OSOCA
Tutor Hebat Mediclub
SK1
Imunitas Alami (non-spesifik) dan Didapat (spesifik)
• Imunitas Alami
• Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,
karena sistem imun spesifik memerlukan waktu sebelum dapat memberikan responnya.
• Disebut non-spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu
• Pertahanan humoral terbagi atas komplemen, interferon dan CRP
• pertahanan selular terbagi atas fagosit dan natural killer
• Imunitas Didapat
• Sistem imun spesifik memiliki kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
tubuh, sehingga akan mensensitasi sel-sel imun tersebut.
• bila sel sistem tersebut terpajan ulang dengan benda asing yang sama, maka akan dikenal lebih
cepat dan lebih mudah dihancurkan
• Sistem imun spesifik humoral
• Yang berperan dalam sistem ini adalah limfosit B atau sel B
• Sistem imun spesifik Selular
• Yang berperan dalam sistem imun ini adalah sel limfosit T atau selT.
Imunitas Alami (non-spesifik) dan Didapat (spesifik)
SK1
• Imunitas Didapat
• Sistem imun spesifik Selular
• Sel T terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
• Sel Th (T helper) yang dibagi menjadi Th1 dan Th2. sel Th1berfungsi untuk mengaktifkan makrofag, sedangkan Th2 berfungsi
untuk mengaktifkan sel B dan bersama-sama membentuk antibodi
• Sel Ts (T supresor) menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B.
• Sel Tdh atau Td (delayed hypersensitivity) berperan untuk mengerahkan makrofag menuju tempat yang reaksinya lambat
• Sel Tc (Cytotoxic) berfungsi untuk mengahancurkan sel sasaran yang mengandung virus atau sel kanker
Imunitas Aktif dan Pasif
• Imunitas Aktif
• Imunitas aktif dapat diperoleh dengan cara melakukan kontak langsung antara toksin atau patogen sehingga tubuh mampu
memproduksi antibodinya sendiri
• Kontak langsung bisa didapatkan secara alami atau buatan
• Imunitas pasif
• Diperoleh dari antibodi yang sebelumnya terbentuk dalam inang lain
• Pemberian antibodi pasif terhadap bakteri dengan segera menyebabkan tersedianya anti toksin untuk menetralkan toksin
• Imunitas pasif diberikan melalui injeksi antibodi yang kebal yang pernah terpapar antigen (buatan) atau melalui pemberian ASI kepada
bayi dan saat IgG ibu masuk melalui sawar plasenta (alami)
SK1
Imunitas Primer dan Sekunder
• Imunitas Primer
• Bila suatu individu bertemu dengan antigen untuk pertama kali, antibodi terhadap antigen itu dapat dideteksi dalam
serum selama beberapa hari atau minggu, tergantung pada sifat dan jumlah antigen tersebut
• Imunitas Sekunder
• Bila individu tersebut bertemu dengan antigen yang sama untuk kedua kalinya beberapa bulan atau beberapa tahun
kemudian setelah respon primer, maka respon antibodi tersebut akan jauh lebih cepat meningkat ke tingkat yang lebih
tinggi dibanding selama respon primer
Antigen dan Antibodi
• Antigen
• Antigen atau imunogen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan reaksi imun spesifik.
• Komponen antigen atau epitop merupakan bagian antigen yang dapat mengikat antibodi
• Hapten adalah determinan antigen dengan berat molekul yang rendah dan baru menjadi imunogen bila diikat oleh
molekul besar (carrier) yang dapat mengikat antibodi
• Hapten dikenal oleh sel B dan carrier oleh sel T
• Antibodi
• Antibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan proteinyang dibentuk sel plasma (poliferasi sel B) akibat kontak
dengan antigen
• Antibodi mengikat antigen yang menimbulkannya secara spesifik
• Terdapat 5 macam antibodi
Reaksi Kompleks Imun
SK1
• Reaksi tipe III atu yang disebut juga sebgai reaksi kompleks imun terjadi akibat endapan kompleks antigen-antibodi dalam jaringan atau
pembuluh darah
• Antibodi yang berperan biasanya merupakan IgG
• Kompleks tersebut akan mengaktifkan komplemen yang kemudian melepas berbagai mediator utama (macrophage chemotactic
factor). Makrofag yang aktif tersebut akan merusak jaringan sekitarnya
• Antigen yang masuk bisa berasal dari infeksi kuman patogen, bahan yang terhirup atau dari jaringan itu sendiri. Infeksi tersebut disertai
antigen dalam jumlah berlebih tapi tidak disertai respon antibodi efektif
• Antigen dan antibodi bersatu membentuk kompleks imun. Selanjutnya kompleks imun akan melepaskan C3a dan C5a dan merangsang
basofil dan trombosit melepas berbagai mediator lain misal histamin yang meningkatkan permeabilitas vaskuler
• Dalam keadaan normal, kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear terutama didalam hepar, lien dan paru.
Reaksi hipersensitivitas(respon imun yang berlebihan dan yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh)
• Tipe 1(reaksi cepat/reaksi anafilaksis) reaksi yang timbul sesudah alergen masuk ke dalam tubuh. Antigen yang masuk ke dalam tubuh
akan ditangkap oleh fagosit, lalu diproses oleh sel TH2
• Pelepasan sitokin yang akhirnya memicu IgE, memicu pelepasan mediator inflamasi
• Contoh: rhinitis, urtikaria, dermatitis atopik
• Tipe 2 (reaksi sitotoksik)terbentuk antibodi IgM atau IgG karena adanya antigen. Antibodi tsb dapat mensesitasi sel K, atau aktivasi
komplemen sehingga dapat menimbulkan lisis dari antigen tsb.
• contoh: anemia hemolitik e.c transfusi, penyakit autoimun
• Tipe 4 (reaksi hipersensitivitas tipe lambat) yang timbulnya 24 jam setelah tubuh terpajan antigen. Reaksi ini terjadi karena adanya
respon Th1 karena antigen tertentu. Tidak ada peran antibodi pada proses ini.
• Contoh: dermatitis kontak
SEL DAN KOMPONEN DARAH YANG BERPERAN DALAM SISTEM IMUN
SK1
• Sel Limfosit
• Limfosit T dan B
• Sel Fagosit
• Polimorfonuklear dan mononuklear
• Prion
• Prion terdiri atas protein pejamu yang bentuknya abnormal yang disebut protein prion (PrP). Kemungkinan protein yang akan menjadi PrP berasal dari
transmisi ke manusia terjadi melalui konsumsi daging dari hewan ternak yang terkena ESB. Mutasi Prp juga dapat bersifat spontan dan diwariskan pada
PrP yang membuat terjadinya resistensi pada protease
• Penyakit terjadi apabila PrP mengalami perubahan penyesuaian untuk menghadapi resistensi terhadap protease. PrP yang resisten terhadap protease
akan menyebabkan perubahan PrP sensitif protease yang normal menjadi bentuk abnormal. Akumulasi dari PrP abnormal akan mengakibatkan kerusakan
neuron dan perubahan patologis spongiform di otak.
• Virus
• Virus merupakan parasit yang hanya bisa hidup intrasel dan untuk kegiatan replikasinya bergantung pada proses metabolisme sel pejamu.
• Virus terdiri atas genom asam nukleat yang dikelilingi oleh pembungkus protein (disebut kapsid) dan kadang-kadang terbungkus di dalam membran lipid
Virus diklasifikasikan menurut genom asal nukleat (DNA atau RNA), bentuk kapsid (icosahedral atau helical), ada atau tidaknya pembungkus lipid, cara
bereplikasi, jenis sel yang dibutuhkan untuk replikasi (tropisme) atau tipe kelainan patologi yang diakibatkannya.
• Agen Infeksi
SK4
• Bakteri
• Beberapa bakteri mempunyai pili, suatu bentuk lain pertumbuhan dari permukaan yang akan menempelkan bakteri tersebut pada sel pejamu atau
matriks ekstrasel. Bakteri mensintesa DNA-nya sendiri, RNA dan protein, tetapi mereka bergantung pada kondisi pertumbuhan pejamu.
• Banyak bakteri tetap dalam kondisi ekstrasel ketika tumbuh di dalam pejamu, sedangkan bakteri lain akan bertahan hidup dan bereplikasi di dalam atau di
luar sel pejamu (bakteri intrasel fakultatif) dan lainnya hanya bisa hidup dan berkembang di dalam sel pejamu (bakteri intrasel obligatif).
• Bakteri diklasifikasikan sesuai dengan pulasan Gram (bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif), bentuk (kokus dan basil), dan kebutuhan akan oksigen
(aerobik dan anaerobik).
• lebih dari 3.000 jenis bakteri di dalam flora saluran cerna normal pada seorang manusia, tetapi mayoritas yang ada dalam saluran cerna bakteri anaerob
• Jamur
• Jamur adalah eukariotik yang mempunyai dinding sel tebal, mengandung kitin dan membran sel yang mengandung ergosterol.
• Jamur dapat menyebabkan infeksi pada permukaan tubuh atau infeksi pada organ dalam tubuh.
• Infeksi permukaan tubuh meliputi kulit, rambut dan kuku.
• Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik dan menginvasi jaringan, merusak organ vital pada pejamu yang immunocompromised
(imunitas rendah).
• Jamur dibagi dalam spesies endemik dan oportunistik.
• Jamur endemik adalah spesies yang invasif dan dijumpai terbatas pada daerah geografik tertentu
• Sebaliknya, jamur oportunistik (misalnya, Candida, Aspergilus, Mucor, Cryptococcus) merupakan organisme yang dijumpai di mana-mana yang
ditemukan pada manusia maupun dijumpai pada lingkungan.
• Pada individu dengan imunodefisiensi, jamur oportunis akan mengakibatkan infeksi invasif yang dapat mematikan dengan tanda nekrosis jaringan,
pendarahan, penyumbatan pembuluh, dengan sedikit respons radang atau tidak memberikan respons radang
• Agen Infeksi
SK4
• Protozoa
• Protozoa adalah sel tunggal eukariotik yang merupakan penyebab utama penyakit dan kematian pada negara berkembang.
• Protozoa dapat melakukan replikasi intrasel di dalam berbagai sel (misalnya, Plasmodium dalam sel darah ) secara ekstrasel pada sistem urogenital,
saluran cerna atau darah.
• Organisme Trichomonas vaginalis adalah parasit protozoa berflagela yang ditansmisi secara seksual, hidup di vagina dan uretra laki-laki.
• Protozoa pada usus yang paling sering dijumpai adalah Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia, yang. Protozoa yang berasal dari darah (misalnya,
Plasmodium, Tripanosoma, Leishmania) ditransmisikan melalui vektor serangga, di mana protozoa tersebut akan mengalami replikasi sebelum diteruskan
ke pejamu manusia.
• Ektoparasit
• Ektoparasit adalah serangga (berbagai kutu) atau araknida (tungau) yang akan melekat dan hidup pada atau di dalam kulit.
• Penyakit-penyakit akibat langsung artropoda ditandai dengan keluhan gatal dan eksoriasi.
• Cacing
• Ketika cacing dewasa berada dalam manusia, cacing tersebut tidak akan bermultiplikasi tetapi akan menghasilkan telur atau larva yang akan dikeluarkan
melalui tinja
• Pada beberapa infeksi cacing, seperti schistosomiasis, penyakit akan disebabkan oleh respons radang akibat adanya telur atau larva dan bukan akibat
cacing dewasa.
• Cacing terbagi atas tiga kelompok:
• Cacing bulat (nematoda) bentuknya bulat pada potongan melintang dan tidak bersegmen. Yang termasuk nematoda intestinal adalah Ascaris
lumbricoides, Strongyloides stercoralis, dan cacing tambang.
• Cacing pita (cestoda) mempunyai kepala (scolex) dan pita bersegmen multipel yang rata (proglottids). Cacing ini akan menyerap nutrisi melalui
selaputnya/tegument dan tidak mempunyai saluran cerna. Termasuk di dalam kategori ini adalah cacing pita pada ikan, sapi dan babi, serta dijumpai pula
pada saluran cerna manusia. Larva yang berkembang setelah telur dari cacing pita tertentu tertelan akan mengakibatkan tumbuh di dalam jaringan
• Cacing pipih/ Flukes (trematoda) adalah cacing berbentuk daun dengan alat penghisap yang digunakan untuk menempel pada pejamu. Misalnya
trematoda hati dan paru serta sistosoma
• Mekanisme Agen Infeksi
SK4
• Virus
• Virus dapat langsung merusak sel pejamu dengan memasukinya dan melakukan replikasi atas beban pejamu. Manifestasi infeksi virus terutama
ditentukan oleh kekuatan invasi virus, spesifisitas jaringan dan tipe sel. Penyebab utama untuk kerusakan jaringan adalah adanya reseptor virus pada sel
pejamu. Virus mempunyai protein spesifik permukaan selnya yang mengikat protein permukaan sel pejamu tertentu. Kemampuan virus untuk bereplikasi
di dalam beberapa sel tertentu dan bukan di sel yang lain bergantung pada adanya faktor transkripsi spesifik yang mengenali virus tersebut
• Sekali virus berada dalam sel pejamu, mereka akan dapat merusak atau mematikan sel dengan sejumlah mekanisme.Virus dapat membunuh sel dengan
mencegah sintesa makromolekul penting dari pejamu dengan menghasilkan enzim perusak dan protein toksik atau menginduksi apoptosis. Protein virus
pada permukaan sel pejamu dapat dikenal oleh sistem imun pejamu sehingga limfosit dapat menyerang sel yang terinfeksi virus.
• Bakteri
• Kerusakan jaringan pejamu oleh bakteri, tergantung pada kemampuan bakteri untuk melekat pada sel pejamu, menginvasi sel dan jaringan atau
mengeluarkan toksin. Kumpulan bakteri dapat bekerjasama untuk meningkatkan virulensinya. Banyak spesies bakteri mengatur bersama ekspresi gennya
dalam populasi yang besar dengan cara gen virulen akan terekspresi apabila konsentrasi bakteri mencapai konsentrasi tinggi. Kelompok bakteri dapat
membentuk biofilms terbentuk atas lapisan kental polisakarida ekstrasel yang berfungsi untuk melekat pada jaringan pejamu.
• Toksin bakteri
• Semua substansi bakteri yang mengakibatkan penyakit dapat dianggap sebagai toksin.
• Endotoksin bakteri adalah lipopolisakarida (LPS) yang merupakan komponen dari membran luar bakteri gram negatif. LPS terdiri atas asam lemak rantai
panjang (disebut lipid A). Respon terhadap LPS dapat menguntungkan dan dapat juga merugikan bagi pejamu. Respons yang menguntungkan ialah LPS
akan mengaktifkan imunitas untuk proteksi dengan berbagai cara termasuk induksi dari sitokin penting dan kemokin dari sistem imun, juga terjadi
peningkatan pengaktifan limfosit T. Jika kadar LPS tinggi mempunyai peran dalam syok septik, koagulasi intravaskular diseminata (DIC) dan sindrom
distress respirasi akut.
• Eksotoksin merupakan protein yang disekresi yang mengakibatkan jejas sel dan penyakit. Selain itu Bakteri juga mensekresi sejumlah enzim (protease,
hyaluronidase, koagulase, fibrinolisin). Sebagian besar toksin yang dapat meningkatkan sinyal intrasel toksin tersebut mempunyai komponen aktif (A)
dengan aktivitas enzimatik dan komponen (B) yang bersifat mengikat reseptor permukaan sel dan mengirimkan protein A ke dalam sitoplasme sel.
• Neurotoksin diproduksi oleh clostridium botullinum dan clostridium tetani, tetapi akan mencegah pengeluaran neurotransmitter dan mengakibatkan
kelumpuhan. Toksin ini tidak mematikan neuron tetapi komponen A akan tetap menghasilkan protein yang terlibat dalam sekresi neurotransmitter pada
perbatasan sinaps.
• Mekanisme Agen Infeksi Menghindari Sistem Imun
SK4
• Respons humoral dan selular yang melindungi pejamu pada infeksi merupakan respons tubuh ketika terjadi infeksi. Beberapa mikroorganisme mempunyai
banyak cara untuk melawan dan menghindari sistem imun. Mekanisme ini yang merupakan faktor penting untuk virulensi mikroba dan patogenitasnya,
termasuk (1) variasi antigenitasnya, (2) resistensi terhadap pertahanan imun bawaan, dan (3) gangguan respons antimikroba sel T yang efektif melalui
immunosupresi spesifik maupun nonspesifik.Beberapa mikroba dapat menghindari respons imun dengan mengubah antigen yang diekspresikannya.
• Beberapa mikroba mempunyai metode untuk melawan pertahanan imun secara aktif.
• Peptida anti-mikroba kation, termasuk defesin, cathelicidin dan thrombosidin mempunyai pertahanan awal penting melawan invasi mikroba. Peptida ini
akan berikatan dengan membran bakteri dan membentuk pori-pori yang mengakibatkan kematian bakteri melalui lisis hipoosmotik. Bakteri patogen
mencegah kematian dengan membuat molekul permukaan yang tahan terhadap ikatan peptida anti mikroba atau yang menonaktifkan atau mengatur
lebih rendah peptida anti mikroba
• Fagositosis dan pembunuhan bakteri oleh leukosit PMN atau neutrofil dan monosit berperan penting sebagai pertahanan pejamu terhadap bakteri
ekstrasel. Kapsul karbohidrat pada permukaan bakteri yang menyebabkan bakteri tersebut menjadi lebih virulen dengan pencegahan fagositosis oleh
neutrofil.
• Virus dapat memproduksi molekul yang menghambat imunitas alami. Virus telah mengembangkan sejumlah strategi untuk melawan interferon (IFN)
yang merupakan mediator untuk pertahanan awal pejamu terhadap virus. Virus juga dapat menonaktifkan atau menghambat protein kinase (PKR) yang
bergantung pada RNA. Beberapa virus menyandi di dalam RNA/DNA nya yang homolog dari sitokin, kemokin atau reseptornya yang dapat menghambat
respons imun dengan berbagai cara. Akhirnya virus dapat menahan apoptosis di sel pejamu, sehingga virus mempunyai waktu untuk bereplikasi,
bertahan atau mentransformasi sel pejamu.
• Respon Radang Terhadap Infeksi
SK4
• Radang Supuratif
• Pola ini merupakan reaksi terhadap kerusakan jaringan akut dengan permeabilitas vaskular yang meningkat dan infiltrasi leukosit, terutama neutrofil.
Neutrofil akan tertarik ke tempat infeksi. Enzim neutrofil mengakibatkan nekrosis. Kelompok neutrofil mengakibatkan nekrosis, membentuk abses,
jaringan nekrotik dan sel radang membentuk nanah, dan bakteri yang mengakibatkan pembentukan nanah
• Radang Nukleus dan Granulomatosa
• Infiltrasi interstisial yang difus dan terutama mononukleus merupakan gambaran umum yang dijumpai pada semua proses radang kronik, tetapi timbulnya
perubahan tersebut juga bisa sebagai proses akut yang sering diakibatkan oleh respons terhadap virus, bakteri intrasel atau parasit intrasel. Pada radang
ini terdapat dominasi jenis sel mononukleus pada lesi radang tergantung pada respons imun pejamu terhadap organisme yang ada.
• Radang Sitopatik-Sitoproliferatif
• Reaksi ini biasanya disebabkan oleh virus. Karakteristik lesi adalah nekrosis sel atau proliferasi sel, biasanya dengan sedikit sel radang. Beberapa virus
melakukan replikasi di dalam sel dan membentuk agregat virus yang tampak sebagai inclusion body. Kerusakan sel setempat pada kulit akan
menyebabkan sel epitel menjadi lepas, membentuk lepuh.
• Nekrosis Jaringan
• Clostridium perfringens dan organisme lain yang mensekresi toksin yang amat kuat dapat menyebabkan nekrosis yang cepat dan luas sehingga kerusakan
jaringan merupakan gambaran yang dominan.
• Radang Kronik dan Pembentukan Jaringan Parut
• Berbagai infeksi mengakibatkan radang kronik yang dapat berakhir dengan sembuh seperti semula atau mengakibatkan jaringan parut yang luas. Kadang-
kadang pembentukan jaringan ikat yang luas merupakan penyebab utama terjadinya disfungsi.
• Sawar Pejamu
SK4
• KULIT
• Kulit Lapisan luar kulit yang padat, berkeratin, merupakan barier alamiah terhadap infeksi, dan pH rendah daripada kulit (kurang dari 5,5) dan adanya
asam lemak dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang bukan flora normal. Pada kulit biasanya dijumpai bakteri dan jamur, termasuk yang
mempunyai potensi oportunistik misalnya S. aureus dan Candida albicans. Mikroorganisme umumnya menembus kulit melalui kerusakan pada kulit,
termasuk akibat tusukan dangkal, luka, luka bakar, dan luka diabetes. Beberapa patogen masuk ke dalam kulit melalui gigitan serangga atau gigitan
binatang.
• Saluran Cerna
• Agen patogen saluran gastrointestinal ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh materi dari tinja. Apabila keadaan tidak
bersih, seperti pada bencana alam, banjir dan gempa bumi, maka misalnya diare akan meluas. Sekresi asam lambung penting untuk pertahanan dan
merupakan hal mematikan bagi banyak agen patogen saluran cerna.
• Pertahanan normal lain pada saluran cerna termasuk (1) lapisan musin yang melapisi epitel saluran cerna (2) enzim litik pankreas dan detergen empedu,
(3) peptida antimikroba mukosa disebut defensin, (4) flora normal dan (5) sekresi antibodi IgA. Antibodi IgA dibuat oleh sel plasma yang terdapat pada
jaringan limfoid terkait mukosa (MALT ).
• Pertahanan pejamu melemah pada asam lambung yang rendah, dan menghambat pertumbuhan bakteri normal atau peristalsis yang terganggu atau
obstruksi mekanis.Virus yang dapat masuk tubuh melalui saluran cerna (misalnya, Hepatitis A, rotavirus) adalah virus yang tidak memiliki pembungkus
(envelop), karena virus yang mempunyai pembungkus akan diinaktifkan oleh empedu dan enzim saluran cerna.
• Saluran Pernapasan
• Jauhnya perjalanan partikel pada sistem pernapasan sesuai dengan ukuran partikel. Partikel besar akan terjerat pada selaput lendir yang melapisi hidung
dan saluran napas atas. Mikroorganisme yang terjerat pada musin yang disekresi oleh sel goblet dipindahkan melalui kerja silia kebagian belakang
tenggorokan, kemudian akan ditelan dan dipunahkan. Partikel yang lebih kecil langsung akan menuju alveolus, kemudian akan difagosit oleh makrofag
alveolar atau oleh neutrofil yang direkruit ke paru oleh sitokin. Mikroorganisme yang menginvasi saluran napas orang sehat normal telah membentuk
suatu mekanisme spesifik untuk melawan pertahanan mukosiliaris atau menghindarkan destruksi oleh makrofag alveolar.
• Beberapa virus saluran napas menghindari pertahanan ini dengan melekat dan masuk ke sel epitel saluran napas bawah dan faring. (Contoh, virus
influenza). Beberapa agen patogen jalan napas dapat menghindar dari fagositosis atau destruksi setelah fagositosis. M. tuberculosis, contohnya, dapat
berada di alveolus karena dapat menghindari kematian pada fagolisosom makrofag.
• Sawar Pejamu
SK4
• Saluran Urogenital
• Saluran urinarius hampir selalu diinvasi dari luar melalui uretra. Aliran urin yang keluar secara berkala dalam saluran ini berfungsi sebagai pertahanan
terhadap masuknya mikroorganisme. Urin dalam kandung kemih normalnya steril, dan patogen yang berhasil masuk (misalnya, N. gonorrhoeae, E. coli)
akan menempel pada sel epitel saluran urin. Anatomi berperan penting pada infeksi. Wanita mengalami 10 kali lebih sering infeksi saluran kemih
dibanding pria karena jarak kandung kemih dan kulit (yaitu panjang uretra) hanya 5 cm pada wanita, dibanding 20 cm pada pria.
• Infeksi saluran kemih sering menjalar retrograd dari kandung kemih menuju ginjal. Dari pubertas hingga menopause vagina terlindung dari kuman
patogen karena pH yang rendah yang terjadi akibat katabolisme glikogen pada epitel normal oleh laktobasil. Penggunaan antibiotik dapat mematikan
laktobasilus, sehingga mempermudah tumbuhnya jamur, dan mengakibatkan candidiasis vagina.