Anda di halaman 1dari 77

PEMBERIAN DIET PADA

PASIEN LUKA BAKAR DAN


PRA PASCA BEDAH

Ratmawati, S.Gz., M.Gz


Poltekkes Pangkalpinang
DIET PADA PASIEN
LUKA BAKAR
Tahukah Anda?

 Luka bakar hebat menimbulkan stres pada


tubuh namun kulit masih bisa regenerasi

 Pemecahan protein dan lemak besar-besaran


 peningkatan REE  kehilangan BB 1,5
kg/hari

 Kehilangan BB >30%  kematian


Peran Ahli Gizi???
MENCEGAH/MEMBATASI
PENURUNAN BB >10%

Tujuan:
 Mempertahankan IMT
• Mendorong penyembuhan luka dan
mengembalikan kulit
 Mempertahankan immunocompetence
Burn Injuries is…
• “Tissue injury caused by thermal,
radiation, chemical, or electrical contact
resulting in protein denaturation, burn
wound edema, and loss of intravascular
fluid volume due to increased vascular
permeability.”
The Merck Manual of Diagnosis and Therapy Seventeenth Edition
(1999)
Categories and causes of thermal injury

Category of Thermal Injury Cause


Chemical Cement, cleaning agents
Contact Radiators, cookers, iron
Electrical Domestic/industrial current
Flame House fire, bonfires, road traffic
accidents
Flash Flammables, high voltages electricity
Friction Road traffic accidents, rope burn
Radiation Sunburn, radiotherapy, nuclear spills
Scalds Steam, hot fat

Adapted from Molyneux (2004) from Manual of Dietetic Practice Book


Severity of
Burn Injury
Superficial Partial thickness Full thickness
Depth of burn Epidermis only Some of dermis All of dermis
Healing time 3-10 days 10-14 days Many
months/never

Scarring No Deep burns likely Contractures


to produce unless grafted
scarring and
contractures

Skin grafting No Deep burns may Large areas need


need grafting grafting
Derajat I :
Yang terkena hanya lapisan epidermis saja, warna
kulit kemerah-merahan dan kulit terasa nyeri →
mis. tersengat matahari dan sembuh 5-7 hari
Derajat II :
Selain epidermis, sebagian substansi dermis juga
mengalami kerusakan, tetapi masih tersisa sel
sehat, misalnya : folikel rambut, kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea.
Gejala : nyeri, adanya bula
• Derajat II dangkal : bagian superfisial dermis,
folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea masih utuh.
Penyembuhan 10 – 14 hari.

• Derajat II dalam : seluruh bagian dermis, folikel


rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
tinggal sebagian.
Penyembuhan ± satu bulan dengan
meninggalkan jaringan sikatrik.
Derajat III :
Luka bakar mengenai seluruh sel epitel kulit
(epidermis, dermis dan jaringan subkutis,
otot bahkan tulang), tdk ada bula, tdk ada
nyeri. Kulit pucat abu-abu gelap/hitam,
permukaan lebih rendah.

Penyembuhan → cangkok kulit

Sembuh sendiri → kontraktur → pada


persendian, fungsi sendi berkurang atau
hilang
Derajat & Kedalaman Luka Bakar

- Tingginya suhu
- Lamanya paparan suhu tinggi
- Jenis bahan pakaian yang digunakan
(wol, nilon, dakron)
Estimated Burn Surface Area
Rule of thumb:
BSA burn + Age  >100 
unlikely to survive
Ex: 86 y.o, 30%BSA burn=116 (survival unlikely)
13 y.o, 55%BSA burn=68 (survival likely)

 It doesn’t apply to children < 10 y.o

 In cases of non-survivable injury, the patient


should be kept well hydrated and adequate
analgesia but no nutritional therapy
attempted. The patient usually succumbs to
the injury within a few days
A

B
9

9 9 15 C
9 9
10 20 10
9 9 20
1 10 10
20
9 9 20 20

9 9 15 15 10 10

A. Rumus 9 untuk orang dewasa


B. Rumus 10 – 15 – 20 untuk anak
C. Rumus 10 untuk bayi
Nutrition Care Process (NCP)
Assesment
Diagnosis
Intervention
Monitoring
Evaluation
Gali Informasi Berikut

1. Nutritional status & nutritional risk:


• Patient’s pre-burn history (days post burn, prior burn care,
complicating injuries)
• Nutritional history (Pre injuries height & weight Antropometri)
• Clinical appearance: malnourished greatest risk for re-feeding
syndrome
• Medical history
• Social History
• History of disease ( DM, pregnancy)

• Nutritional risk: pre-existing nutritional status, factor that can


alter patients ability to receive & utilize nutrients (severity of burn,
age, complicating condition such as inhalation injury and organ
disfunction)
2. Pemeriksaan Laboratorium

A. Darah: Hb, Blood glucose, Leukosit,


Albumin, Pre-Albumin, Liver function test
(SGOT, SGPT), C-reactive Protein (CRP)
B. Urine: urine production (24-hour urine
collection), UUN (Urinary Urea Nitrogen)
C. Analisa Gas Darah : PH, PCO2, PO2
D. Electrolit: Na, K, Cl, Ca, Mg, P
3. Pemeriksaan Fisik Klinis

A. Suhu, tensi, nadi, RR, tanda-tanda


shock, edema
B. Lokasi luka bakar
C. Luas dan derajat luka bakar
D. Trauma tambahan (fraktur)

4. Dietary Assesment Nutrient record


(food and fluid balance)
Problem Etiologi Sign/Symptom
Problem- Etiology –
Sign/Symtomp

1. Dehidrasi
• Penguapan yang berlebihan
• Cairan masuk ke bula
• Pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar
derajad III
• Parah  syok hipovolemik dengan gejala :
gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, produksi urin
berkurang
Con’t
2. Anemia
 Dekstruksi eritrosit di bagian yang
terbakar
 Depresi sumsum tulang karena sepsis
 Perdarahan pada luka

3. Hipoalbuminemia
Intervention
for
Burn Injuries
A. Tujuan
a. Tujuan Umum: Mempercepat penyembuhan, mencegah terjadinya
gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan.

b. Tujuan Khusus:
1. Menurunkan hipermetabolisme menurunkan panas & rasa sakit
2. Mencegah shock resusitasi cairan & elektrolit
3. Mencegah penurunan fungsi ginjal cegah penurunan volume
plasma & cegah overhidrasi
4. Memperkecil katabolisme protein jaringan dengan mengurangi
imbang nitrogen negatif & asupan energi non protein adekuat
5. Mengoreksi hiperglikemia karena stres cegah overfeeding KH
sederhana.
6. Merangsang proses penyembuhan luka (skin grafting)
7. Mencegah infeksi terutama 2-3 minggu pasca luka
8. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA LUKA BAKAR

• ENERGI (Rumus CURRERI)

 Dewasa = (25 kkal x BBI) + (40 kkal x % Luas Luka Bakar)


 Anak = (kkal Basal/Umur x BBI) + (40 kkal x % Luas Luka Bakar)

• PROTEIN (R DAVIES & LILIJEDAHL)


 Dewasa = (1 g/kg BBI) + (3 g x % Luas Luka Bakar)
 Anak = (keb.protein/Umur x BBI) + (3 g x % Luas Luka Bakar)

 Perhitungan lain untuk kebutuhan protein pada combustio:


 Dewasa = 20-25% Total Energi
 Anak = 2.5 – 3 g/kg BBI/hari
B. Energy Requirements

a. Adult Energy Requirements


1. Curreri formula Daily energy requirement =
(25 W Adj + 40B)
2. Long formula :BEE (HB) x activity factor x
injury factor
Male BEE = 66.6 + 13.8W + 5H – 6.8A
Female BEE = 655 + 9.6W + 1.9H – 4.7A
Activity factors: 1.2 if confined to bed ;1.3 if out of bed
Injury factor: 2.1 for severe thermal burn

W=weight in kg, B=total burn area as % of total body mass, H=height in


cm, A=age in years
3. Ireton-Jones Formula Ventilator-
dependent (EEVv) or breathing
spontaneously (EEVsp)

EEVv = 1925 – 10A + 5W + 218S + 292T + 851B


EEVsp = 629 – 11A + 25W – 609O

• W=weight in kg; A=age in years; S is score for sex (male 1, female


0); T, B, and O are scores for trauma, burns, and obesity (each
score 1 if present, 0 if absent)
b. Child Energy Requirements:

1. Wolfe Formula Energy = BMR x 2


BMR Calculations
Age Boys Girls

0-3 years 60.9W – 54 61W – 51

4-10 years 22.7W + 459 22.5W + 499

11-18 years 17.5W + 651 12.2W + 746

W= weight in kg
2. Modified Galveston formula
< 1 year: (2100 x BSA) + (1000 x burn area)
< 12 years: (1800 x BSA) + (1300 x burn
area)
12-18 years: (1500 x BSA) + (1500 x burn
area)
BSA* = body surface area in m2
Burn area = surface area burned in m2

*BSA=weight (kg)^0,5378 x Height (cm)^0,3964 x 0,024265


Curreri Junior Formula
< 1 year RDA + 15B
 1-3 years  RDA + 25B
4-15 years RDA + 40B
RDA (in kcal):
 0-0.5 years =320 kcal
 0.5-1 years = 500 kcal
 1-3 years=740 kcal
 4-6 years= 950 kcal
 7-10 years =1130 kcal
 11-14 years = 1140 kcal (male) ; 1310 kcal (female)
 15-18 years = 1760 kcal(male) ; 1370 kcal(female)

 B=total burn area as % of total body mass


• Prinsip Diet: TKTP
• Syarat Diet:
 Kebutuhan energi dihitung dengan
mempertimbangkan kedalaman dan luas luka
bakar yaitu menurut Curreri.
 Protein tinggi yaitu 20-25% dari kebutuhan
energi total.
 Lemak sedang yaitu 20-30% dari kebutuhan
energi total. Pemberian lemak yang tinggi
menyebabkan penundaan respons kekebalan
sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi.
 Karbohidrat sedang yaitu 50-60% dari kebutuhan
energi total. Bila pasien mengalami trauma jalan
nafas, karbohidrat diberikan 45-55% dari kebutuhan
energi total.
 Vitamin diberikan sesuai kebutuhan, untuk membantu
mempercepat penyembuhan ditambahkan suplemen
terutama vitamin A, B, C dan E.
 Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium,
kalium, kalsium, fosfor dan magnesium. Sebagian
mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
 Cairan tinggi, untuk mengganti cairan yang hilang agar
tidak terjadi shok.
 Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan
pasien, dapat berbentuk cair, saring, lunak dan biasa.
c. Carbohydrate Requirements

Glucose menekan terjadinya


hypermetabolic response and protein
breakdown

CHO limited to 50% energy intake


d. Fat Requirements

Normal diet leads to muscle wasting with


central obesity due to hepatic steatosis
Fat reduction prevents problems when
protein replaces lipid energy
 Adults: Minimum of 4% total energy , 15%
meets essential fatty acid requirements and
provides for fat-soluble vitamins , vary
composition of fats
Children: Minimum of 2-3% total energy
Infants: Maximum of 4g/kg of IBW
e. Protein Requirements

• Intake protein lebih baik dari amino acids


• Improved weight maintenance and survival
• Frequent estimations of nitrogen loss to ensure
adequate replacement
6.25 g protein = 1 g nitrogen
• Adults: 2-3 g protein/kg BBI
• Children:
< 1 year old: 3-4 g protein/kg BBI
1-3 years old: 2.5-3 g protein/kg BBI
>3 years old: 1.5-2.5 g protein/kg BBI

• 25% energy as protein


f. Arginine

• Associated with improved immune


function 9% protein as arginine
• Reduced infection rate & hospital stay
• Precursor to nitric oxide Causes
vasodilatation
• Increases blood flow to wound
i. Vitamin Requirements
 Specific requirements not established
for most Multivitamin supplementation

 Vitamin A  Immune function


10,000 IU/day ; < 3 years old: 5,000
IU/day

 Vitamin B increase proportionately


to energy requirements because of
their roles in oxidative pathaways
 Vitamin C Immune function,
wound Healing , collagen synthesis,
free radical scavenging properties,
limits tissue damage.
 Adults: 500 mg twice a day
 Children up to age 10: 250 mg twice
a day
• Vitamin D  Ca & P homeostasis and
skeletal bone integrity.

• Low levels have been found in children


during the acute phase
j. Mineral Requirements
Injury decreases copper, iron, selenium,
& zinc levels

Copper, zinc, selenium supplements


Fewer complications , quicker return to
normal plasma levels of micronutrients,
improved leucocyte response, shorter
hospitalization

Watch calcium, phosphorus, magnesium,


sodium, & potassium for imbalances
Monitoring and Evaluation
for
Burn Injuries
Parameter Frequency
24-hours urine collection Daily during first week
Maximum body temperature Daily
Fluid balance Daily
Serum urea Daily during first week, then twice
weekly
Blood glucose 4 hours during the first 24 hours;
thereafter as indicated
Liver function test Twice weekly
Hb and Leucosyte twice weekly
Trace elements Weekly
Clinical condition Daily
BSA Another HCT
Our Role As Dietitians
• Make proper energy recommendations
• Be sure patients receiving adequate
amounts of carbohydrate, protein, and fat
• Be sure patients receiving proper vitamin
and mineral supplementation
• Select proper feeding route
Individualization
Standards of Practice
• Use height, weight, and rule of nines to
calculate proper energy and nutrient
needs
• Use lab values of TUN and UUN to
calculate the total nitrogen loss and/or
balance
• Frequent estimations for adequate
replacement
DIET PADA PASIEN
PRA PASCA BEDAH
Ratmawati
Poltekkes Pangkalpinang

46
Perioperative Nutritional Management
• Nutritional Screening :
PNI  postoperative
SGA
• Nutritional Assessment :
anthropometri
biochemical
history and physical examination

CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE VOLUME 71 • NUMBER 4 APRIL 2004


47
CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE VOLUME 71 • NUMBER 4 APRIL 2004 48
CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE VOLUME 71 • NUMBER 4 APRIL 2004
49
Perioperative Nutritional Management

Preoperative

Perioperative Intraoperative

Postoperative

50
Perioperative Nutritional Management

Preoperative fasting from midnight is


unnecessary in most patients.
Patients undergoing surgery, who are
considered to have no specific risk of
aspiration, may drink clear fluids until 2 h
before anasthesia.
Solids are allowed until 6 h before
anasthesia.
Clinical Nutrition (2006) 25, 224–244
51
a. Diet Pra Bedah
• Pengaturan makan yang diberikan kepada pasien yang akan
menjalani pembedahan.
• Pemberian Diet Pra-Bedah tergantung pada:
1. Keadaan umum pasien (status gizi), gula darah, tekanan
darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal dan suhu
tubuh.
2. Macam pembedahan  Bedah kecil atau bedah besar.
3. Sifat operasi  segera dalam keadaan darurat/cito  tanpa
Diet Pra Bedah. Atau berencana  Diet Pra Bedah.
4. Macam penyakit  penyakit utama (saluran cerna, jantung,
ginjal, saluran pernapasan dan tulang) atau penyakit
penyerta yang dialami (DM, jantung, hipertensi)

52
• Tujuan Diet Pra Bedah 
Mempertahankan dan meningkatkan
status gizi pasien dalam keadaan optimal
pada saat pembedahan  untuk
mengatasi stres dan penyembuhan luka.

53
Syarat Diet:
1. Energi sesuai kebutuhan.
2. Protein diberikan tinggi 1.5-2.0 g/kg BB jika status gizi
kurang, anemia, albumin rendah. Dan diberikan normal
0.8-1 g/kg BB jika status gizi baik atau kegemukan.
3. Lemak cukup 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi
pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai
penyakitnya.
4. Karbohidrat cukup untuk mencegah hipermetabolisme.
5. Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K.
6. Mineral cukup.
7. Rendah sisa  mudah dilakukan pembersihan saluran
cerna.
54
Nutritional Support During Preoperative
Indications:
1. malnourished
2. elective and safe to delay for 7 -10 days
Access :
enteral or parenteral (TPN) nutrition
Nutrient :
Energy : 25 – 35 kkal/kgBB
Perioperative
Protein : 1,5 – 2 g/kgBB

55
CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE VOLUME 71 • NUMBER 4 APRIL 2004
b. Diet Pasca Bedah
• Makanan diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan.
• Pengaturan makanan  tergantung macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
• Tujuan diet  mengupayakan status gizi pasien kembali
normal untuk mempercepat penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara:
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dll
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

56
Syarat Diet:

• Memberikan makanan secara bertahap mulai dari


bentuk cair, saring, lunak dan biasa.
• Untuk pasca bedah kecil  makanan diusahakan
kembali seperti biasa.untuk pasca bedah besar 
makanan diberikan sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.

Jenis Diet: Diet Pasca Bedah I/II/III/IV

57
Nutrition Support during Postoperative

Nutritional Status

Well-nourished & Moderately malnourished


mildly malnourished & severe malnourished

Oral nutrition Nutritional support

ASPEN Nutrition Support Practice Manual 2 nd Ed, 2005) 58


Nutrition Protocol for Postoperative

• Enteral nutrition is given 6 – 12 h after


postoperative
• Energy : 25 – 35 kkal/kg BB
• Protein : 0,8 – 1,5 g/kgBB
• Fluid : 30 – 35 ml/kgBB

Manual of Dietetic Practice 4 edition, 2007


59
c. Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Lambung/Jejenum

• Pemberian makanan bagi pasien dalam


keadaan khusus seperti koma, terbakar,
gangguan psikis.
• Makanan harus diberikan lewat pipa lambung
atau enteral atau Naso Gastric Tube (NGT).
• Makanan diberikan sebagai makanan cair
kental penuh  1 kkal/ml.
• Makanan diharapkan dapat merangsang
peristaltik lambung.
60
Gastrectomy

Ileostomy

Colostomy

61
Gastrectomy

62
Syarat Diet Gastrectomy
Postoperative :
• Energi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien
• Protein : 1,5 – 2 g/kgBB/hari
• Karbohidrat kompleks : 50 – 60% dari total energi
• Karbohidrat sederhana : 0 – 15%
• Lemak cukup, diutamakan lemak MCT  mudah serap
• Mengurangi BM sumber laktosa, jika lactose
intolerance

Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008


63
Nutrition Intervention Gastrectomy

• Vitamin dan mineral cukup : kromium, Vit B12, D,


riboflavin, Fe, Ca. Jika perlu diberikan suplemen
• Na cukup
• Cairan cukup, diberikan 1 jam sebelum makan atau
sesudah makan.
• Porsi kecil, frekuensi sering
• EN via jejunustomi dan TPN
• Ketika makan  posisi tegak

Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008 64


65
Ileostomy
Chorn’s disease, polyposis,
Etiologi dan cancer colon

Sementara atau permanen


Sifat

↓ lemak, asam empedu,


Efek absorpsi vit. B12, kehilangan
Na dan K

66
Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008
67
Tujuan Diet
• Modifikasi diet untuk menangani malabsorpsi zat gizi
sepeti protein, kehilangan cairan, keseimbangan N negatif
• Koreksi anemia akibat intake yang tidak adekuat dan
kehilangan zat gizi
• Menangani lemah dan kram otot akibat kehilangan Kalium
• Menangani peningkatan kebutuhan energi akibat demam
• Mencegah kehilangan Ca akibat steatorea

68
Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008
Syarat diet

• Energi dan protein tinggi  penyembuhan luka


• Rendah serat tak larut
• Mencegah makanan tinggi serat selama 4
minggu preoperative
• Vitamin dan mineral sesuai kebutuhan Pasien
• Cairan sesuai kebutuhan Pasien
• Porsi kecil, frekuensi sering
• Hindari makanan yang bergas
Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008
69
Colostomy

Kanker, divertikulitis, perforasi


Etiologi usus, obstruksi, hirschsprung’s
disease

Sifat Sementara atau permanen

Absorpsi cairan & Na, ekskresi K


Fungsi
& bikarbonat

Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008 70


71
Tujuan Diet
• Mencegah komplikasi
• Mempercepat penyembuhan
• Mencegah kehilangan BB akibat malabsopsi
protein, anemia, perdarahan GI, steatorea
• Mencegah kehilangan air
• Mencegah infeksi

Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008


72
Syarat Diet
• Individualized diet
• Makanan diberikan bertahap : cair  lunakmakanan biasa
• Tinggi energi, protein,vitamin dan mineral
• Garam diberikan cukup hingga tinggi sesuai dengan keadaan
pasien
• Hindari makanan yang bergas dan menyebabkan diare
• Serat diberikan bertahap : rendah  tinggi. Hindari BM
mentah seperti fresh fruit & vegetables
• Jika terjadi batu ginjal : cairan diberikan tinggi, menghindari
BM sumber oksalat

Sylvia Escott-Stump, Nutrition and Diagnosis Related Care, 2008 73


Pemberian Enteral Nutrition
• 24 jam setelah pasca bedah digestive  menurunkan
risiko infeksi dan lama rawat
• Pasien laparotomi dengan reseksi  EN diberikan
setelah 23 jam pasca bedah
• Pasien laparotomi dengan lower gastrointestinal
surgery  EN diberikan 4 jam pasca bedah
• Pasien bedah digestive mayor  EN diberikan 12 jam
pasca bedah

Working Group on Metabolism and Clinical Nutrition, 2003


74
Feeding Protocol

Sesegera mungkin setelah Awal : 10 – 50 ml/jam,


operasi antara 24 – 48 jam dengan cara tetesan

 Toleransi baik pemberian ditingkatkan secara bertahap 10 –


20 ml tiap 4 – 8 jam sampai kebutuhan kalori tercapai

Working Group on Metabolism and Clinical Nutrition, 2003 75


Transitional Feeding

Intake 75% nutrient need

Oral

EN diberikan 30 – 40 ml/hr
+ 25 – 30 ml/h Enteral
> 75% nutrient need

Parenteral

76
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai