Anda di halaman 1dari 26

TETANUS ANAK

Syahril pasaribu
Subbagian Infeksi Tropis
BIKA FKUSU
Penyebab
• Clostridium tetani

•Bentuk batang
•Anaerob
•Gram positif
•Membentuk spora
•Sensitif terhadap panas

Electron micrograph of vegetative Clostridium tetani cells.


Etiologi :
Clostridium tetani, Gram (+), bakteri anaerob,
Konsentrasi tinggi dalam tinja manusia dan
binatang peliharaan.
Dapat diisolasi dari lingk.sekitar.
Spora resisten terhadap :
• Desinfeksi fisik/kimia
• Autoclave sampai suhu 121oC (10-15 menit)
Spora masuk ke tubuh melalui luka di kulit ok :
• Terpotong, tertusuk, luka bakar
Patogenesis
Spora Luka anaerob

eksotoksin vegetatif

Tetanospasmin

Spasme dan rigiditas


Toksin Tetanus
Toksin yang dihasilkan oleh bentuk vegetatif

sirkulasi darah dan limfe

menjalar intraaksonal dalam saraf

menempel dan masuk melalui reseptor gangliosida di saraf

menghambat pelepasan neurotransmitter

penghambatan impuls inhibisi

klinis tetanus
Patogenesis :
Tetanospasmin bekerja di SSP dengan cara :
1. Menghalangi transmisi neuromuskular 
menghambat lepasnya acethyl choline dari
terminal nerve di otot
2. Mengganggu fungsi refleks synaptic di spinal
cord  karakteristik spasme tetanus (seperti
keracunan strychnine)
3. Kejang mungkin ok. Pengikatan toksin oleh
gangliosid serebral
4. Gangguan ANS : berkeringat, hipertensi,
takikardi, aritmia, catecholamine dalam urin
Cara transmisi
• C. tetani bisa bertahan bertahun di tanah dan feses
hewan. Setelah masuk tubuh manusia melalui luka dan
suasana anaerob, spora berkembang menjadi bentuk
vegetatif dan melepaskan toksin.

• Tetanus bisa terjadi mengikuti luka bakar, luka tusuk


yang dalam, infeksi telinga atau gigi, gigitan hewan.

• Tetanus satu satunya penyakit infeksi yang dapat


dicegah dengan vaksin tapi tidak menular dari manusia
ke manusia.
Tingkat keganasan tetanus :
1. Ringan : kejang umum (-)
2. Sedang : kejang umum timbul sesekali
3. Berat : kejang umum yang berat (+)
Masa inkubasi : 3-14 hari ( 1 hari- bulan)
Bentuk klinis tetanus :
1. Tetanus lokal (localized tetanus)
2. Cephalic tetanus
3. Generalized tetanus
Tetanus  self limiting disease
1. Tetanus lokal :
• Kontraksi persisten di tempat luka selama
beberapa minggu  menghilang
• Berlanjut  generalized tetanus, ringan, jarang
menimbulkan kematian
• Prodromal dari tetanus klasik, atau setelah
pemberian antitoksin profilaksis

2. Cephalic tetanus :
• Jarang, MI : 1-2 hari
• Berasal dari : Otitis media, luka di wajah, kepala,
benda asing di rongga hidung.
• G/ : disfungsi Nervus III, IV, VII, IX, dan XI
• Bisa diikuti dengan Generalized tetanus
3. Generalized tetanus (Tetanus klasik) :
• Trismus : kekakuan otot maseter, mulut
terkunci, gejala utama (50%)
• Risus sardonicus : kekauan otot wajah
• Kaku kuduk : kekakuan otot leher
• Anak lemas, mudah terangsang
• Abdominal rigidity : kejang dinding perut
• Opisthotonus : kekakuan otot tulang belakang
• Kejang umum, kesadaran tetap baik setelah
kejang. Kejang spontan dan rangsang
• Spasme laring & otot pernafasan 
sumbatan sal.nafas, sianosis, asfiksia
• Disuria, retensi urin
• Kompresi fraktur + perdarahan dalam otot
• Temp. sedikit meninggi, tek.darah tak stabil,
takikardi  meninggal

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis


Tatalaksana :
I. Perawatan umum
A. Tindakan pertama saat penderita di RS
• Atasi kejang dengan anti konvulsan
diazepam dengan dosis :
Berat : 10-20 mg/iv a rectal
Sedang : 5-10 mg/iv a rectal, dapat diulang
sampai 2 kali, bila kejang masih (+)  ICU
• Jaga jalan nafas tetap baik
• Beri oksigen selama kejang terjadi
• Pasang NGT setelah kejang teratasi
• Hindari pemberian suntikan IM
Antibiotik

 Metronidazole, loading dose 15 mg/kg iv drips dalam 30


menit, diikuti maintainance dose 30 mg/kg/hari dibagi
dalam 4 dosis, selama 7-10 hari

 Procaine penicilline : 50.000 – 100.000 U/kg/hari, selama


7-10 hari secara IM

 Tetracycline 30-40 mg/kg/hari, 4 dosis, 10 hari


B. Perawatan
• Hindari rangsang berlebihan (ruang rawat
khusus)
• Observasi dengan rangsangan yang minimal
• Catat nadi, RR, frek.kejang dan lama kejang
• Bersihkan jalan nafas, dan oksigen
• Makanan & cairan via NGT berdasarkan
kebutuhan cairan, elektrolit dan kalori
• Perhatikan retensi urin dan massa tinja di
usus, bila ada  atasi dengan laksansia
• Perobahan posisi per 2-4 jam + fisioterapi
pasif tangan, kaki dan dada
II. Antibiotika, tetanus antitoksin, tetanus
toksoid
A. Antibiotika
• Procaine penicilline : 50.000 U/kg/12 jam,
selama 7-10 hari atau
• Tetrasiklin 30-40 mg/kg/hari/4 dosis/10 hari
• Tujuan : membunuh bentuk vegetatif
C.tetani
• Bila ada komplikasi  AB broad sectrum
B. Antitoksin
• Human tetanus immunoglobulin (TIGH)
3000-6000 U/IM atau
• Tetanus antitoksin (TAT) dari hewan 50.000-
100.000 U, setengah IV dan sisanya IM
• BIKA FKUSU : TAT 40.000 U. 20.000 U/IM di
paha sebelah luar & 20.000 U dilarutkan
dalam 200 ml NaCl 0.9% selama 30-45
menit/infus
• Beri tetanus toksoid pada sisi yang berbeda
pada saat masuk ke RS dan satu bulan
kemudian
III. Anti konvulsan
• Dosis maksimum 25 mg/kg/hari
• Setelah kejang teratasi sewaktu penderita
masuk pertama kali di RS, berikan diazepam
dengan dosis awal 3-4 mg/kg/hari/IV. Kerja
diazepam adalah 2-4 jam
• Evaluasi kejang yang timbul setelah
pemberian diazepam (lihat penanganan
Tetanus neonatorum)
• Apabila dosis maksimum telah tercapai dan
kejang masih (+), pertimbangkan anti
konvulsan lain
Pencegahan :
• Setelah sembuh tidak ada kekebalan
• Pencegahan dengan imunisasi DPT, DT,
atau TT
Skema Pemberian Diazepam pada Tetanus Anak Dept IKA FKUSU

Kejang

Diazepam rectal. IM, IV

Kejang (-) Kejang (+)

Diazepam (max 3 kali)


Diazepam 3-4 mg/kg/hari
(max 25 mg/kg/hari), 8
dosis, interval 3 jam
Kejang (-) Kejang (+)

ICU
Kejang (-) Kejang (+)

48-72 jam Diazepam IV Naikkan dosis maintenance,


buat jadwal baru

Turunkan dosis 10-15%


pasien kembali kejang <2 jam
dari dosis terakhir

Naikkan dosis maintenance,


interval 2 jam (12 dosis)

Anda mungkin juga menyukai