompok
dan bermain dalam kelompok dengan jenis
kelamin yang sama tetapi mulai bercampur.
Masa anak usia remaja(12-18 Thn)
 Pada remaja awal pertumbuhan meningkat cepat dan
mencapai puncaknya. Karakteristik sekunder mulai
tampak seperti perubahan suara pada anak laki-laki
dan pertumbuhan payudara pada anak perempuan.
Pada usia remaja tengah, pertumbuhan melambat pada
anak perempuan. Bentuk tubuh mencapai 95% tinggi
orang dewasa. Karakteristik sekunder sudah tercapai
dengan baik.
 Pada usia ini anak sangat berfokus pada diri sendiri,
narsisme (kecintaan pada diri sendiri) meningkat.
Mampu memandang masalah secara komprehensif.
Mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis
dan status emosi biasanya lebih stabil terutama pada
usia remaja lanjut.
Perkembangan Kognitif (Piaget)
a. Tahap sensorik – motorik (0-2 tahun)
- Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi dengan cara melihat,
mendengar,menyentuh dan aktifitas motorik. Semua gerakan akan
diarahkan kemulut dgn merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yg
dilihat didengar & disentuh.
b. Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)
- Perkembangan anak masih bersifat egosentrik.
- Pikiran anak bersifat transduktif : menggangap semua sama , EX :
seorg pria di klg adalah ayah, maka semua pria itu adalah ayah
- Pikiran anak bersifat animisme : selalu memperhatikan adanya benda
mati, EX : apabila anak terbentur benda mati maka anak akan
memukulnya kearah benda tersebut.
c. Tahap Kongkret (7-11 tahun)
- Pemikiran anak meningkat atau bertambah logis dan
koheren. Kemampuan berpikir anak sudah
operasional, imajinatif dan dapat menggali objek
untuk memecahkan suatu masalah.
d. Tahap operational ( >11 sampai dewasa)
Anak dapat berpikir dgn pola yg abstrak menggunakan tanda
atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yg logis.
Anak dapat membuat dugaan dan mengujinya dgn pemikiran yang
abstrak,teoritis dan filosofis
Pola berfikir logis membuat mereka mampu berfikir ttg apa yg
orla jg memikirkannya dan berfikir untuk memecahkan masalah.
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan Psikoseksual ( Freud )
Fase anal (1-3 tahun)
Fase oral (0-11 bulan) Kehidupan anak berpusat pada kesenangan
Selama masa bayi, sumber anak terhadap dirinya sendiri, sangat
kesenangan anak berpusat egoistik, dan narsistik, mulai mempelajari
pada aktifitas oral : struktur tubuhnya.
mengisap, mengigit, - Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan
anak adalah latihan kebersihan.
mengunyah, dan mengucap
serta ketergantungan yang - Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dgn fesesnya sesuai dgn
sangat tinggi dan selalu keinginanya.
minta dilindungi untuk - Untuk itu toilet training adalah waktu yg
mendapatkan rasa aman. tepat dilakukan dalam periode ini.
Masalah yang diperoleh pada - Masalah yang yang dapat diperoleh pada
tahap ini adalah menyapih tahap ini adalah bersifat obsesif (ggn
dan makan/ pemberian pikiran) dan bersifat impulsif yaitu
ASI. dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang
pengendalian diri.

Fase laten (6-12 tahun)
Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun ) - Kepuasan anak mulai
terintegrasi, anak akan
 Kehidupan anak berpusat menggunakan energi fisik
pada genetalia dan area dan psikologis untuk
mengeksplorasi
tubuh yang sensitif. pengetahuan dan
- Anak mulai suka pada lain pengalamannya melalui
jenis. aktifitas fisik sosialnya.
- Anak mulai mempelajari - Pada awal fase laten ,anak
adanya perbedaan jenis perempuan lebih menyukai
kelamin. teman dgn jenis kelamin yang
sama, demikian juga
- Anak mulai memahami sebaliknya.
identitas gender ( anak - Pertanyaan anak semakin
sering meniru ibu atau banyak, mengarah pada
bapak dalam berpakaian). sistem reproduksi (Ortu
harus bijaksana dan
merespon)
Fase genital (12-18 tahun).

 Oleh krn itu apabila ada  Kepuasan anak akan


anak tidak pernah kembali bangkit dan
bertanya tentang seks,
sebaiknya ortu waspada (
mengarah pada
Peran ibu dan bapak perasaan cinta yang
sangat penting dlm matang terhadap lawan
melakukan pendekatan jenis.
dgn anak).  Anak mulai menghadapi
berbagai masalah yang
kompleks
Perkembangan Psikososial - Erik Erikson
 Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada
seseorang baik ortu atau org yang mengasuhnya atau
perawat yang merawatnya.
Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam
mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak
percaya.
 Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas
tukem seperti dalam motorik kasar, halus : berjinjit ,
memanjat, berbicara dll.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila
anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan
kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi
harapan anak
 Tahap inisiatif vs rasa bersalah (3 – 6 th )
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru
secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan
indranya.
Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan
sesuatu sebagai prestasinya
Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul
rasa bersalah pada diri anak.
 Tahap rajin dan redah diri(6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan
akademik or dalam pergaulan melalui permainan yg dilakukan
bersama.
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yg diinginkan sehingga
anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan
timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
Reinforcement dari ortu atau orla menjadi begitu penting untuk
menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.
 Tahap identitas dan kerancuan peran ( 12-18 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya
dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan
menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian.
Apabila kondisi tidak sesuai dgn suasana hati maka dapat
menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
 Tahap keintiman dan pemisahan/isolasi
(dewasa muda).
Anak mencoba berhubungan dengan teman
sebaya atau kelompok masyarakatdalam
kehidupan sosial untuk menjalin keakraban.
Apabila anak tidak mampu membina hubungan
dengan orang lain, maka kemungkinan ia akan
menarik diri dari anggota atau kelompoknya.
 Tahap generasi dan penghentian (dewasa
pertengahan).
Individu berusaha mencoba memperhatikan
generasi berikutnya dalam kegiatan di
masyarakat dan melibatkan diri dengan
maksud agar lingkungan menerimanya.
Apabila terjadi kegagalan pada tahap ini maka
akan terjadi penghentian/stagnasi dalam
kegiatan atau aktivitasnya.
 Tahap integritas dan keputusasaan (dewasa
lanjut).
Pada tahap ini individu memikirkan tugas-
tugas dalam mengakhiri kehidupan.
Perasaan putus asa akan mudah timbul karena
kegagalan dalam melakukan aktivitasnya.
Kebutuhan Dasar Anak untuk
Tumbuh Kembang
Kebutuhan Fisik-Biomedik (asuh).
Meliputi:
◦ Pangan/gizi, yang merupakan kebutuhan
terpenting.
◦ Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi,
pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara
teratur, pengobatan apabila sakit, dan sebagainya.
◦ Papan/pemukiman yang layak.
◦ Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
◦ Sandang.
◦ Kesegaran jasmani, rekreasi.
◦ Dan lain-lain.
 Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih).
 Pada tahun-tahun pertama kehidupannya,
hubungan yang erat antara ibu/penggantiibu
dengan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik, mental, maupun psikososial. Kasih sayang
yang kurang dari ibu pada tahun tahun pertama
kehidupannya akan berdampak negatif pada
tumbuh kembangnya baik fisik, mental maupun
sosial emosi yang disebut dengan “Sindrom
Deprivasi Maternal”. Kasih sayang dari orang
tua akan menciptakan ikatan yang erat
(bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
 Kebutuhan Stimulasi Mental (asah).
Stimulasi mental merupakan cikal-bakal
dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental akan
memupuk perkembangan mental psikososial
anak dalam hal kecerdasan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.
Peran orangtua dalam perkembangan anak

 Menyediakan pola asuh yang terbaik untuk


anak
 Memberikan teladan, contoh serta
menjadi role model yang ideal.
 Menciptakan komunikasi yang efektif
 Menyelesaikan tugas perkembangan
dengan sebaik-baiknya
Upaya perawat/ortu untuk
meningkatkan tumbuh kembang
 Melakukan antisipasi melalui health
education
 Health promotion untuk meningkatkan &
mempertahankan tumbang serta
mendeteksi gangguan tumbang.
 Penyediaan nutrisi yang adekuat
 Menyediakan kasih sayang yang utuh
 Memberikan stimulasi perkembangan
sesuai tahap tumbuh kembang.

Anda mungkin juga menyukai