Anda di halaman 1dari 18

Psikopatologi dan Status Mental

dr. Emmy Amalia, SpKJ


Ruang Lingkup
• Tanda, Gejala, dan Psikopatologi
• Kesadaran
• Suasana Perasaan (Emosi)
• Perilaku Motorik (Psikomotor)
• Pembicaraan
• Proses Pikir
• Isi Pikir
• Persepsi
• Daya Nilai
• Reality Testing Ability
• Tilikan
• Kognitif
Tanda, Gejala, dan Psikopatologi
• Gejala (Symptom): Hal-hal yang dikeluhkan atau dilaporkan oleh pasien
• Tanda (Sign): Hal-hal yang diobservasi atau ditemukan secara objektif melalui pemeriksaan
klinis
• Pada penyakit/gangguan fisik:
• Gejala: demam, nyeri perut
• Tanda: suhu 39 derajat Celcius, terdapat nyeri tekan epigastrium
• Pada gangguan jiwa:
• Gejala: sedih, cemas, mendengar suara-suara tanpa sumber
• Tanda: terdapat perilaku kacau, waham kebesaran
• Psikopatologi adalah tanda dan gejala pada gangguan jiwa
• Status mental menggambarkan temuan psikopatologi yang diperoleh dari pemeriksaan
klinis
Kesadaran
• Kompos Mentis: Derajat optimal dari kesigapan individu dalam menanggapi stimulus/rangsang dari luar
ataupun dalam dirinya
• Apatis: Individu berespons lambat terhadap stimulus dari luar, tampak acuh tak acuh terhadap situasi di
sekitarnya
• Somnolen: Individu tampak mengantuk dan bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar
• Sopor: Individu hanya memberikan respons terhadap stimulus yang kuat (misal nyeri)
• Koma: Individu tidak bereaksi terhadap stimulus dari luar

Selain tingkat kesadaran yang di atas, terdapat suatu bentuk KUALITATIF kesadaran yaitu:

• Delirium: Perubahan kualitas kesadaran yang fluktuatif, yang disertai dengan gangguan atensi (gangguan
dalam memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian).

Delirium disebabkan oleh penyakit/gangguan fisik. Kondisi delirium dapat disertai dengan gejala-gejala
psikiatrik seperti halusinasi, waham, perilaku kacau, disorientasi dll.
• Kesadaran berubah
Suasana Perasaan (Emosi)
• Mood: suasana perasaan yang menetap, bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Mood mencerminkan kondisi
suasana perasaan yang secara subjektif dialami seseorang.

• Afek: Respons emosional sekarang, yang dapat dinilai melalui ekspresi wajah,
pembicaraan, bahasa tubuh. Afek mencerminkan situasi emosi sesaat.
Mood
• Mood eutimia: Suasana perasaan dalam rentang normal.
• Mood hipotimia/depresif: Suasana perasaan yang diwarnai kesedihan atau kemurungan
• Mood hipertimia/elasi: Suasana perasaan gembira atau senang yang berlebihan
• Mood disforia: Suasana perasaan yang tidak menyenangkan. Sering diungkapkan sebagai perasaan
jengkel, jenuh, atau bosan.
• Mood euforia: Suasana perasaan gembira dan sejahtera yang berlebihan (meluap-luap).
• Mood irritable: Suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, dan mudah marah.
• Mood cemas/ansietas: Suasana perasaan yang didominasi rasa cemas, khawatir, atau takut.
• Mood labil: Suasana perasaan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sedih, cemas, marah, euforia,
dapat muncul bergantian dan tak terduga.
• Mood kosong: Kehidupan emosi yang dangkal, tidak atau sangat sedikit memiliki penghayatan suasana
perasaan. Individu dengan mood kosong nyaris kehilangan keterlibatan emosi dengan kehidupan
sekitarnya.
Afek
Jenis-jenis Afek:
• Afek luas: Afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan berbagai variasi dalam
ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
• Afek menyempit: Nuansa ekspresi emosi yang terbatas. Keluasan dari ekspresi emosi berkurang yang
dapat dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.
• Afek menumpul: Penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang tampak dari tatapan mata
kosong, irama suara monoton, dan bahasa tubuh yang kurang.
• Afek datar: Suatu bentuk hendaya yang lebih berat pada afek. Individu kehilangan kemampuan
ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh kaku, irama suara datar
seperti robot.

Keserasian Afek:
• Afek serasi: Menggambarkan keserasian antara afek (ekspresi emosi) dengan mood (suasana
perasaan yang dihayati)
• Afek tidak serasi: Kondisi yang tidak serasi antara afek dengan mood
Perilaku Motorik (Psikomotor)
• Perilaku hiperaktif: Peningkatan aktivitas motorik dari individu. Aktivitas motorik cenderung
berlebihan.
• Agitasi psikomotor: Kondisi peningkatan aktivitas motorik yang ekstrim, ditandai dengan kondisi
gaduh gelisah, ketegangan, pengendalian impuls yang buruk, tidak kooperatif, dan permusuhan.
• Perilaku hipoaktif: Penurunan aktivitas motorik dari individu. Aktivitas motorik cenderung
berkurang.
• Retardasi psikomotor: Kondisi penurunan aktivitas motorik yang ekstrim, ditandai dengan kondisi
gerakan yang sangat lambat, pergerakan minimal, kadang hampir tidak bergerak.
• Perilaku/Gerakan stereotipik: Gerakan yang berulang (repetitif) dan tidak bertujuan
• Kondisi Katatonik:
– Katalepsi/Posturing: Kondisi dimana individu mempertahankan sikap tubuh dalam posisi
tertentu dalam waktu yang lama.
– Flexibilitas Cerea: Kondisi dimana sikap tubuh individu dapat diatur sedemikian rupa oleh orang
lain tanpa perlawanan dari individu tersebut. Diistilahkan seluwes lilin.
– Negativistik/Negativisme: Kondisi dimana individu melawan (resistance) instruksi atau upaya
untuk menggerakkan tubuhnya.
– Echopraxia: Kondisi dimana individu meniru gerakan orang lain tanpa diminta/diinstrusikan
Pembicaraan
• Logorrhea: Produktivitas bicara yang meningkat, individu berbicara sangat banyak, berlebihan, dan
sering tidak dapat dihentikan.
• Alogia: Produktivitas bicara yang menurun, ditandai dengan individu berbicara sangat sedikit,
kemiskinan pembicaraan, sering menjawab singkat, dan cenderung tidak aktif untuk memulai
pembicaraan
• Mutisme: Individu cenderung tidak berbicara, ditandai dengan tidak ada respons verbal bila diajak
berbicara.
• Afasia: Gangguan pembicaraan pada kerusakan bagian otak tertentu
• Afasia Wernicke/Afasia Sensorik: Individu tidak memahami pembicaraan orang lain, namun dapat
mengucapkan kata-kata dengan artikulasi jelas dengan makna yang cenderung tidak dapat
dipahami.
• Afasia Broca/Afasia Motorik: Individu mampu memahami pembicaraan orang lain, namun tidak
dapat mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas (tidak mampu mengungkapkan apa yang
ada dalam pikirannya)
• Afasia Global: Gabungan antara afasia sensorik dan motorik.
Proses Pikir
• Asosiasi Longgar: Tidak ada hubungan antara suatu ide dengan ide lain. Digambarkan sebagai berbicara tidak
menyambung.
• Inkoherensia: Bentuk yang lebih berat dari asosiasi longgar. Pembicaraan individu tersebut hampir tidak dapat
dimengerti.
• Flight of idea (lompat gagasan): Pikiran yang sangat cepat, berpindah dari suatu ide ke ide lainnya dengan
cepat.
• Sirkumstansial: Pembicaraan yang tidak langsung mencapai tujuan, cenderung berputar-putar, dengan
keterpakuan yang berlebihan pada detil
• Tangensial: Pembicaraan yang tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Arah pembicaraan makin lama makin
menjauh dari point yang diharapkan.
• Blocking: Arus pikiran yang terputus.
• Neologisme: Menggunakan kata-kata baru yang hanya dimengerti oleh individu tersebut
• Clang Association (Asosiasi bunyi): Pikiran yang dihubungkan dengan asosiasi bunyi kata (rima) daripada
maknanya.
• Perseverasi: Mengulang kata atau ide dari pertanyaan/topik sebelumnya.
• Verbigerasi: Mengulang-ulang kata yang tidak bertujuan.
• Echolalia: Meniru pembicaraan orang lain tanpa diinstruksikan
Isi Pikir
• Waham/Delusi: Keyakinan yang salah, yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan keyakinan
tersebut tetap dipertahankan individu walaupun sudah ditunjukkan bukti-bukti bahwa
keyakinan tersebut tidak benar. Sebagai catatan, keyakinan tersebut tidak boleh terkait
dengan agama, budaya, maupun tingkat pendidikan.

• Jenis Waham: • Tema waham:


 Waham kebesaran
 Waham kejar/waham paranoid  Bizzare/aneh
 Waham rujukan  Keagamaan
 Waham dikendalikan  Sistematik
 Waham cemburu
 Erotomania
 Waham nihilistik
 Waham somatik
Isi Pikir
• Preokupasi: Pikiran yang terpusat pada ide-ide atau topik tertentu.

• Obsesi: Pikiran berulang yang intrusif (mengganggu) dan seringkali tidak rasional.
Individu yang memiliki pikiran obsesif biasanya menyadari bahwa pikiran tersebut
tidak rasional, namun tidak dapat melawannya.

• Kompulsi: Tindakan berulang yang dilakukan sebagai respons dari obsesi

• Fobia: Ketakutan patologis atau yang bersifat irrasional terhadap suatu stimulus/objek
yang sebenarnya tidak mengancam

• Kemiskinan isi pikir: Pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi.


Persepsi
• Halusinasi: Persepsi palsu yang tidak disertai • Ilusi: Persepsi yang keliru atau menyimpang dari
dengan stimulus eksternal yang nyata stimulus eksternal yang nyata

• Jenis Halusinasi: • Depersonalisasi: Perasaan subjektif individu


bahwa diri/tubuhnya tidak nyata atau berubah
– Halusinasi auditorik/pendengaran
– Halusinasi visual/penglihatan
• Derealisasi: Perasaan subjektif individu bahwa
– Halusinasi olfaktorius/penciuman lingkungannya menjadi asing, tidak nyata, atau
– Halusinasi taktil/perabaan berubah.
– Halusinasi gustatori/pengecapan

• Halusinasi yang bukan patologis:


– Halusinasi hipnagogik (ketika mulai jatuh
tertidur)
– Halusinasi hipnopompik (ketika mulai
terbangun), dapat disertai sleep paralysis
Daya Nilai (Judgement)
• Daya Nilai Sosial: Kemampuan seseorang untuk menilai situasi
secara benar dan bertindak yang sesuai dalam situasi tersebut
dengan memperhatikan kaidah/norma sosial yang berlaku.

• Uji Daya Nilai: Kemampuan seseorang untuk menilai situasi


secara benar dan bertindak yang sesuai dalam situasi imajiner
yang diberikan.

• Daya nilai sosial dan uji daya nilai dapat baik atau terganggu
(Reality Testing Ability/RTA)
• RTA merupakan kemampuan seseorang untuk menilai realitas.
• RTA dapat baik atau terganggu
• RTA dikatakan terganggu apabila terdapat salah satu dari hal di bawah ini:
– Halusinasi
– Waham
– Gangguan proses pikir yang berat (misalnya inkoherensia)
– Kekacauan perilaku (disorganized behavior)
Tilikan (Insight)
• Tilikan: pemahaman pasien terhadap penyakitnya
• Derajat tilikan:
• Derajat 1: menyangkal penyakitnya
• Derajat 2: kadang mengakui penyakitnya, kadang menyangkal
• Derajat 3: Mengakui dirinya sakit, namun menyalahkan faktor luar sebagai
penyebab
• Derajat 4: Mengakui dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui penyebabnya
• Derajat 5: Mengakui dirinya sakit dan faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya, tetapi tidak menerapkan dalam perilaku
• Derajat 6: Mengakui dirinya sakit dan faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya, menerapkan dalam perilaku untuk mencapai perbaikan
Kognitif
• Orientasi  Kemampuan untuk mengenali tempat, waktu, dan orang
• Atensi/Konsentrasi  kemampuan memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian
o Distrakbilitas  atensi/perhatian mudah teralih
• Memori/Daya Ingat, dibagi atas: memori jangka segera (registrasi), memori jangka pendek
(recall), memori jangka menengah, memori jangka panjang
o Gangguan Memori: Amnesia (retrograde dan anterograde), Konfabulasi, déjà vu, Jamais vu
• Praxis  kemampuan melakukan aktivitas motorik yang bertujuan
• Fungsi Eksekutif  kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu
tindakan yang kompleks
• Kemampuan Visuospasial  kemampuan untuk mengenali perspektif ruang dan bidang
• Berpikir Abstrak  berpikir yang ditandai dengan kemampuan untuk memahami konsep
(mampu menggeneralisasi beberapa hal menjadi suatu konsep)
o Lawannya: berpikir konkret
• Kemampuan berbahasa: kemampuan membaca, kemampuan menulis, naming test
• Kemampuan Berhitung
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai