Anda di halaman 1dari 72

26.07.

2004 SanSet 1
HUKUM
• Keseluruhan peraturan² yang mengikat dan diadakan
untuk kebutuhan suatu kelompok masyarakat,
- terciptanya suatu keadaan yang tertib
- kepentingan kelompok masyarakat tertentu
dapat diamankan

• Kehidupan masyarakat diatur oleh sejumlah ketentuan


/ norma :
* keagamaan
* kesopanan
* kesusilaan
* hukum
26.07.2004 SanSet 2
SUMBER HUKUM
• Dari mana orang dapat mengenal ber-macam²
peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan
oleh umum dianggap sebagai hukum
* undang-undang : mencakup semua
ketentuan yang mengikat
* kebiasaan : tidak tertulis, namun
berlaku dilapangan,sering
terjadi
* yuri prodensi : penetapan hasil²
persidangan
* ilmu pengetahuan : tulisan dan hasil temuan
tentang pengetahuan
26.07.2004 SanSet 3
Pembidangan Hukum
• Hukum Publik : mengatur hubungan hukum
dengan melibatkan negara
• Hukum Perdata: mengatur hukum antar per –
orangan dgn menitik beratkan
pada kepentingan perorangan
• Kekuatan bekerjanya : UUD, Tap MPR, UU, PP,
Perpres, Kepmen, Perda,
• Menurut Isi : hukum privat, hukum publik
• Menurut cara mempertahankan: hukum material
dan hukum formil
• Menurut sifatnya: hukum yang memaksa dan
hukum yang mengatur
•26.07.2004
Kodifikasi SanSet 4
• Kelautan
• Pelayaran
• Kenavigasian
Departemen Maritim ( 1966 ) :
Fungsi : - perhubungan laut
- industri maritim
- pengelolaan sumberdaya kelautan :
* perhubungan laut
* industri perkapalan
* industri perikanan
* kegiatan lain yang terkait dengan kelautan

26.07.2004 SanSet 5
• Maritime country : negara yang maju
dibidang pelayaran – punya armada dan
menguasai perdagangan melalui laut

* Aspek ekonomi : pendapatan dari neraca


perdagangan berasal dari jasa transportasi laut
dan sumberdaya kelautan

26.07.2004 SanSet 6
mengatur : - transportasi melalui laut
- kenavigasian

“ the body of law governing marine commerce and


navigation, the transportation at sea of persons and
property, and marine affairs in general; the rules
governing contract, tort and workers’ compensation
claims arising out of commerce on or over water “
( BLACK’s Law Dictionary, 7th edition hlm 982 )

26.07.2004 SanSet 7
HUKUM MARITIM

Hukum yang mengatur pelayaran dalam arti


pengangkutan barang dan atau orang melalui
laut, kegiatan kenavigasian dan perkapalan
sebagai sarana / moda transportasi laut
termasuk aspek keselamatan maupun kegiatan-
kegiatan yang terkait langsung dengan
perdagangan melalui laut yang diatur dalam
hukum perdata / dagang maupun publik

26.07.2004 SanSet 8
• Laut beserta potensi yang ada didalamnya
sebagai milik bersama (common heritage of
mankind)

• Hukum laut sebagaimana tercantum dalam the


United Nations Convention on the Law of the
Sea 1982

26.07.2004 SanSet 9
HUKUM LAUT

Hukum yang mengatur laut sebagai obyek dengan


mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan
dan kepentingan seluruh negara termasuk yang
tidak berbatasan dengan laut (land-lock
countries) guna pemanfaatan laut dengan
seluruh potensi yang terkandung didalamnya
bagi umat manusia sebagaimana tercantum
dalam UNCLOS 1982 beserta konvensi-konvensi
Internasional yang terkait dengannya

26.07.2004 SanSet 10
United Nations Convention on the Law
Of the Sea (UNCLOS)
• Kawasan ialah dasar laut dan dasar samudra serta
tanah dibawahnya dalam batas-batas yuridiksi nasioanal.
• Pencemaran lingkungan laut berarti dimasukannya
oleh manusia secara langsung atau tidak langsung ,
bahan atau energi kedalam lingkungan laut , yang
merusak , bahaya bagi kesehatan manusia , gangguan
terhadap kegiatan dilaut , penurunan kwalitas air dan
pengurangan kenyamanan.
• Dumping ialah setiap pembuangan dengan sengaja
limbah atau benda lainnya dari kendaraan air , pesawat
udara , pelataran atau bangunan buatan lainnya dilaut

26.07.2004 SanSet 11
• Laut wilayah ialah dalam hal negara
kepulauan meliputi perairan kepulauan dan jalur
laut yang berbatasan dengan laut teritorial.
• Laut teritorial adalah suatu batas yang tidak
melebihi 12 mil laut diukur dari garis pangkal
yang ditentukan sesuai dengan konvensi ini
• Laut bebas ialah semua bagian dari laut yang
tidak termasuk dalam zone ekonomi eksklusif
dalam laut teritorial atau perairan pedalaman
satu negara atau dalam perairan kepulauan
suatu negara kepulauan

26.07.2004 SanSet 12
Lintas damai : sepanjang tidak merugikan
kedamaian , ketertiban atwu
keamanan negara pantai.
• Lintas kapal asing yang membahayakan kedamaian
ketertiban atau keamanan negara pantai , apabila
kapal tsb melakukan salah satu kegiatan sbb :
1. Setiap ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap
kedaulatan , keutuhan wilayah atau kemerdekaan
politik negara pantai.
2. Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam
apapun.
3. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merugikan bagi
pertahanan atau keamanan negara pantai.
4. Setiap perbuatan propaganda yang bertujuan
mempengaruhi pertahanan atau keamanan negara
pantai
26.07.2004 SanSet 13
5. Peluncuran , pendaratan atau penerimaan pesawat
udara diatas kapal.
6. Bongkar atau muat setiap komoditi , mata uang atau
orang yang bertentangan dengan peraturan per-
undang2 an bea cukai , fiskal , imigrasi atau saniter
negara pantai.
7. Setiap kegiatan propaganda yang bertujuan mempe-
ngaruhi pertahanan atau keamanan negara pantai.
8. Setiap perbuatan pencemaran dengan sengaja dan
merusak yg bertentangan dengan ketentuan konvensi.
9. Setiap kegiatan perikanan.
10. Kegiatan riset dan survey.
11. Setiap perbuatan yang bertujuan mengganggu setiap
sistim komunikasi atau setiap fasilitas atau instalasi
lainnya di negara pantai.
12. Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan
langsung dengan lintas
26.07.2004 SanSet 14
Peraturan per-undang² an negara
pantai bertalian dengan lintas damai

• Negara pantai dapat membuat peraturan per-


undang² yang sesuai dengan ketentuan
konvensi ini dan peraturan hukum
internasional lainnya yang bertalian dengan
lintas damai melalui laut teritorial , mengenai
hal² sbb :
1. Keselamatan navigasi dan pengaturan lalu
lintas maritim.
2. Perlindungan alat2 pembantu dan fasilitas
navigasi serta fasilitas instalasi lainnya.
3. Perlindungan kabel dan pipa laut.
26.07.2004 SanSet 15
4. Konservasi kekayaan hayati laut.
5. Pencegahan pelanggaran peraturan per-
undang² an perikanan negara pantai.
6. Pelestarian lingkungan negara pantai dan
pencegahan , pengurangan dan pengendalian
pencemarannya.
7. Penelitihan ilmiah kelautan dan survey
hidrografi.
8. Pencegahan pelanggaran peraturan per-
undang² an bea cukai , fiskal , imigrasi dan
saniter negara pantai

26.07.2004 SanSet 16
Zona tambahan

1. Dalam zona tambahan yang berbatasan dengan laut


teritorialnya , yang dinamakan zona tambahan ,
negara pantai dapat melaksanakan pengawasan yang
diperlukan untuk :
a. mencegah pelanggaran peraturan per-undang2 an
bea cukai , imigrasi dan saniter didalam wilayah
atau laut teritorialnya.
b.menghukum pelanggaran peraturan per-undang2 an
tsb diatas yang dilakukan dalam wilayah atau laut
teritorialnya.
2. Zona tambahan tidak dapat melebihi lebih dari 24 mil
laut dari garis pangkal dari mana laut teritorial diukur

26.07.2004 SanSet 17
Lintas transit
• Berlaku bagi selat yang digunakan untuk pelayaran
internasional antara satu bagian laut lepas atau ZEE
dan bagian laut lepas atau ZEE lainnya.
• Hak lintas transit :
1. Melalui selat , semua kapal dan pesawat udara
mempunyai hak lintas transit , yang tidak boleh
dihalangi ; kecuali bahwa , apabila selat tsb berada
antara pulau dan daratan utama negara yang
berbatasan dengan selat tsb , lintas transit tidak
berlaku apabila pada sisi kearah laut pulau itu terdapat
suatu rute melalui laut lepas atau melalui ZEE yang
sama fungsinya bertalian dengan sifat2 navigasi dan
hidrografis
2. Lintas transit pelaksanaan kebebasan pelayaran atau
penerbangan dilakukan tanpa henti , langsung dan
secepat mungkin.
3. Setiap kegiatan yang bukan pelaksanaan lintas transit
merlalui suatu selat tetap tunduk pd ketentuan lain
konvensi ini
26.07.2004 SanSet 18
Kewajiban kapal dan pesawat udara
sewaktu lintas transit
1. Kapal dan pesawat udara , sewaktu melaksanakan
lintas transit , harus :
a. melewati jalur yang tepat.
b. menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan
kekerasan dengan tidak melanggar aturan atau
hukum Internasional.
c. menghindarkan diri dari kegiatan apapun selain
transit , kecuali dalam keadaan darurat.
d. memenuhi ketentuan lain yang berlaku.
2. Kapal dalam lintas transit , harus :
a. melaksanakan dan memenuhi peraturan
keselamatan dan P2TL.
b. mematuhi peraturan pencegahan pencemaran yang
berasal dari kapal
26.07.2004 SanSet 19
Laut , Teritorial dan Perairan Indonesia
A. Perundang-undangan Maritim
1. Ordonansi Laut Teritorial dan
Lingkungan Maritim 1939 :
Dalam ordonansi ini diatur laut wilayah 3 mil
laut (sesuai dengan hukum Internasional
pada waktu itu), beberapa segi pertahanan /
keamanan dan segi ekonomi (penangkapan
ikan).
2. Undang-undang no. 4 tahun 1960
tentang perairan Indonesia :
- Perairan Indonesia adalah laut wilayah
Indonesia beserta perairan pedalaman
Indonesia ;
26.07.2004 SanSet 20
- Laut Wilayah Indonesia adalah lajur laut
selebar 12 mil laut yang garis titis pada garis
dasar yang terdiri dari garis2 lurus yang
menghubungkan titik2 terluar pada garis
rendah dari pulau dari pada pulau2 atau
bagian pulau2 yang terluar dalam wilayah
Indonesia dengan ketentuan bahwa jika ada
selat yang lebarnya tidak melebihi 24 mil laut
dan negara Indonesia tidak merupakan
satu2 nya negara tepi , maka garis batas laut
Indonesia ditarik pada tengah selat ;
- Perairan Pedalaman Indonesia adalah semua
perairan yang terletak pada sisi dalam garis
dasar sebagai yang dimaksud pada
ketentuan diatas (laut wilayah) ;
26.07.2004 SanSet 21
- Lalu-lintas damai dalam perairan pedalaman
Indonesia terbuka bagi kapal asing ;
- Tidak berlaku lagi ketentuan2 Ordonansi Laut
Teritorial & Lingkungan Maritim 1939 yang
menyangkut laut teritorial , daerah laut ,
perairan pedalaman dan daerah air
Indonesia ;
3.Undang-undang no.19 tahun 1961 tentang
persetujuan Konvensi Jenewa tahun 1958 .
Pemerintah memberikan persetujuan atas 3
konvensi :
- pengambilan ikan serta hasil laut dan
pembinaan sumber2 hayati laut bebas;
- dataran kontinental ;
- laut bebas.
26.07.2004 SanSet 22
4. Peraturan Pemerintah no.8 tahun 1962 tentang
Lalu-lintas Laut Damai Kapal Asing dalam
Perairan Indonesia.
- melintasi laut wilayah dan perairan
pedalaman Indonesia :
* dari laut bebas kepelabuhan dan sebaliknya ;
* dari laut bebas kelaut bebas;
- tidak dibenarkan berhenti , berlabuh dan mondar
mandir tanpa alasan yang syah ;
- dianggap damai selama tidak bertentangan dengan
keamanan , ketertiban umum , kepentingan dan /
atau tidak mengganggu perdamaian negara R I ;
- kapal perang asing harus memberitahukan lebih
dahulu kepada KSAL dan kapal selam harus
berlayar dipermukaan air.

26.07.2004 SanSet 23
5. Keputusan Presiden no. 103 tahun
1963 tentang Lingkungan Maritim.

Mencabut semua keputusan-keputusan


Gubernur Jenderal tentang lingkungan
maritim dan menyatakan seluruh bagian
wilayah perairan Indonesia sebagaimana
dimaksudkan dalam Undang-undang no.4
tahun 1960 , sebagai lingkungan maritim

26.07.2004 SanSet 24
6. Undang-undang no.1 tahun 1973
tentang Landas Kotinen Indonesia

• Landas kontinen Indonesia adalah dasar laut


dan tanah dibawahnya diluar wilayah RI sampai
kedalaman 200 meter atau lebih , dimana masih
mungkin diselenggarakan eksplorasi dan
eksplotasi kekayaan alam ;
• Kekayaan alam adalah mineral dan sumber yang
tak bernyawa didasar dan / atau didalam lapisan
dan tanah dibawahnya

26.07.2004 SanSet 25
7. Undang-undang no.5 tahun 1973
tentang Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia

• ZEE Indonesia adalah jalur diluar dan berbatasan


dengan laut wilayah Indonesia yang meliputi dasar laut
, tanah dibawahnya dan air diatasnya dengan batas
terluar 200 mil laut wilayah Indonesia ;
• Di ZEE Indonesia , RI mempunyai dan melaksanakan
kedaulatan melakukan eksplorasi dan eksplotasi ,
pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati
dan non hayati dari dasar laut dan tanah dibawahnya
serta air diatasnya dan kegiatan2 lainnya untuk
eksplorasi dan eksplotasi ekonomi zona tsb , seperti
pembangkitan tenaga dari air , arus dan angin ;

26.07.2004 SanSet 26
• Sumber daya alam hayati adalah semua jenis
binatang dan tumbuhan yang terdapat didasar
laut dan ruang air ZEE Indonesia ;
• Sumber daya alam non hayati adalah unsur alam
bukan sumber daya alam hayati yang terdapat
didasar laut dan tanah dibawahnya serta air ZEE
Indonesia ;
• Kebebasan pelayaran diakui sesuai prinsip-
prinsip hukum laut Internasional.

26.07.2004 SanSet 27
B. Konvensi Hukum Laut
1. Perairan Nusantara (archipelagic waters) :
Mencakup laut yang terletak antara pulau-pulau
Indonesia dan yang ditutup oleh garis pangkal
Nusantara yang ditarik sesuai ketentuan ketentuan
konvensi.
2. Laut Wilayah :
Selebar 12 mil laut yang mengelilingi Nusantara dan
perairan Nusantara.
3. Zona Tambahan (contiguous zone) :
Selebar 12 mil laut yang mengelilingi laut wilayah
selebar 12 mil laut dimana Indonesia dapat
melaksanakan pengawasan atas masalah-masalah bea
cukai , fiskal , imigrasi atau kesehatan , zona
tambahan dapat ditarik 24 mil laut dari garis pangkal
dari mana lebar laut wilayah diukur.
26.07.2004 SanSet 28
4. Zona Ekonomi Eksklusif :
Selebar 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar
laut wilayah diukur serta dimana Indonesia
melaksanakan kedaulatan diatas sumber kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dan yuridiksi atas
instalasi2 , pulau buatan bangunan , pengaturan riset
ilmiah kelautan serta perlindungan dan pelestarian
lingkungan laut.

5. Landas Kontinen :
Selebar 200 mil laut dari garis pangkal atau hingga
pinggiran luar tepi kontinen. Pinggiran tepi kontinen
dapat selebar 350 mil laut dari garis pangkal atau tidak
melebihi 100 mil laut dari garis batas dari kelanjutan
alamiah wilayah daratan negara pantai . Perbatasan2
ZEE dapat atau tidak perlu bersamaan dengan batas
landas kontinen karena kedua konsep ZEE dan
landasan kontinen sama sekali berlainan.

26.07.2004 SanSet 29
• ZEE pada dasarnya hanya berlaku untuk
kolam air serta sumber kekayaan yang
terkandung didalamnya sehingga tidak
terpengaruh oleh topografi dan
geomorfologi dasar laut ;
• LK pada dasarnya mencakup wilayah
dasar laut serta tanah dibawahnya ,
dengan demikian sangat tergantung
pada perpanjangan alamiah dari
wilayah daratan . Geologi dan
geomorfologi dasar laut , seperti
halnya topografi adalah sangat penting
dalam mendefinisikan batas terluas
dari landas kontinen yang syah , yang
melampaui batas 200 mil laut ZEE.
26.07.2004 SanSet 30
6. Lintas Laut Damai (innocent passage) :

• Pelayaran yang melewati laut wilayah dengan tujuan


salah satu pelabuhan atau melintas dari laut bebas ke
laut bebas tanpa penyinggahan sebuah pelabuhan .
• Kapal asing yang menggunakan lintas damai tidak boleh
melakukan tindakan-tindakan bermusuhan : mengancam
kedaulatan , menggunakan senjata, memata-matai ,
propaganda terhadap keamanan , meluncurkan pesawat
terbang , mendaratkan perlengkapan militer ,
menyelundup , pencemaran minyak , penangkapan ikan
dan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan
pelayaran .

26.07.2004 SanSet 31
7. Jalur Laut (sea lane)
• Negara pantai dapat mensyaratan kapal-kapal asing ,
khususnya kapal-kapal tanker , kapal-kapal tenaga nuklir
atau kapal-kapal lain yang mengangkut muatan
berbahaya , melintas laut wilayah lewat jalur-jalur laut.
• Persyaratan ini ditetapkan demi keselamatan pelayaran .

8. Laut Lepas (high seas)


• Kebebasan berlayar , penelitian , penangkapan ikan dll ;
• Pemeriksaan oleh kapal perang terhadap kapal asing
yang terlibat dalam pembajakan , siaran gelap , tanpa
kebangsaan , menolak memperlihatkan bendera ;
• Pengejaran (hot pursuit) harus berawal dari laut wilayah,
zona tambahan atau air pedalaman dan dapat
dilanjutkan keluar batas wilayah serta memenuhi syarat :
segera dimulai , langsung dan berlanjut
26.07.2004 SanSet 32
C. Hukum Internasional
• Penyinggahan pelabuhan netral oleh kapal perang , hanya
dapat dilakukan untuk waktu tidak lebih dari 24 jam
(kecuali jika reparasi belum selesai atau cuaca buruk) dan
jumlahnya maksimum 3 kapal . Sedangkan untuk kapal
perang yang sedang bermusuhan tidak boleh berada
dipelabuhan saat yang sama .
• Contraband adalah barang yang diperuntukan musuh ,
terbagi :- absolut : digunakan khusus untuk
keperluan perang ;
- kondisional : untuk keperluan perang
maupun damai .
• Blokade adalah penutupan perdagangan daerah musuh
oleh pihak lawan dengan menempatkan kapal2 dimuka alur
masuk daerah musuh tersebut.
• Thalweg, pertengahan bagian yang dapat dilayari dari
sebuah sungai yang merupakan batas wilayah antara dua
negara.
• Karantina , suatu blokade angkatan laut yang terbatas dan
terpilih ditujukan kepada penyerahan senjata perang oleh
pihak ketiga kepada musuh (AS terhadap Cuba)
26.07.2004 SanSet 33
• Ratifiksi konvensi PBB tentang hukum laut 1982 melalui
undang2 no.17 tahun 1985 tentang pengesahan
UNCLOS 1982 telah memberikan pengakuan status , hak
dan kewajiban negara RI menjadi negara kepulauan
dengan batas2 zona maritim sbb :
a. laut teritorial seluas 3.205.695 km2 dengan garis
pantai sepanjang 95.180 km sebagai wilayah
kedaulatan penuh negara (sovereignty)
b. laut ZEE seluas 2.914.978 km2 sebagi wilayah
yuridiksi khusus negara untuk melaksanakan hak2
berdaulat ats sumber daya alam (sovereign rights)
• Konsekuensinya pemerintah RI harus bertanggung jawab
untuk menangkal dan mencegah segala ancaman dan
gangguan maritim guna menjamin keselamatan ,
keamanan dan kelestarian lingkungan maritim melalui
penegakan keamanan dan hukum dilaut sesuai dengan
ketentuan hukum internasioanal yang diterima secara
umum
26.07.2004 SanSet 34
Sejarah kelembagaan
1. Era pemerintahan Hindia Belanda : Dienst van
Scheepvaart (melaksanakan tugas kepolisian dilaut
dan angkutan pegawai negeri)
2. Era pemerintahan Jepang : Oeroesan Laoet
(melaksanakan tugas kepolisisian dilaut)
3. Era pemerintahan Republik Indonesia :
a. tahun 1945 : Kantor Urusan Laut
b. tahun 1947 : Jawatan Pelayaran
c. tahun 1952 : Jawatan Pelayaran
d. tahun 1966 : Departemen Maritim / Perhubungan
Laut
e. tahun 1974 : Departemen Maritim / Perhubungan
Laut biro Keselamatan Pelayaran ,
Direktorat Navigasi
26.07.2004 SanSet 35
Pengertian Sistranas

• Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi


secara kesisteman , terdiri dari transportasi darat
(angkutan jalan , angkutan jalan rel dan angkutan
sungai , danau serta penyeberangan) , transportasi laut
dan transportasi udara serta transportasi pipa yang
masing2 terdiri dari sarana dan prasarana yang saling
berinteraksi , membentuk satu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien dalam jaringan
transportasi yang terpadu secara serasi dan harmonis
yang menjangkau seluruh wilayah tanah air dan luar
negeri yang pengembangannya berpedoman pada tata
ruang nasional

26.07.2004 SanSet 36
SISTEM TRANSPORTASI LAUT NASIONAL

INTERNASIONAL KEGIATAN PELAYARAN


ANTAR NEGARA (SHIPPING)
NASIONAL /
KEGIATAN KEPELABUHANAN
ANTAR WILAYAH
TATANAN TRANSPORTASI LAUT (PORTS)
REGIONAL / SEBAGAI SATU KESATUAAN SISTEM
WILAYAH (SEA TRANSPORTATION AS A SYSTEM)
LOKAL PENEGAKAN KESELAMATAN
(SAFETY LAW
PELRA ENFORCEMENT)
PERINTIS
KELAIKLAUTAN KAPAL
KHUSUS (SEAWORTHINESS)
PRASARANA SARANA

KENAVIGASIAN
(NAVIGATION SYSTEM)
PELABUHAN RUTE PELAYARAN KAPAL
PENJAGAAN DAN
PENYELAMATAN
(COAST GUARD)

26.07.2004 SanSet 37
PENDAYAGUNAAN DAN PEMANFAATAN LAUT

s LAUT LAUT SEBAGAI LAUT SEBAGAI LAUT SEBAGAI


SEBAGAI MEDIUM MEDIUM TRANSPORTASI WILAYAH TERITORIAL/ EKOSISTEM
i SUMBER DAYA ALAM &KOMUNIKASI KEDAULATAN LINGKUNGAN
s
t
e . KELAUTAN DA PERHUBUNGAN PERTAHANAN DAN LINGKUNGAN
PERIKANAN HIDUP
m . PERTAMBANGAN KEAMANAN
. PERINDUSTRI
. PARIWISATA

S PELAYARAN
u NASIONAL
b
s
i
s SISTRANAS
t SISTRALANAS
e
m

26.07.2004 SanSet 38
LALU LINTAS & ANGKUTAN LAUT
• Sistem & Jaringan Lalu Lintas
Angkutan Laut Nasional & Internasional
• Pengembangan Armada
• Pembinaan Operasional/Usaha
Angkutan Laut
PENJAGAAN & PENYELAMATAN KEPELABUHANAN
Penegakan Hukum di bidang Pelayaran, •Tatanan Kepelabuhanan Nasional
Pengawasan & Penaggulangan Pencemaran Laut •Jaringan Pelayanan Pelabuhan
• Salvage dan Pekerjaan dibawah air Nasional & Internasional
Konvensi Salvage 1989
•Pengembangan Pelabuhan
•Penegakan HUkum Pelayaran di Laut
dan Perairan Pelabuhan –IMO •Operasional/Manajemen
•Bantuan Pencarian dan Penyelamatan SISTEM & FUNGSI Pelabuhan
serta Penanggulangan Pencemaran
di laut-SAR ’79- MARPOL’73/78
TRANSPORTASI
LAUT

KENAVIGASIAN
KELAIKLAUTAN KAPAL
• Penetapan Sistem & Jaringan
Fasilitas Kenavigasian (Perambuan/ • Pengaturan & Penegakan di
SBNP, Telkompel/SROP, Kapal Bidang Kelaiklautan dan
Negara & Fasilitas Penunjang Kepelautan
• Pelaksanaan Konvensi
Internasional

26.07.2004 SanSet 39
SISTEM TRANSPORTASI LAUT NASIONAL
PEMERINTAH
• REGULATOR &
PENDUKUNG FASILITATOR
. PERANGKAT KERAS •PENGAWAS & PENEGAK
. PERANGKAT & TEHNOLOGI HUKUM
LUNAK •PROVIDER (MANDATORY/
• MANAJEMEN MODERN KESPEL & KEPERINTISAN
• SDM
• FINANSIAL
DASAR HUKUM

•PANCA SILA & PENYEDIA JASA PELAYANAN / JASA


UUD 1945 (OPERATOR / PROVIDER) TRANSPORTASI LAUT
•UNDANG2 • ANGKUTAN LAUT PENGGUNA
• BUMN / BUMD JASA
•PP •SWASTA •KEPELABUHANAN
•PERPRES/INPRES •KELAIKLAUTAN KAPAL (USER)
•KOPERASI
•PERMEN •UPT PEMERINTAH / PEMDA •KENAVIGASIAN
•PERDA •PENJAGAAN &
PENYELAMATAN

INDUSTRI PENUNJANG
•SHIPYARD / DOCKYARD
•ASURANSI
•SUPPLIERS/CONTRACTOR
•PERBANKEN / LKNB MASYARAKAT /
•DLL LINGKUNGAN
STRATEGIS

26.07.2004 SanSet 40
VISI DAN MISI
PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI LAUT
NASIONAL

VISI :

Terwujutnya penyelenggaraan transportasi laut


nasional yang handal dan berdaya saing sebagai
urat nadi kehidupan dan sarana pemersatu
Negara Kepulauan Republik Indonesia

26.07.2004 SanSet 41
MISI :

• Mempertahankan tingkat pelayanan transportasi laut nasional;


• Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi
peraturan dan kelembagaan di bidang transportasi laut dalam
era globalisasi dan otonomi daerah;
• Meningkatkan kualitas jasa transportasi laut yang mampu
memenuhi kepuasan pelanggan;
• Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi laut;
• Menegakan ketentuan hukum di bidang pelayaran secara
konsisten;
• Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa
transportasi laut (meningkatkan angkutan laut sebagai
infrastruktur)

26.07.2004 SanSet 42
Perkembangan pengaturan di bidang transportasi laut
Highly Overly Deregulated Restructuring / Reform 2
0
Regulated 1984 1985 1998 1992 1999
0
2001 2

KEPMENHUB PAKET DEREGULASI (PAK PP NO.82/1999 TTG


NO.KM 57/1984 NOV 21) DGN PP NO.17/ ANGKUTAN PERAIRAN
TTG LARANGAN 1988 DAN PP NO.18/1988
BEROPERASI UU NO.21/1992 PP NO.69/2001 TTG
- UTK MENDIRIKAN PER
BAGI KAPAL2 PEL -> TIDAK PERLU TTG PELAYARAN : KEPELABUHANAN
NIAGA BERUSIA - PER PEL HRS
KAPAL MILIK
TUA ( > 25 THN) MEMILIKI KAPAL KEPMENHUB NO. KM I
- MENGURANGI JML PER
- PELAKSANAAN 33 TH 2001 TTG : N
IZINAN DARI 5 JENIS
INPRES NO. 5/1984 TTG PENYEDER- AZS CABOTAGE, PENYELENGGARAAN
P
MENJADI 2 R
HANAAN PERIZINAN USAHA DIBI- PENGGUNAAN KPL DAN PENGUSAHAAN
- PER PEL BEBAS MENEN E
DANG PHB -> DI-ELABORASI DGN ASING DILAKUKAN ANGKUTAN LAUT :
TUKAN TRAYEKNYA S
KEPMENHUB NO. KM. 95/84 : SECARA SELEKTIF - PER ANGKUTAN LA- N
- PENGGUNAAN KAPAL
- BERLAKUNYA IZIN USAHA UTK UT HRS MEMILIKI O
ASING DI DLM NEGERI-
5
WAKTU TIDAK TERBATAS DILAPORKAN KE PEME KPL MLK UKURAN > T
- MENGHAPUSKAN IZIN2 YG TER RINTAH / DJPL GT 175 (KUMULATIF) H
KAIT DGN PELAYARAN (IZIN USAHA - KEAGENAN KPL HRS 2
STEVEDORING, IZIN CHARTER, IZIN MEMILIKI KPL > 0
BONGKAR MUAT ANTAR PULAU) GT 5.000 (1 UNIT) 0
5
- PER PATUNGAN HRS
MEMILIKI KPL >
INPRES NO.4/1985 TTG KEBIJAKASANAAN GT 5.000 (I UNIT)
KELANCARAN ARUS BARANG UTK MENUNJANG - JARINGAN TRAYEK
KEGIATAN EKONOMI -> DIELABORASI DGN KM : SK DIRJENHUBLA TTG ANGKUTAN LAUT
- PENYEDERHANAAN PROSEDUR KEPABEANAN JARINGAN TRAYEK DALAM NEGERI
- DIBUKANYA 127 PEL UTK PERD INTERNASIONAL ANGKUTAN LAUT
- PENGHAPUSAN DOKUMEN PEMBERITAHUAN DALAM NEGERI :
- MUAT ANTAR PULAU (AVI) - PENUMPANG KM. NO. 53/2002 TTG
- PENURUNAN TARIF KEPELABUHANAN - KONTAINER TATANAN KEPELA-
- KEGIATAN B/M DILAKUKAN OLEH PBM - GENERAL CARGO BUHANAN NASIONAL
26.07.2004 SanSet 43
Roadmap towards Indonesian Sea Transportation Incorporated
• Dalam rangka menghadapi era globalisasi dengan karakteristik free trade
/ liberalisasi perdagangan dan investasi, perkembangan tehnologi di
bidang transportasi laut, informasi dan telekomunikasi serta
perkembangan pola bisnis pelayaran dan pelabuhan, maka perlu
dikembangkan daya saing global transportasi laut nasional Indonesia;
• Disamping aspek ekonomi dan bisnis global serta perkembangan
teknologi, pola dan kinerja pelayanan transportasi laut dipengaruhi oleh
pengaturan dan penerapan konvensi Internasional khususnya yanh
ditetapkan oleh IMO antara lain STCW 1995, Port State Control dan ISPS
Code;
• Didalan negeri, isu otonomi daerah dan isu-isu demokratisasi,
perlindungan konsumen, persaingan usaha yang sehat, Good Governance
dan HAM mempengaruhi pola penyelenggaraan transportasi laut nasional;
• Dalam rangka mewujudkan transportasi laut Indonesia yang terpadu dan
berdaya saing, perlu dikembangkan 3 (tiga) kerangka tindakan, yaitu :
* reformasi kebijakan dan kerangka pengaturan (policy reform and
regulation frame work);
* pengembangan kapasitas kelembagaan dan kompetensi SDM
(capacity and competency building);
* peningkatan kualitas pelayanan, keselamatan dan keamanan (level of
service, safety and security improvement)

26.07.2004 SanSet 44
REFORMASI KEBIJAKAN DAN KERANGKA PENGATURAN
(POLICY REFORM AND REGULATION FRAMEWORK)
TRANSPORTASI LAUT INDONESIA

UNDANG-UNDANG PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIS


NO.21 th 1992

NASIONAL REGIONAL GLOBAL

OTONOMI AFTA 2003 IMO


PP NO. 70 / 1996 DAERAH APEC WTO

PP NO. 1 / 1998

PP NO. 82 / 1999
POLICY REFORM REVISI UU
PP NO. 7 / 2000 /REREGULASI NO. 21 / 1992
PP NO. 69
Tahun 2001 KEPPRES TTG
PP NO. 81 / 2000 (BRIDGING MORTGAGE LAW
REGULATION) INPRES TTG PEM
PP NO. 51 / 2002 BERDAYAAN IN-
DUSTRI ANGLANA
26.07.2004 SanSet 45
• Buku I : tentang dagang umumnya
• Buku II: tentang hak2 dan kewajiban2 yang
terbit dari pelayaran

* Hukum laut dlm arti sempit = buku II KUHD


* Hukum laut dlm arti luas = buku II KUHD
+ UNCLOS

26.07.2004 SanSet 46
• Bab I : Kapal Laut dan Muatannya

• Bab II : Pengusaha Perkapalan dan Pemilikan


Bersama Atas Kapal

• Bab III : Nakhoda, Anak Buah Kapal dan Penumpang

• Bab IV : Perjanjian Kerja Laut

• Bab V : Mencarterkan dan Mencarter Kapal.


A - Pengangkutan Barang2
B - Pengangkutan Orang

26.07.2004 SanSet 47
• Bab VI : Tubrukan Kapal
• Bab VII : Kapal yang karam, kandas dan penemuan
barang2 dilaut
• Bab VIII : “dihapus”
• Bab IX : Asuransi atau pertanggungan thd bahaya2
dilaut dan perbudakan
• Bab X : Pertanggungan thd bahaya2 pada
pengangkutan didarat dan sungai2 dan
perairan pedalaman
• Bab XI : Kerugian di laut (Avarij)
• Bab XII : Hapusnya perikatan2 dalam perdagangan
laut
• Bab XIII : Kapal2 dan alat2 pelayaran yg berlayar
disungai2 dan perairan pedalaman

26.07.2004 SanSet 48
Guide Lines for Maritime Legislation :

• I : Economic Regulation
• II : Nationality of Ships and Registration of
Ships and Rights on Ships
• III : Safety
• IV : Navigation
• V : Manning
• VI : Ship’s Managers, Agents, Stevedores and
Freight Forwarders
• VII : Contracts Concerning Ships

26.07.2004 SanSet 49
• VIII : Ships Mortgages and Maritime Liens
• IX : Liability and Limitation of Liability in
Maritime Law
• X : Transport and other Contracts
• XI : Marine Insurance
• XII : Accident at Sea
• XIII : Pollution
• XIV : Carriage of Dangerous Goods
• XV : Maritime Fraud
• XVI : Maritime Investigations
• XVII : Resolution of Disputes

26.07.2004 SanSet 50
Hukum Internasional yang berhubungan
dengan bidang Privat
• The International Convention for the Unification of
Certain Rules of Law relating Bill of Lading (Hague Rules
1924)
• York-Antwerp Rules 1924
• United Nations Convention on the Carriage of Goods by
Sea 1978
• Convention on Limitation of Liability for Maritime Claims
1976/Protocol 1979
• Athens Convention relating to the Carriage of Passengers
and their Luggage by Sea 1974
• United Nations Convention on the Liability of Operator of
Transport Terminal in International Trade 1991
• International Convention on Maritime Liens and
Mortgages 1993
• International Convention on Arrest of Ships 1999
26.07.2004 SanSet 51
Konvensi yang berhubungan dengan bidang
Publik
• Aspek keselamatan :
* International Convention for Safety of Life at
Sea (SOLAS 1974)
* International Convention on Load Line1966
* International Convention on Tonnage
Measurement of Ships 1969
* Convention on the International Regulations
for Preventing Collision at Sea 1972
* International Convention on Standards of
Training, Certification and Watchkeeping for
Seafarers 1978
* International Maritime Dangerous GoodsCodes
26.07.2004 SanSet 52
• Aspek kesejahateraan awak kapal :

* ILO Maritime Convention Number 147


(Concerning Minimum Standards in Merchant
Ships 1976)

* Protocol of 1996 to the Merchant Shipping


(Geneva, 22 October 1996)

26.07.2004 SanSet 53
Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Laut
• United Nations Convention on the Law of the Sea 1982
(Bab XII)
• International Convention for the Prevention of Pollution
from Ships 1973/78 (MARPOL 73/78)
• International Convention Relating to Intervention on the
Height Seas in cases of Oil Pollution Casualties 1987
• International Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and other Matter 1972
• International Convention on Oil Pollution Preparedness
1996
• International Convention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage 1969 and 1976 Protocol
• International Convention on Liability and Compensation
for Damage in connection with the Carriage of
Hazardous and Noxious Substances by Sea 1990
• International Convention on the Establishment of an
International Fund for Compensation
26.07.2004 SanSet
for Oil Pollution 54
Damage 1971
Perjanjian Pengangkutan Melalui Laut
penyewaan Kapal (Charter Party)

• Pengangkutan melalui laut bersifat


kontraktual yang dapat dilihat dalam
hubungan hukum antara pemilik kapal
atau pengangkut yang mengoperasikan
kapal sebagai penyedia jasa angkutan laut
dan pemilik barang dan penumpang
sebagai pemakai jasa angkutan laut

26.07.2004 SanSet 55
1. Perjanjian penyewaan kapal berdasarkan
perjalanan tertentu (voyage-charter party)
• Pemilik kapal/pengangkut memberikan
layanan pengangkutan barang dengan kapal
dalam satu atau beberapa pelayaran yang
sudah tertentu
• Penyewa berkewajiban untuk menyampai-
kan barang dan membayar uang sewa
• Pada setiap perjalanan, sesuai jumlah barang
yang telah diserahkan, jika dikehendaki oleh
penyewa, pengangkut harus mengeluarkan
konosemen (B/L)
26.07.2004 SanSet 56
2. Perjanjian penyewaan kapal berdasarkan
waktu (time-charter party)

• pemilik kapal melaksanakan & memberikan


jasa pengngkutan barang bagi kepentingan
penyewa untuk jangka waktu tertentu
dengan kapal yang sudah ditentukan
• Sewa dihitung berdasarkan waktu secara
proposional yang telah disepakati

26.07.2004 SanSet 57
3. Perjanjian penyewaan kapal dengan
penyerahan kapal berdasarkan waktu
tanpa awak kapal (bareboat/demise
charter party)

• Penguasaan dan pengendalian atas kapal


beralih dari pemilik kapal kepada penyewa
• Awak kapal ditunjuk dan diangkat oleh
penyewa - merupakan pegawai dan
bertanggung jawab langsung kepada
penyewa

26.07.2004 SanSet 58
Baltic and International Maritime
Council (BIMCO)
Voyage Charter

• Baltime 1939 – revisi terakhir tahun 2001


• New York Produce Exchange (NYPE 93)
• Deep Sea Time Charter 1974
• Fontime oleh the Federation of National
Associations of Ship Broker and Agents
(FONASBA)
• BIMCO Standard Bareboat Charter dengan code
name “BARECON 2001”

26.07.2004 SanSet 59
Charter Party for Special Cargo and
Passengers
• Standard Ore Charter Party – “OREVOY”
• Continent Grain Charter Party – code name
”SYNACOMEX 90”
• North American Grain Charter Party 1073 – code name
“NORGRAIN 89”
• Australian Wheat Charter 1990 – code name
“AUSTWHEAT 1990” revisi tahun 1991
• United Nations World Food Programmed Voyage Charter
Party – code name “WORLDFOOD 99”
• Gas voyage Charter Party to be used for Liquid Gas
Except LNG – code name “ GASVOY” July 1972

26.07.2004 SanSet 60
• North American Fertilizer Charter Party 1978/88 – code
name “FERTIVOY 88”
• The BIMCO Baltic Wood Charter Party 1973 – code name
“NUBALTWOOD” revisi tahun 1997
• The Baltic and International Maritime Conference
Uniform Time Charter Party for Vessels Carrying
Chemicals in Bulk – code name “BIMCHEMTIME 1984
• Americanized Welsh Coal Charter – code name
“AMWELSH 93”
• The Baltic and International Maritime Council Coal
Voyage Charter 1971 – code name “POLCOALVOY” 1997
• The Documentary Committee of the Japan Shipping
Exchange ,Inc. Coal Charter Party – code name
“NIPPONCOAL” Tokyo 1983
• The BIMCO Uniform Time Charter Party for Container
Vessels 1990 – code name “BOXTIME”
• Standard Cruise Voyage Charter Party – code name
“CRUISEVOY”
26.07.2004 SanSet 61
Ketentuan² pokok dalam standar
penyewaan kapal

1. Penyediaan kapal : ukuran, kecepatan, pema-


kaian dan persediaan BBM yang ada dikapal
2. Pelabuhan dimana dan waktu penyerahan
kapal akan diselenggarakan
3. Mengoperasikan dan melakukan kegiatan per-
dagangan dengan tidak melawan hukum serta
memasuki pelabuhan yang aman utk navigasi
4. Pembayaran gaji awak kapal, premi asuransi,
perbekalan dan kapal tetap laik laut
26.07.2004 SanSet 62
5. Penyewa menyediakan/membayar BBM,
uang labuh/sandar, mengatur dan
membayar biaya B/M barang
6. Penyewa menyetujui untuk membayar uang
sewa kapal yang sudah disepakati
7. Ketentuan mengenai penyerahan kembali
kapal, untuk memastikan kapan & dimana ?
8. Nakhoda berada dibawah perintah penyewa
9. Daftar resiko yg dikecualikan dr bahaya laut
10.Ganti rugi pada pemilik kapal untuk
kerugian/kerusakan kapal karena ketidak
hati²an sewaktu B/M
26.07.2004 SanSet 63
11. Ketentuan York-Antwerp Rules 1974/1990
mengenai kerugian laut (general average)
12. Pembayaran komisi kepada shipbroker
sebagai biaya negoisasi dalam pembuatan
perjanjian penyewaan kapal – melekat
pada “broker lien”
13. Ketentuan penyelesaian melalui arbitrase

26.07.2004 SanSet 64
Ketentuan dalam voyage-charter :
1. Pemilik kapal menyediakan kapal dengan
memberitahukan posisi, kapasitas dan kelas
dimana kapal tsb didaftarkan
2. Penetapan pelabuhan muat pada perjalan-
an permulaan
3. Pemilik kapal memastikan bahwa kapalnya
dalam keadaan lengkap dan laik-laut
4. Penyewa menyetujui tersedianya barang
secara penuh & membayar uang tambang
5. Adanya daftar resiko bahaya dilaut yang
dikecualikan
26.07.2004 SanSet 65
6. Ketentuan yang mengatur cara B/M
7. Memberi hak kepada penyewa untuk memba
talkan perjanjian bila kapal tidak sampai
pada waktu dan pelabuhan tertentu yang
telah disepakati
8. Ketentuan umum yang memungkinkan
memasukan Hague-Visby Rules
9. Penyelesaian perselisihan melalui Arbitrase
dan prosedur beracara
10.Memasukan York-Antwerp Rules 1974/1990
11.Komisi broker
12.Berkaitan bila terjadi resiko perang
26.07.2004 SanSet 66
Demurrage dan Dispatch Money

• Demurrage : keterlambatan pembebasan


kapal penyewa (charterer), ada sejumlah
uang untuk dibayarkan kepada pemilik kapal
sebagai kompensasi karena keterlambatan
• Dispatch : sejumlah uang yang akan
dibayarkan kepada pemilik barang sebagai
bonus jika B/M dapat dilaksanakan kurang
dari waktu yang disediakan

26.07.2004 SanSet 67
Kapan lay-time mulai dihitung ?

1. Kapal dalam posisi sudah sampai


(vessel is an arrived ship)
2. Kapal dalam posisi siap untuk B/M (she
is ready to load or dicharge)
3. Pemilik kapal / nakhoda telah
memberitahukan kesiapan kapal untuk
dimuat (shipowner has given notice of
readiness to load)
26.07.2004 SanSet 68
Beralihnya hak kepemilikan kapal tidak
membatalkan perjanjian penyewaan
• Sifat perjanjian ini melekat terhadap kapal
yang menjadi obyek.
• Bila kapal berpindah tangan pada waktu per-
janjian penyewaan masih berjalan, maka
pemegang hak kepemilkan yang baru thd
kapal tidak dapat membatalkan perjanjian
tsb, dia wajib meneruskan
• “dengan pemindah-tanganan sebuah kapal,
maka persetujuan carter kapal tidak
diputuskan karenanya”
26.07.2004 SanSet 69
Bill of Lading / konosemen

• Bukan perjanjian tetapi sebagai bukti (prima


facie evidence) adanya perjanjian pengang-
kutan dan bukti penerimaan barang oleh
pemilik kapal atau nakhoda
• B/L dikeluarkan atas permintaan dan
diberikan kepada penyewa kapal atau
pengirim barang oleh pemilik kapal atau oleh
operator kapal yang beroperasi dalam trayek
tertentu
26.07.2004 SanSet 70
Kerugian Laut

• “ semua kerugian yang timbul akibat


pengorbanan luar biasa yang dilakukan
dan biaya yang dikeluarkan oleh kapal
maupun oleh pemilik barang, demi untuk
penyelamatan kapal beserta barang
muatan dalam menghindari bahaya dilaut,
dinyatakan sebagi kerugian laut dan harus
ditanggung bersama secara proposional
oleh semua pihak yang berkepentingan”

26.07.2004 SanSet 71
Unsur agar diakui sebgai kerugian laut:

1. Sifat pengorbanan/pengeluaran : luar biasa


2. Pengorbanan tsb disengaja dan beralasan
3. Demi untuk keselamatan bersama
4. Untuk menghindari kecelakaan di-laut

26.07.2004 SanSet 72

Anda mungkin juga menyukai