2004 SanSet 1
HUKUM
• Keseluruhan peraturan² yang mengikat dan diadakan
untuk kebutuhan suatu kelompok masyarakat,
- terciptanya suatu keadaan yang tertib
- kepentingan kelompok masyarakat tertentu
dapat diamankan
26.07.2004 SanSet 5
• Maritime country : negara yang maju
dibidang pelayaran – punya armada dan
menguasai perdagangan melalui laut
26.07.2004 SanSet 6
mengatur : - transportasi melalui laut
- kenavigasian
26.07.2004 SanSet 7
HUKUM MARITIM
26.07.2004 SanSet 8
• Laut beserta potensi yang ada didalamnya
sebagai milik bersama (common heritage of
mankind)
26.07.2004 SanSet 9
HUKUM LAUT
26.07.2004 SanSet 10
United Nations Convention on the Law
Of the Sea (UNCLOS)
• Kawasan ialah dasar laut dan dasar samudra serta
tanah dibawahnya dalam batas-batas yuridiksi nasioanal.
• Pencemaran lingkungan laut berarti dimasukannya
oleh manusia secara langsung atau tidak langsung ,
bahan atau energi kedalam lingkungan laut , yang
merusak , bahaya bagi kesehatan manusia , gangguan
terhadap kegiatan dilaut , penurunan kwalitas air dan
pengurangan kenyamanan.
• Dumping ialah setiap pembuangan dengan sengaja
limbah atau benda lainnya dari kendaraan air , pesawat
udara , pelataran atau bangunan buatan lainnya dilaut
26.07.2004 SanSet 11
• Laut wilayah ialah dalam hal negara
kepulauan meliputi perairan kepulauan dan jalur
laut yang berbatasan dengan laut teritorial.
• Laut teritorial adalah suatu batas yang tidak
melebihi 12 mil laut diukur dari garis pangkal
yang ditentukan sesuai dengan konvensi ini
• Laut bebas ialah semua bagian dari laut yang
tidak termasuk dalam zone ekonomi eksklusif
dalam laut teritorial atau perairan pedalaman
satu negara atau dalam perairan kepulauan
suatu negara kepulauan
26.07.2004 SanSet 12
Lintas damai : sepanjang tidak merugikan
kedamaian , ketertiban atwu
keamanan negara pantai.
• Lintas kapal asing yang membahayakan kedamaian
ketertiban atau keamanan negara pantai , apabila
kapal tsb melakukan salah satu kegiatan sbb :
1. Setiap ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap
kedaulatan , keutuhan wilayah atau kemerdekaan
politik negara pantai.
2. Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam
apapun.
3. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merugikan bagi
pertahanan atau keamanan negara pantai.
4. Setiap perbuatan propaganda yang bertujuan
mempengaruhi pertahanan atau keamanan negara
pantai
26.07.2004 SanSet 13
5. Peluncuran , pendaratan atau penerimaan pesawat
udara diatas kapal.
6. Bongkar atau muat setiap komoditi , mata uang atau
orang yang bertentangan dengan peraturan per-
undang2 an bea cukai , fiskal , imigrasi atau saniter
negara pantai.
7. Setiap kegiatan propaganda yang bertujuan mempe-
ngaruhi pertahanan atau keamanan negara pantai.
8. Setiap perbuatan pencemaran dengan sengaja dan
merusak yg bertentangan dengan ketentuan konvensi.
9. Setiap kegiatan perikanan.
10. Kegiatan riset dan survey.
11. Setiap perbuatan yang bertujuan mengganggu setiap
sistim komunikasi atau setiap fasilitas atau instalasi
lainnya di negara pantai.
12. Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan
langsung dengan lintas
26.07.2004 SanSet 14
Peraturan per-undang² an negara
pantai bertalian dengan lintas damai
26.07.2004 SanSet 16
Zona tambahan
26.07.2004 SanSet 17
Lintas transit
• Berlaku bagi selat yang digunakan untuk pelayaran
internasional antara satu bagian laut lepas atau ZEE
dan bagian laut lepas atau ZEE lainnya.
• Hak lintas transit :
1. Melalui selat , semua kapal dan pesawat udara
mempunyai hak lintas transit , yang tidak boleh
dihalangi ; kecuali bahwa , apabila selat tsb berada
antara pulau dan daratan utama negara yang
berbatasan dengan selat tsb , lintas transit tidak
berlaku apabila pada sisi kearah laut pulau itu terdapat
suatu rute melalui laut lepas atau melalui ZEE yang
sama fungsinya bertalian dengan sifat2 navigasi dan
hidrografis
2. Lintas transit pelaksanaan kebebasan pelayaran atau
penerbangan dilakukan tanpa henti , langsung dan
secepat mungkin.
3. Setiap kegiatan yang bukan pelaksanaan lintas transit
merlalui suatu selat tetap tunduk pd ketentuan lain
konvensi ini
26.07.2004 SanSet 18
Kewajiban kapal dan pesawat udara
sewaktu lintas transit
1. Kapal dan pesawat udara , sewaktu melaksanakan
lintas transit , harus :
a. melewati jalur yang tepat.
b. menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan
kekerasan dengan tidak melanggar aturan atau
hukum Internasional.
c. menghindarkan diri dari kegiatan apapun selain
transit , kecuali dalam keadaan darurat.
d. memenuhi ketentuan lain yang berlaku.
2. Kapal dalam lintas transit , harus :
a. melaksanakan dan memenuhi peraturan
keselamatan dan P2TL.
b. mematuhi peraturan pencegahan pencemaran yang
berasal dari kapal
26.07.2004 SanSet 19
Laut , Teritorial dan Perairan Indonesia
A. Perundang-undangan Maritim
1. Ordonansi Laut Teritorial dan
Lingkungan Maritim 1939 :
Dalam ordonansi ini diatur laut wilayah 3 mil
laut (sesuai dengan hukum Internasional
pada waktu itu), beberapa segi pertahanan /
keamanan dan segi ekonomi (penangkapan
ikan).
2. Undang-undang no. 4 tahun 1960
tentang perairan Indonesia :
- Perairan Indonesia adalah laut wilayah
Indonesia beserta perairan pedalaman
Indonesia ;
26.07.2004 SanSet 20
- Laut Wilayah Indonesia adalah lajur laut
selebar 12 mil laut yang garis titis pada garis
dasar yang terdiri dari garis2 lurus yang
menghubungkan titik2 terluar pada garis
rendah dari pulau dari pada pulau2 atau
bagian pulau2 yang terluar dalam wilayah
Indonesia dengan ketentuan bahwa jika ada
selat yang lebarnya tidak melebihi 24 mil laut
dan negara Indonesia tidak merupakan
satu2 nya negara tepi , maka garis batas laut
Indonesia ditarik pada tengah selat ;
- Perairan Pedalaman Indonesia adalah semua
perairan yang terletak pada sisi dalam garis
dasar sebagai yang dimaksud pada
ketentuan diatas (laut wilayah) ;
26.07.2004 SanSet 21
- Lalu-lintas damai dalam perairan pedalaman
Indonesia terbuka bagi kapal asing ;
- Tidak berlaku lagi ketentuan2 Ordonansi Laut
Teritorial & Lingkungan Maritim 1939 yang
menyangkut laut teritorial , daerah laut ,
perairan pedalaman dan daerah air
Indonesia ;
3.Undang-undang no.19 tahun 1961 tentang
persetujuan Konvensi Jenewa tahun 1958 .
Pemerintah memberikan persetujuan atas 3
konvensi :
- pengambilan ikan serta hasil laut dan
pembinaan sumber2 hayati laut bebas;
- dataran kontinental ;
- laut bebas.
26.07.2004 SanSet 22
4. Peraturan Pemerintah no.8 tahun 1962 tentang
Lalu-lintas Laut Damai Kapal Asing dalam
Perairan Indonesia.
- melintasi laut wilayah dan perairan
pedalaman Indonesia :
* dari laut bebas kepelabuhan dan sebaliknya ;
* dari laut bebas kelaut bebas;
- tidak dibenarkan berhenti , berlabuh dan mondar
mandir tanpa alasan yang syah ;
- dianggap damai selama tidak bertentangan dengan
keamanan , ketertiban umum , kepentingan dan /
atau tidak mengganggu perdamaian negara R I ;
- kapal perang asing harus memberitahukan lebih
dahulu kepada KSAL dan kapal selam harus
berlayar dipermukaan air.
26.07.2004 SanSet 23
5. Keputusan Presiden no. 103 tahun
1963 tentang Lingkungan Maritim.
26.07.2004 SanSet 24
6. Undang-undang no.1 tahun 1973
tentang Landas Kotinen Indonesia
26.07.2004 SanSet 25
7. Undang-undang no.5 tahun 1973
tentang Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia
26.07.2004 SanSet 26
• Sumber daya alam hayati adalah semua jenis
binatang dan tumbuhan yang terdapat didasar
laut dan ruang air ZEE Indonesia ;
• Sumber daya alam non hayati adalah unsur alam
bukan sumber daya alam hayati yang terdapat
didasar laut dan tanah dibawahnya serta air ZEE
Indonesia ;
• Kebebasan pelayaran diakui sesuai prinsip-
prinsip hukum laut Internasional.
26.07.2004 SanSet 27
B. Konvensi Hukum Laut
1. Perairan Nusantara (archipelagic waters) :
Mencakup laut yang terletak antara pulau-pulau
Indonesia dan yang ditutup oleh garis pangkal
Nusantara yang ditarik sesuai ketentuan ketentuan
konvensi.
2. Laut Wilayah :
Selebar 12 mil laut yang mengelilingi Nusantara dan
perairan Nusantara.
3. Zona Tambahan (contiguous zone) :
Selebar 12 mil laut yang mengelilingi laut wilayah
selebar 12 mil laut dimana Indonesia dapat
melaksanakan pengawasan atas masalah-masalah bea
cukai , fiskal , imigrasi atau kesehatan , zona
tambahan dapat ditarik 24 mil laut dari garis pangkal
dari mana lebar laut wilayah diukur.
26.07.2004 SanSet 28
4. Zona Ekonomi Eksklusif :
Selebar 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar
laut wilayah diukur serta dimana Indonesia
melaksanakan kedaulatan diatas sumber kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dan yuridiksi atas
instalasi2 , pulau buatan bangunan , pengaturan riset
ilmiah kelautan serta perlindungan dan pelestarian
lingkungan laut.
5. Landas Kontinen :
Selebar 200 mil laut dari garis pangkal atau hingga
pinggiran luar tepi kontinen. Pinggiran tepi kontinen
dapat selebar 350 mil laut dari garis pangkal atau tidak
melebihi 100 mil laut dari garis batas dari kelanjutan
alamiah wilayah daratan negara pantai . Perbatasan2
ZEE dapat atau tidak perlu bersamaan dengan batas
landas kontinen karena kedua konsep ZEE dan
landasan kontinen sama sekali berlainan.
26.07.2004 SanSet 29
• ZEE pada dasarnya hanya berlaku untuk
kolam air serta sumber kekayaan yang
terkandung didalamnya sehingga tidak
terpengaruh oleh topografi dan
geomorfologi dasar laut ;
• LK pada dasarnya mencakup wilayah
dasar laut serta tanah dibawahnya ,
dengan demikian sangat tergantung
pada perpanjangan alamiah dari
wilayah daratan . Geologi dan
geomorfologi dasar laut , seperti
halnya topografi adalah sangat penting
dalam mendefinisikan batas terluas
dari landas kontinen yang syah , yang
melampaui batas 200 mil laut ZEE.
26.07.2004 SanSet 30
6. Lintas Laut Damai (innocent passage) :
26.07.2004 SanSet 31
7. Jalur Laut (sea lane)
• Negara pantai dapat mensyaratan kapal-kapal asing ,
khususnya kapal-kapal tanker , kapal-kapal tenaga nuklir
atau kapal-kapal lain yang mengangkut muatan
berbahaya , melintas laut wilayah lewat jalur-jalur laut.
• Persyaratan ini ditetapkan demi keselamatan pelayaran .
26.07.2004 SanSet 36
SISTEM TRANSPORTASI LAUT NASIONAL
KENAVIGASIAN
(NAVIGATION SYSTEM)
PELABUHAN RUTE PELAYARAN KAPAL
PENJAGAAN DAN
PENYELAMATAN
(COAST GUARD)
26.07.2004 SanSet 37
PENDAYAGUNAAN DAN PEMANFAATAN LAUT
S PELAYARAN
u NASIONAL
b
s
i
s SISTRANAS
t SISTRALANAS
e
m
26.07.2004 SanSet 38
LALU LINTAS & ANGKUTAN LAUT
• Sistem & Jaringan Lalu Lintas
Angkutan Laut Nasional & Internasional
• Pengembangan Armada
• Pembinaan Operasional/Usaha
Angkutan Laut
PENJAGAAN & PENYELAMATAN KEPELABUHANAN
Penegakan Hukum di bidang Pelayaran, •Tatanan Kepelabuhanan Nasional
Pengawasan & Penaggulangan Pencemaran Laut •Jaringan Pelayanan Pelabuhan
• Salvage dan Pekerjaan dibawah air Nasional & Internasional
Konvensi Salvage 1989
•Pengembangan Pelabuhan
•Penegakan HUkum Pelayaran di Laut
dan Perairan Pelabuhan –IMO •Operasional/Manajemen
•Bantuan Pencarian dan Penyelamatan SISTEM & FUNGSI Pelabuhan
serta Penanggulangan Pencemaran
di laut-SAR ’79- MARPOL’73/78
TRANSPORTASI
LAUT
KENAVIGASIAN
KELAIKLAUTAN KAPAL
• Penetapan Sistem & Jaringan
Fasilitas Kenavigasian (Perambuan/ • Pengaturan & Penegakan di
SBNP, Telkompel/SROP, Kapal Bidang Kelaiklautan dan
Negara & Fasilitas Penunjang Kepelautan
• Pelaksanaan Konvensi
Internasional
26.07.2004 SanSet 39
SISTEM TRANSPORTASI LAUT NASIONAL
PEMERINTAH
• REGULATOR &
PENDUKUNG FASILITATOR
. PERANGKAT KERAS •PENGAWAS & PENEGAK
. PERANGKAT & TEHNOLOGI HUKUM
LUNAK •PROVIDER (MANDATORY/
• MANAJEMEN MODERN KESPEL & KEPERINTISAN
• SDM
• FINANSIAL
DASAR HUKUM
INDUSTRI PENUNJANG
•SHIPYARD / DOCKYARD
•ASURANSI
•SUPPLIERS/CONTRACTOR
•PERBANKEN / LKNB MASYARAKAT /
•DLL LINGKUNGAN
STRATEGIS
26.07.2004 SanSet 40
VISI DAN MISI
PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI LAUT
NASIONAL
VISI :
26.07.2004 SanSet 41
MISI :
26.07.2004 SanSet 42
Perkembangan pengaturan di bidang transportasi laut
Highly Overly Deregulated Restructuring / Reform 2
0
Regulated 1984 1985 1998 1992 1999
0
2001 2
26.07.2004 SanSet 44
REFORMASI KEBIJAKAN DAN KERANGKA PENGATURAN
(POLICY REFORM AND REGULATION FRAMEWORK)
TRANSPORTASI LAUT INDONESIA
PP NO. 1 / 1998
PP NO. 82 / 1999
POLICY REFORM REVISI UU
PP NO. 7 / 2000 /REREGULASI NO. 21 / 1992
PP NO. 69
Tahun 2001 KEPPRES TTG
PP NO. 81 / 2000 (BRIDGING MORTGAGE LAW
REGULATION) INPRES TTG PEM
PP NO. 51 / 2002 BERDAYAAN IN-
DUSTRI ANGLANA
26.07.2004 SanSet 45
• Buku I : tentang dagang umumnya
• Buku II: tentang hak2 dan kewajiban2 yang
terbit dari pelayaran
26.07.2004 SanSet 46
• Bab I : Kapal Laut dan Muatannya
26.07.2004 SanSet 47
• Bab VI : Tubrukan Kapal
• Bab VII : Kapal yang karam, kandas dan penemuan
barang2 dilaut
• Bab VIII : “dihapus”
• Bab IX : Asuransi atau pertanggungan thd bahaya2
dilaut dan perbudakan
• Bab X : Pertanggungan thd bahaya2 pada
pengangkutan didarat dan sungai2 dan
perairan pedalaman
• Bab XI : Kerugian di laut (Avarij)
• Bab XII : Hapusnya perikatan2 dalam perdagangan
laut
• Bab XIII : Kapal2 dan alat2 pelayaran yg berlayar
disungai2 dan perairan pedalaman
26.07.2004 SanSet 48
Guide Lines for Maritime Legislation :
• I : Economic Regulation
• II : Nationality of Ships and Registration of
Ships and Rights on Ships
• III : Safety
• IV : Navigation
• V : Manning
• VI : Ship’s Managers, Agents, Stevedores and
Freight Forwarders
• VII : Contracts Concerning Ships
26.07.2004 SanSet 49
• VIII : Ships Mortgages and Maritime Liens
• IX : Liability and Limitation of Liability in
Maritime Law
• X : Transport and other Contracts
• XI : Marine Insurance
• XII : Accident at Sea
• XIII : Pollution
• XIV : Carriage of Dangerous Goods
• XV : Maritime Fraud
• XVI : Maritime Investigations
• XVII : Resolution of Disputes
26.07.2004 SanSet 50
Hukum Internasional yang berhubungan
dengan bidang Privat
• The International Convention for the Unification of
Certain Rules of Law relating Bill of Lading (Hague Rules
1924)
• York-Antwerp Rules 1924
• United Nations Convention on the Carriage of Goods by
Sea 1978
• Convention on Limitation of Liability for Maritime Claims
1976/Protocol 1979
• Athens Convention relating to the Carriage of Passengers
and their Luggage by Sea 1974
• United Nations Convention on the Liability of Operator of
Transport Terminal in International Trade 1991
• International Convention on Maritime Liens and
Mortgages 1993
• International Convention on Arrest of Ships 1999
26.07.2004 SanSet 51
Konvensi yang berhubungan dengan bidang
Publik
• Aspek keselamatan :
* International Convention for Safety of Life at
Sea (SOLAS 1974)
* International Convention on Load Line1966
* International Convention on Tonnage
Measurement of Ships 1969
* Convention on the International Regulations
for Preventing Collision at Sea 1972
* International Convention on Standards of
Training, Certification and Watchkeeping for
Seafarers 1978
* International Maritime Dangerous GoodsCodes
26.07.2004 SanSet 52
• Aspek kesejahateraan awak kapal :
26.07.2004 SanSet 53
Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Laut
• United Nations Convention on the Law of the Sea 1982
(Bab XII)
• International Convention for the Prevention of Pollution
from Ships 1973/78 (MARPOL 73/78)
• International Convention Relating to Intervention on the
Height Seas in cases of Oil Pollution Casualties 1987
• International Convention on the Prevention of Marine
Pollution by Dumping of Wastes and other Matter 1972
• International Convention on Oil Pollution Preparedness
1996
• International Convention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage 1969 and 1976 Protocol
• International Convention on Liability and Compensation
for Damage in connection with the Carriage of
Hazardous and Noxious Substances by Sea 1990
• International Convention on the Establishment of an
International Fund for Compensation
26.07.2004 SanSet
for Oil Pollution 54
Damage 1971
Perjanjian Pengangkutan Melalui Laut
penyewaan Kapal (Charter Party)
26.07.2004 SanSet 55
1. Perjanjian penyewaan kapal berdasarkan
perjalanan tertentu (voyage-charter party)
• Pemilik kapal/pengangkut memberikan
layanan pengangkutan barang dengan kapal
dalam satu atau beberapa pelayaran yang
sudah tertentu
• Penyewa berkewajiban untuk menyampai-
kan barang dan membayar uang sewa
• Pada setiap perjalanan, sesuai jumlah barang
yang telah diserahkan, jika dikehendaki oleh
penyewa, pengangkut harus mengeluarkan
konosemen (B/L)
26.07.2004 SanSet 56
2. Perjanjian penyewaan kapal berdasarkan
waktu (time-charter party)
26.07.2004 SanSet 57
3. Perjanjian penyewaan kapal dengan
penyerahan kapal berdasarkan waktu
tanpa awak kapal (bareboat/demise
charter party)
26.07.2004 SanSet 58
Baltic and International Maritime
Council (BIMCO)
Voyage Charter
26.07.2004 SanSet 59
Charter Party for Special Cargo and
Passengers
• Standard Ore Charter Party – “OREVOY”
• Continent Grain Charter Party – code name
”SYNACOMEX 90”
• North American Grain Charter Party 1073 – code name
“NORGRAIN 89”
• Australian Wheat Charter 1990 – code name
“AUSTWHEAT 1990” revisi tahun 1991
• United Nations World Food Programmed Voyage Charter
Party – code name “WORLDFOOD 99”
• Gas voyage Charter Party to be used for Liquid Gas
Except LNG – code name “ GASVOY” July 1972
26.07.2004 SanSet 60
• North American Fertilizer Charter Party 1978/88 – code
name “FERTIVOY 88”
• The BIMCO Baltic Wood Charter Party 1973 – code name
“NUBALTWOOD” revisi tahun 1997
• The Baltic and International Maritime Conference
Uniform Time Charter Party for Vessels Carrying
Chemicals in Bulk – code name “BIMCHEMTIME 1984
• Americanized Welsh Coal Charter – code name
“AMWELSH 93”
• The Baltic and International Maritime Council Coal
Voyage Charter 1971 – code name “POLCOALVOY” 1997
• The Documentary Committee of the Japan Shipping
Exchange ,Inc. Coal Charter Party – code name
“NIPPONCOAL” Tokyo 1983
• The BIMCO Uniform Time Charter Party for Container
Vessels 1990 – code name “BOXTIME”
• Standard Cruise Voyage Charter Party – code name
“CRUISEVOY”
26.07.2004 SanSet 61
Ketentuan² pokok dalam standar
penyewaan kapal
26.07.2004 SanSet 64
Ketentuan dalam voyage-charter :
1. Pemilik kapal menyediakan kapal dengan
memberitahukan posisi, kapasitas dan kelas
dimana kapal tsb didaftarkan
2. Penetapan pelabuhan muat pada perjalan-
an permulaan
3. Pemilik kapal memastikan bahwa kapalnya
dalam keadaan lengkap dan laik-laut
4. Penyewa menyetujui tersedianya barang
secara penuh & membayar uang tambang
5. Adanya daftar resiko bahaya dilaut yang
dikecualikan
26.07.2004 SanSet 65
6. Ketentuan yang mengatur cara B/M
7. Memberi hak kepada penyewa untuk memba
talkan perjanjian bila kapal tidak sampai
pada waktu dan pelabuhan tertentu yang
telah disepakati
8. Ketentuan umum yang memungkinkan
memasukan Hague-Visby Rules
9. Penyelesaian perselisihan melalui Arbitrase
dan prosedur beracara
10.Memasukan York-Antwerp Rules 1974/1990
11.Komisi broker
12.Berkaitan bila terjadi resiko perang
26.07.2004 SanSet 66
Demurrage dan Dispatch Money
26.07.2004 SanSet 67
Kapan lay-time mulai dihitung ?
26.07.2004 SanSet 71
Unsur agar diakui sebgai kerugian laut:
26.07.2004 SanSet 72