Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN ANAK 2

BRONKOPNEUMONIA
DEFINISI
• Peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau pun benda
asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Aziz, 2008: 111)

• Menurut Wiradarma, bronkopneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim


(jaringan) paru, pada bagian terjauh dari bronkiolus terminal yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan aveoli, serta menimbulkan konsolidasi (saling menempel) jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.
EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit ini pada Negara berkembang hamper 30% pada anakanak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukan 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun
(Bradley et.al., 2011).
ETIOLOGI
Diawali infeksi pernafasan atas (hidung dan tenggorokan). Infeksi dapat didapat dari udara yang tercemar,
infeksi virus pada umumnya lebih sering terjadi dan umumnya disebabkan oleh Cytomegolovirus atau influenta
virus dan Legionella pnemonia. Bakteri penyebab bronkopnemonia antara lain Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenza, dan Klebsiella pneumonia. Penyakit ini juga dapat diakibatkan oleh Aspergillus spesis atau
Candida albicans dan dari protozoa (toksoplasma). Selain itu aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi
lambung kedalam paru, dan terjadi karena kongesti paru yang lama.

Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain bayi (< 2 tahun), orang tua (> 65 tahun), penderita penyakit
paru kronik, HIV/AIDS, diabetes, penyakit jantung, penerima kemoterapi, merokok, peminum alcohol berat, serta
kurang gizi. Bakteri Maupun virus yang masuk pada paru-paru mengakibatkan reaksi peradangan atau gangguan
dalam pertukaran oksigen.
TANDA DAN GEJALA
Diawali dengan gejala pilek kemudian berkembang menjadi sesak nafas, nyeri dada,
pernafasan cepat, sesak dan demam. Pada bronkopnemonia akibat virus, gejala yang
timbul lebih ringan. Bronkopnemonia yang berat dapat mengganggu pertukaran udara di
paru-paru sehingga darah yang dialirkan ke seluruh tubuh memiliki kandungan sedikit
oksigen. Oleh karena itu, dapat menyebabkan gangguan berbagai organ dan penurunan
kesadaran sampai kematian.

Gejala bronkopneumonia adalah adanya demam, batuk nonproduktif (tidak


berdahak) ataupun produktif (bedahak) dengan sputum purulen (kekuningan), nyeri dada
pleuritik (dipengaruhi oleh pernafasan) menggigil, rigor, serta nafas yang pendek. Selain
itu dapat ditemukan pasien dengan keluhan nyeri kepala, mual, muntah, diare, mialgia
(nyeri otot), arthralgia (nyeri sendi) serta ferigue. Tanda-tanda yang sering timbul adalah
takipneu (frekuensi bernafas>20x/menit), dan takikardi (denyut nadi>100x/menit).
PATOFISIOLOGIS
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh
adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan fungsi
menyaring kelenjar limfe regional. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Iga. Sekresi enzim –
enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan
tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada
dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan
yang meliputi empat stadium, yaitu :
Stadium 1 (4-12 jam pertama)
Stadium 2 (48 jam berikutnya)
Stadium 3 (3-8 hari)
Stadium 4 (7-11 hari)
KOMPLIKASI

1. Otitis media
2. Bronkiektase
3. Abses paru
4. Empiema Pasien
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan Umum
1. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit. Ini dilakukan sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr.
2. Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

• Penatalaksanaan Khusus
1. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama
karena akan mengaburkan interprestasi reaksi antibiotic awal
2. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi takikardi, atau
penderita kelainan jantung.
3. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Pneumonia ringin dapat diberikan amoksilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penicillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
PERAN KELUARGA DAN PERAWATAN
DI RUMAH
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik ini
pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau
kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25
mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4mg/kgBB
TMP-20 mg/kgBB sulfametoksazol. 6 Makrolid, baik
eritromisin maupun makrolid baru dapat digunakan
sebagai terapi alternatif beta laktam untuk pengobatan
inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas
ganda terhadap S.pneumonia dan bakteri atipik. Dosis
eritromisin 30- 50 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam
selama 10-14 hari. Klaritromisin diberikan 2 kali sehari
dengan dosis 15 mg/kgBB. Azitromisin 1 kali sehari
10mg/kgBB 3-5 hari (hari pertama) dilanjutkan dengan
dosis 5mg/kgBB untuk hari berikutnya.
PERAN KELUARGA DAN PERAWATAN
DI RUMAH
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan sekunder
WOC
ASUHAN
KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai