Anda di halaman 1dari 130

Pendahuluan

 Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia


(SDKI) tahun 2012,
 angka kematian bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup
 angka kematian balita (AKBA) 44/1000 kelahiran hidup.
 Hasil survei Riskesdas tahun 2013 didapatkan data cakupan
imunisasi :dilakukan pada anak usia 12– 23 bulan.
 HB-0 (79,1%),
 BCG (87,6%),
 DPT-HB-3 (75,6%),
 Polio-4 (77,0%),
 dan imunisasi campak (82,1%).
Perkembangan Imunisasi
Tahun Perkembangan
Imunisasi
1956 Imunisasi Cacar

1973 Imunisasi BCG

1974 Imunisasi TT pada Ibu Hamil

1976 Imunisasi DPT untuk Bayi


Perkembangan Imunisasi
Tahun Perkembangan Imunisasi
WHO mulai pelaksana program
imunisasi sebagai upaya global (EPI-
1977 Expanded
Programon Immunization)

1980 Imunisasi Polio

1982 Imunisasi Campak

1990 Indonesia mencapai UCI Nasional


Perkembangan Imunisasi
Tahun Perkembangan Imunisasi
1997 Imunisasi Hepatitis B

2004 Introduksi DPT-Hb

2007 DPT/Hb di seluruh Indonesia

Pilot Project IPV (Inactive Polio Vaccine)


2007 di Provinsi DIY

Imunisasi Td & BIAS Kelas 1 & 2


2010 Penanggulangan KLB Difteri
Perkembangan Imunisasi
Tahun Perkembangan Imunisasi

Introduksi Vaksin DPT, Hb, Hib (pentavalen) di empat


2013 propinsi (DIY, Jawa Barat, Bali,

NTB)

Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus: Imunisasi


pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan kombinasi dari
vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin DPT untuk mengurangi
risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari), dan
tetanus, vaksin HB untuk mengurangi risiko penyakit
hepatitis B dan vaksin Hib mengurangi risiko penyakit
seperti meningitis dan arthritis

Introduksi Vaksin DPT, Hb, Hib (pentavalen) di seluruh


2014 provinsi
Difinisi
 Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit.
 kekebalan pasif disebut imunisasi pasif dengan
memberikan antibody atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan.
 Contohnya pemberian immunoglobulin spesifik
untuk penyakit tertentu misalnya
immunoglobulin antitetanus untuk penderita
tetanus.
 Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh, seperti kekebalan
alami yang diperoleh janin dari ibu akan perlahan
menurun dan habis.
 Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpajan pada antigen secara alamiah atau melalui
imunisasi.
 Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh
kekebalan aktif disebut imunisasi aktif  dengan
memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin dan
tindakannya disebut vaksinasi.
 Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi
berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena
adanya memori imunologis walaupun tidak sebaik
kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi alamiah.
Tujuan Imunisasi
 Tujuan Umum
imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles
(campak), polio dan tuberculosis.
Tujuan Khusus
1). Tercapainya target Universal Child Immunization
(UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal
80% secara merata pada bayi di 100%
desa/kelurahan
2). Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak
adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan
dengan tidak ditemukannya virus polio liar
3). Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal
MNTE (Maternal Neonatal Tetanus Elimination).
Lanjutan Tujuan
4). Tercapainya RECAM (Reduksi Campak),
artinya angka kesakitan campak turun
5). Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.
6). Menetapkan standar pemberian suntikan
yang aman (safe injection practices).
7). Keamanan pengelolaan limbah tajam
(safe waste disposal management).
Rasional perlunya imunisasi
 Sistem kekebalan tubuh tidak dapat menolak /
melindungi segala macam penyakit
 Boster unt menjaga agar efektifitas antibodi tetap
tinggi
 Imunisasi dpt mencegah terjadinya penyakit tertentu
atau kecacatan akibat penyakit
 Klien yang tidak di imunisasi terjadi ancaman
terhadap kesehatan
Sasaran Imunisasi pada Bayi
Jenis Usia Jumlah Interval
Imunisasi Pemberian Pemberian minimal

Hepatitis B 0–7 hari 1 -

BCG 1 bulan 1 -

Polio / IPV 1, 2, 3,4 bulan 4 4 minggu

DPT-HB-Hib 2, 3, 4 bulan 3 4 minggu

Campak 9 bulan 1 -
Sasaran Imunisasi pada Anak Balita
Usia Jumlah
Jenis Imunisasi Pemberian Pemberian

DPT-HB-Hib 18 bulan 1

Campak 24 bulan 1

Sumber: Dirjen PP
dan PL Depkes RI,
2013
Sasaran Imunisasi pada Anak
Sekolah Dasar (SD/Sederajat)
Jenis Waktu
Sasaran Imunisasi Pemberian Keterangan

Bulan Imunisasi
Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus Anak
Sekolah (BIAS)

Kelas 1 SD DT Bulan November

Kelas 2 & 3
SD Td Bulan November
Sasaran Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS)
Usia Masa
Jenis Imunisasi Pemberian Perlindungan
TT1 - -
1 bulan setelah
10 TT2 TT1 3 tahun

6 bulan setelah
TT3 TT2 5 tahun

12 bulan setelah
TT4 TT3 10 Tahun

12 bulan setelah
TT5 TT4 25 Tahun
Manfaat Imunisasi
 Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit menular yang sering
berjangkit.
 Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan
kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit.
 Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat
kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara
Pengertian dasar
Imun
Reaksi antigen antibodi yang merupakan
mekanisme perlawanan tubuh terhadap penyakit

Antigen
Sejenis protein yang bila dimasukkan ke dalam
tubuh akan menimbulkan reaksi kekebalan .
Antigen berasal dari protein kuman
Lanjutan
Antibodi
Bahan yang timbul sebagai akibat reaksi tubuh
terhadap adanya rangsangan dari luar oleh antigen

Vaksin
Racun/suspensi kuman ( virus / bakteri ) yang
dilemahkan / dimatikan untuk menimbulkan
imunitas
Sistem Kekebalan :
1. Sistem kekebalan humoral
 Melibatkan antara lain sel lymphosit B yang
memprodukasi antibodi

2. Sistem humoral seluler


 Dimana yang berperan adalah sel lymphosit T yang
berfungsi memperkuat penghancuran benda asing
Ada 2 jenis imunisasi yaitu
 Imunisasi aktif adalah suatu sistim kekebalan yang berasal
dari luar tubuh dimana tubuh anak sendiri membuat zat
anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun..
 Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil
memberikan antibody tertentu ke janinnya melalui
plasenta, terjadi di akhir trimester pertama kehamilan
dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah
immunoglobulin G (LgG).
 Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah
immunoglobulin A (LgA).
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
dasar

1. Tuberkulosis
 Disebabkan Mycobacterium tuberculosa
Gejala:
 Badan lemah
 Berat badan menurun
 Demam
 Berkeringat malam hari
 Batuk terus menerus
 Nyeri dada
 Kadang – kadang batuk darah
Penularan :
 Melalui pernafasan
 Lewat bersin atau batuk

Komplikasi :
 Kelemahan
 Kematian
2. Poliomyelitis

 Disebabkan oleh : satu dari tiga virus yang


berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Gejala :
 Lumpuh Layu akut
 Pada anak berumur < 15 tahun
 Demam dan nyeri otot
 Kematian bisa terjadi karena kelumpuhan
Otot pernapasan
 Penyebaran melalui tinja yang terkontaminasi
Penularan :
 Melalui kotoran manusia ( Tinja ) yang
terkontaminasi

Komplikasi :
 Bisa menuebabkan kematian bila otot
pernafasan terinfeksi yang tidak mendapat
penanganan
Anak dengan poliomyelitis
3. Difteri

 Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae


Gejala:
 Gelisah
 Aktifitas menurun
 Radang tenggorokan,
 Hilang nafsu makan
 Demam ringan,
 Dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebiru - biruan pada tenggorokan
dan tonsil
Penularan :
Melalui kontak Fisik dan pernafasan

 Komplikasi :
Gangguan pernafasan dan berakibat
kematian
Anak dengan Dipteri
4. Pertusis

 Disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Disebut juga


batuk rejan atau batuk 100 hari.
Gejala :
 Pilek,
 Mata merah,
 Bersin,
 Demam
 Batuk yang ringan
 Batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi
parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat
dan keras.
Penularan :
 Melalui percikan ludah ( droplet
infektion ) dari batuk atau bersin

Komplikasi :
 Pnemonia bekterialis dan dapat
menyebabkan kematian
Anak dengan pertusis
5. Tetanus

 Disebabkan oleh Clostridium Tetani


Gejala :
 Kaku otot pd rahang, disertai kaku pada leher,
 Kesulitan menelan
 Kaku otot perut,
 Berkeringat dan demam
 Pada bayi terdapat juga gejala tiba – tiba berhenti
menetek (sucking) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir
 Gejala berikutnya adalah kejang hebat dan tubuh
menjadi kaku
Penularan :
 Melalui kotoran yang masuk ke dalam
luka yang dalam

Komplikasi :
 Patah tulang akibt kejang
 Pnemonia
 Infeksi lain yang dapat menimnbulkan
kematian
Bayi dengan tetanus neonaturum
6. Campak
 Disebabkan oleh Virus Myxovirus Viridae Measles
 Gejala :
 Demam
 Bercak kemerahan
 Batuk, pilek
 Konjungtivitis (mata merah)
 Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta
kaki.
Penularan :
 Melalui udara ( percikan ludah ) dari bersin
atau batuk penderita

Komplikasi :
 Diare hebat
 Peradangan pada telinga
 Infeksi saluran nafas /Pnemonia
Anak dengan campak
7. Hepatitis B

 Disebabkan oleh Virus Hepatitis B


Gejala :
 Demam, lemah, nafsu makan menurun
 Warna urin seperti teh pekat, kotoran menjadi
pucat (dempul)
 Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun
kulit.
Hepatitis B
Penularan :
 Horizontal:
 Dari darah dan prosuknya
 Suntikan yang tidak aman
 Transfusi darah
 Melalui hubungan sek

Penularan secara vertikal :


 Dari ibu ke bayi dalam proses persalinan
Komplikasi :
Penyakit ini bisa menjadi kronis yang
menimbulkan pengerasan hati (
cirrhosis hepatis), kanker hati ( hepato
celuler carcinoma ) dan menimbulkan
kematian
Hemophilus Influensa Tipe b ( Hib )
 Yaitu salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi di
beberapa organ seperti meningitis, epiglotis,
pnemonia, artritis, dan selulitis,
 Banyak menyerang anak di bawah 5 tahun terutama
pada usia 6 bulan – 5 tahun
Hemiphilus influensa
Tanda dan Gejala :
 Pada selaput otak akan timbul gejala
menigitis (demam, kaku kuduk,
kehilangan kesadaran),
 Pada paru menyebabkan pneumonia
(demam, sesak, retraksi otot
pernafasan),Terkadang menimbulkan
gejala sisa berupa kerusakan alat
pendengaran.
Penularan :
 Droplet melalui nasofaring
Jenis imunisasi (vaksin)
 Vaksin : Produk biologis (bakteri, virus,
toxoid) yang dilemahkan / dimatikan
atau rekombinan  menimbulkan
kekebalan specifik secara aktif thd
penyakit tertentu.
 Jenis – jenis vaksin program imunisasi
di Indonesia: BCG, Polio, Campak,
Hepatitis B, DPT/HB, TT, DT
Penggolongan Vaksin
1. Penggolongan berdasar asal antigen (immunization
essensial-).
a. Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan
contohnya adalah dari virus : polio (OPV),
campak, yellow fever/Hep.
b. Dari bakteri : BCG.
b. Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan
(inactivated)
 Seluruh partikel diambil contohnya bakteri :
pertusis, virus : IPV (inactivated Polio Vaccine) atau
polio injeksi.
Lanjutan

Jenis Vaksin yang digunakan di


Indonesia
1. Vaksin dari kuman hidup yang
dilemahkan /
Live attenuated
 Virus campak dalam vaksin campak
 Virus polio jenis sabin pada vaksin
polio oral
 Kuman TBC dalam vaksin BCG
Lanjutan
2. Vaksin dari kuman yang di matikan/ inactivated
 Bakteri pertusis dalam DPT
 Virus polio janis salk dalam vaksin polio
injeksi

3. Vaksin dari racun / toksin kuman yang dilemahkan


 Di buat dari toksin ( racun ) yang
dihasilkan oleh bakteri  Toksoid ( TT),
Dipteri toksoid dalam DPT
lanjutan
4. Vaksin Polisakarida
 vaksin sub unit inactivated dg bentuk yang ubik
terdiri dari rantai panjang molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu 
Vaksin pneumokokus, meningokokus, hemophilus
influensa type b.

5. Vaksin Rekombinan
Yaitu teknik rekayasa genetika
Vaksin Hep B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu
segmen gen virus Hep B kedalam gen sel ragi shg
menghasilkan antigen permukaan hep B murni
lanjutan
Sebagian patikel diambil :
 Berdasarkan protein :
 Sub unit : aseluler pertusis
 Toksoid : DT
 Berdasarkan polisakarida
Murni : meningococcal
Gabungan : Hib (haemofilus Influenza type B)
Rekombinan (Rekayasa genetika) : Hepatitis B
1. Penggolongan berdasarkan sensitivitas
terhadap suhu

 Vaksin sensitive beku yaitu golongan vaksin yang


akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0°C
(beku) seperti Hepatitis B, DPT/ HB, DT, TT.
 Vaksin sensitive panas yaitu golongan vaksin yang
akan rusak terhadap paparan panas yang
berlebihan seperti BCG, Polio dan Campak.
Tata cara pemberian imunisasi
Sebelum melakukan imunisasi , perawat sebaiknya :
 Memberitahukan secara rinci ttg resiko vaksin dan
resiko bila tidak di imunisasi
 Periksa kembali persiapan unt melakukan
pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yg
tidak di harapkan
 Baca dg teliti produk ( vaksin ) yang akan
diberikan
 Ada indikasi atau kontra thd vaksin yang
diberikan
Lanjutan
 Tanya jawab dg orang tua sebelum memberikan
 Periksa identitas penerima vaksin dan berikan
antipirektika bila di perlukan
 Periksa jenis vaksin yang akan diberikan
 Yakin bahwa vaksin yang diberikan sesuai jadwal
 Berikan vaksin dengan teknik yang benar
 Setelah pemberian vaksin beri petunjuk reaksi
yang akan terjadi
 Catat imunisasi secara rinci dalam rekam medis /
catatan klinis / KMS
 Periksa ststus imunisasi anggota keluarga
Imunisasi Dasar :
1. Hepatitis B PID (prefil injection
device)
 Merupakan vaksin virus rekombinan yang telah
inactivasikan dan bersifat non infectious, berasal dari
HbsAg
Indikasi :
memberikan kekebalan aktif terhadap virus hepatitis.
 Kontra indikasi : Penderita infeksi berat yang disertai
kejang.
 Efek Samping:
 Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.

cara pemberian :
 sebelum digunakan vaksin dikocok dahulu agar suspensi
menjadi homogen. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5ml
atau 1 buah HB PID secara intramuscular pada anterolateral
paha. Dosis pertama diberikan pada usia 0 sampai 7 hari,
dosis berikutnya minimal 4 minggu.
Penanganan Efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres
air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15
mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan
air hangat.
2. BCG (Bacillus Calmette Guerin )
Diskripsi

Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering


yang mengandung Mycrobacterium bovis
hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.

Indikasi:
Vaksin BCG & pelarut
Untuk pemberian kekebalan aktif
(Sumber: www.biofarma.co.id terhadap tuberkulosis.
Vaksin BCG
Cara pemberian dan dosis BCG:

 Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.


 Disuntikkan secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS
(Auto Disable Syringe ) 0,05 ml.
 Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut
NaCL 0,9%
Efek samping:
 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah
bekas suntikan timbul bisul kecil (papula)
yang semakin membesar dan dapat terjadi
ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan
diameter 2–10 mm
Penanganan efek samping:
 Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu
dikompres dengan cairan antiseptik.
 Apabila cairan bertambah banyak atau
koreng semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga
kesehatan.
Vaksin Polio Oral (Oral Polio
Vaccine [OPV])
Deskripsi:
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah
dilemahkan.

Indikasi:
Vaksin Polio dan droplet Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis:
 Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.

Kontra indikasi:

 Pada individu yang menderita immune


deficiency tidak ada efek berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit.
Efek Samping:
 Sangat jarang terjadi reaksi sesudah
imunisasi polio oral. Setelah mendapat
vaksin polio oral bayi boleh makan minum
seperti biasa. Apabila muntah dalam 30
menit segera diberi dosis ulang.

Penanganan efek samping:


 Orangtua tidak perlu melakukan tindakan
apa pun.
Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
 Bentuk suspensi
injeksi.

Indikasi:
 Untuk pencegahan
poliomyelitis pada bayi dan
anak
immunocompromised,
kontak di lingkungan
keluarga dan pada individu
di mana vaksin polio oral
Vaksin Polio IPV menjadi kontra indikasi.
(Sumber: www.vaxserve.com)
Cara pemberian dan dosis:
 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml
 Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml
harus diberikan pada interval satu atau dua bulan.
 IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14,
sesuai dengan rekomendasi dari WHO
 Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2
suntikan berturut-turut dengan interval satu atau dua
bulan.
Kontra indikasi:

 Sedang menderita demam, penyakit akut


atau penyakit kronis progresif.
 Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini
sebelumnya.
 Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu
sampai sembuh.
 Alergi terhadap Streptomycin.
Efek samping:
 Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri,
kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam
waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan
selama satu atau dua hari.

Penanganan efek samping:


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–
4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat.
4. Vaksin DPT – HB – HiB/
Imunisasi Pentavalev ( DPT-HB-HiB
Deskripsi:

Vaksin DTP-HB-Hib digunakan


untuk pencegahan terhadap
difteri, tetanus, pertusis (batuk
Vaksin DPT-HB-HIB rejan), hepatitis B, dan infeksi
(Sumber: www.biofarma.co.id) Haemophilus influenzae tipe b
secara simultan.
Cara pemberian dan dosis:
 Vaksin harus disuntikkan secara
intramuskular pada anterolateral paha atas.
 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.

Kontra indikasi:
 Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi
baru lahir atau kelainan saraf serius .
Efek samping:
 Reaksi lokal sementara, seperti bengkak,
nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan,
disertai demam dapat timbul dalam
sejumlah besar kasus. Kadang-kadang
reaksi berat, seperti demam tinggi,
irritabilitas (rewel), dan menangis dengan
nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian.
Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke
dokter.
Vaksin Campak
 Vaksin virus hidup
yang dilemahkan

Indikasi:

 Pemberian
kekebalan aktif
terhadap penyakit
campak
Vaksin campak dan pelarut
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis:
 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada
lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada
usia 9–11 bulan.

Kontra indikasi:

 Individu yang mengidap penyakit immune deficiency


atau individu yang diduga menderita gangguan
respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek samping:
 Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari
setelah vaksinasi.

Penanganan efek samping:


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau sari buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Imunisasi Lanjutan

 Imunisasi lanjutan merupakan


imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan
atau untuk memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi lanjutan
diberikan kepada anak usia bawah tiga
tahun (Batita), anak usia sekolah dasar,
dan wanita usia subur.
Vaksin DT (toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni )
 Deskripsi:

• Suspensi kolodial
homogen berwarna
putih susu
mengandung
toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni
yang terabsorpsi ke
dalam alumunium
fosfat
Vaksin DT
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Indikasi:
 Pemberian kekebalan simultan terhadap
difteri dan tetanus pada anak-anak.

Cara pemberian dan dosis:

 Secara intra muskular atau subkutan dalam,


dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak
usia di bawah 8 tahun.
Kontra indikasi:
 Hipersensitif terhadap komponen dari
vaksin.

Efek Samping:
 Gejala-gejala seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang
bersifat sementara, dan kadang-kadang
gejala demam.
Penanganan Efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum
anak lebih banyak
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat.
Vaksin Td ( Tetanus Dipteri )

Deskripsi:
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri
murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium
fosfat.

Vaksin Td Indikasi:
(Sumber: Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri
www.biofarma.co.id) pada individu mulai usia 7 tahun.
Cara pemberian dan dosis:
 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam,
dengan dosis pemberian 0,5 ml.

Kontra indikasi:
 Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis
sebelumnya.

Efek samping:
 Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada
lokasi penyuntikan (20–30%) serta demam (4,7%)
Vaksin TT Diskripsi
Vaksin TTVaksin TT Suspensi kolodial homogen
berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid
tetanus murni, terabsorpsi ke
dalam aluminium fosfat.

Indikasi :
Vaksin TT Perlindungan terhadap tetanus
Sumber: www.biofarma.co.id) neonatorum pada wanita usia
subur.
Cara pemberian dan dosis:
 secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis 0,5 ml.

 Kontra indikasi:
 Gejala-gejala berat karena dosis TT
sebelumnya.
 Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
 Demam atau infeksi akut.
Efek samping:
 Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas
dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping:

 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air


dingin.
 Anjurkan ibu minum lebih banyak.
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Hep B O (HB O)
• BCG
• Polio 1 • DPT-HB-Hib 1
• Polio 2 • DPT-HB-Hib 2 • DPT-HB-Hib 3
• Polio 3 • Polio 4
• IPV CAMPAK

0–7 hari

1 bulan
2 bulan

3 bulan
4 bulan
9 bulan
Gambar 2.1 Jadwal imunisasi dasar (untuk bayi usia 0–11 bulan)
2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Batita

Gambar 2.2 Jadwal imunisasi lanjutan pada Batita


3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Sekolah

28
Jadwal Imunisasi Lanjutan Tetanus Toksoid ( TT )
Pendistribusian

 Pemerintah bertanggung jawab dalam


pendistribusian logistik sampai ke
tingkat provinsi. Pendistribusian
selanjutnya merupakan tanggung
jawab pemerintah daerah secara
berjenjang dan untuk lebih jelasnya
Anda dapat melihat gambar berikut ini.
Pendistribusian
Distribusi dari Puskesmas ke
Tempat Pelayanan
 Vaksin dibawa dengan menggunakan vaksin carrier
yang diisi cool pack dengan jumlah yang sesuai.
Keterpaparan Vaksin Terhadap
Panas
 Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih
banyak (yang dinyatakan dengan perubahan kondisi
Vaksin Vial Monitor [VVM] VVM A ke kondisi B)
harus digunakan terlebih dahulu meskipun masa
kedaluwarsanya masih lebih panjang. Vaksin dengan
kondisi VVM C dan D tidak boleh digunakan.
Gambar 3.5 Simbol VVM dalam kemasan vaksin
Hepatitis B PID

44
Gambar 3.6 Alat pemantau vaksin (VVM) yang menunjukkan kondisi yang
berbeda
Masa Pemakaian Vaksin Sisa
Jenis
Jenis Vaksin
Vaksin MasaPemakaian
Masa Pemakaian Keterangan
Keterangan
POLIO 2 Minggu Cantumkan tanggal pertama
kali vaksin digunakan
TT 4 Minggu
DT 4 Minggu
Td 4 Minggu

DPT-HB-Hib 4 Minggu
BCG 3 Jam Cantumkan waktu vaksin
dilarutkan
Campak 6 Jam

Sumber: Permenkes, 2013 45


KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
 Adlh insiden medik yg tjd stlh imunisasi (penyakit
& kematian) ~ 1 bln.
 Yang dilaporkan:
- abses di tmpt suntikan
- semua kasus limfadenitis BCG
- semua kasus kematian yang diduga krn
imunisasi
- semua kasus rawat inap ---
- insiden berat / tdk lazim ---
Rekomendasi utk prematur
 Respons imun kurang utk Hep B
 Apabila prematur > 2000 gr, maka pemberian
sesuai jadwal
 < 2000 gr  stlh mencapai BB / sktr 2 bl. Dpt
diberikan bersama DPt, OPV (IPV) dan Hib.
 DPt tdk dianjurkan diberikan < 6mgg:
- respon pertusis tdk optimal
- masih ada serum anti pertusis dr ibu smp 4
bl.
•Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi
UMUR VAKSIN

0 - 7 hari HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB1,Polio2

3 bulan DPT/HB2, Polio3

4 bulan DPT/HB3, Polio4

9 bulan Campak
Imunisasi anak sekolah

IMUNISASI ANAK SEKOLAH PEMBERIAN IMUNISASI

Kelas 1 DT

Campak

Kelas 2 TT
Cara penyimpanan vaksin

 Semua vaksin disimpan dalam Lemari Es, bukan


freezer
 Vaksin sensitif beku : jauh dari evaporator
 Vaksin sensitif panas : dekat evaporator
 Jarak 1-2 cm tiap dus vaksin
 Cool pack : penahan dingin
 Pemantau suhu
 Pelarut : disimpan disuhu ruang, sehari sebelum
dipakai disimpan dalam LE  suhu sama.
 Istilah cold chain (rantai vaksin) berarti
bahwa semua peralatan dan prosedur yang diperlukan
agar secara pasti vaksin terproteksi dari suhu dan
cahaya yang tidak tepat saat transportasi sejak dari
pabrik hingga diberikan ke pasien.

 Pengawasan cold chain, vaksin diperlukan untuk


memastikan bahwa telah dilakukan transportasi dan
penyimpanan vaksin sesuai dengan rekomendasi
pabrik.
Hal-hal yang penting diperhatikan
dalam menyimpan vaksin :
 vaksin akan rusak bila temperatur terlalu
tinggi atau terkena matahari langsung, seperti
vaksin polio, oral, BCG dan campak.
 kerusakan dapat terjadi bila terlalu dingin
atau beku, seperti: toksoid difteri, toksoid
tetanus, vaksin pertusis (DPT dan DT),
Hepatitis B dan vaksin influensa.
 vaksin polio boleh membeku dan mencair
tanpa membahayakan potensinya.
lanjutan
 Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Sekali
potensi vaksin hilang akibat panas atau beku maka
potensinya tidak dapat dikembalikan walaupun
temperature sudah disesuaikan kembali.
 potensi vaksin hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium. Pada beberapa vaksin
apabila rusak akan terlihat perubahan fisik, contoh :
vaksin DPT apabila pernah beku akan terlihat
gumpalan anti gen yang tidak bisa larut lagi walau
sudah dikocok sekuat-kuatnya.
(IDAI, 2005)
Catatan :

 waktu penyimpanan menggambarkan rekomandasi


maksimal
 pada setiap tahapan rantai pendngin maka
transportasi vaksin dilakukan pada temperature 0°C
sampai 8°C
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

 Vaksin yang sanagat tidak stabil pada temperatur


ruangan : vaksin polio oral, pelarut vaksin Campak.
 Vaksin yang harus dilindungi dari sinar matahari :
vaksin Polio Oral, pelarut vaksin BCG, pelarut vaksin
MMR.
 Vaksin yang tidak boleh beku : DPT, DT, Pertusis,
Toksoid Tetanus, Hib, Hepatitis A dan B, Influensa
dan penemokokus.
 Cairan pelarut tidak boleh beku, botol dapat pecah
dan adjuvant akan rusak. (IDAI, 2005)
Lemari es RCW 50 EK
tingkat Puskesmas.

Thermostat. Thermometer

Freeze watch.

Atau.

Atau. DPT BCG BCG


TT
DPT BCG Polio
TT
Hept B Polio
Campak DT

Hept. B Campak Polio DT


Volume untuk
vaksin = 24 Lt.
Freeze Tag.

Grapik kartu suhu.

Vaksin Heat Sensitive. Vaksin freeze Sensitive.


Harus selalu berdekatan Cool pack. Cold pack.
Harus selalu berjauhan
dengan evaporator. dengan evaporator.
Epi cold chain Okt 2003
Faktor yang berhubungan dengan cakupan
imunisasi
Faktor fasilitas/petugas/kader:
 Adanya posyandu / tidak
 Jarak yang harus ditempuh menuju pkm/posyandu
 Adanya petugas kesehatan/kader yang
mendampingi
 Tingkat pengetahuan petugas/kader
 Semangat kuratif >< promotif/preventif
 Pendanaan ? (b’hub. dgn sosial ekonomi & progr2
tambahan di posyandu)
 Kurangnya pelatihan2 lanjutan bagi kader/petugas
kesehatan
 Malas membuat pencatatan dan pelaporan
Faktor ibu/keluarga:
 Kondisi sosial ekonomi
 Latar belakang pendidikan ibu/ayah
 Pengetahuan ibu ttg manfaat imunisasi
 Usia ibu
 Paritas/jumlah anak
 Pekerjaan ibu/orang tua
 Pengalaman negatif ttg KIPI
 Waktu tunggu dan kepuasan
 Pada saat diimunisasi, bayi sedang sakit
 Tinggal bersama keluarga besar/extended family
 Pengambil keputusan dalam keluarga, misal ibu
mertua
Faktor lingkungan:
 Keyakinan/tradisi tertentu pada golongan tertentu
 Adanya wabah, misal: wabah demam berdarah 
anak2 tidak diimunisasi karena takut lebih panas
 Kurangnya dukungan dari
kecamatan/pkm/PKK/kelurahan/sekolah, dsb.
 Semangat kuratif
Faktor kebijakan kesehatan:
 Rantai dingin yang buruk
 Suplai imunisasi yang buruk/terlambat
 Kurangnya supervisi dari sub/dinas yang terkait
 Kurangnya sosialisasi ttg imunisasi pada masyarakat
 Kurangnya pelatihan utk kader/petugas kesehatan
Herd Immunity
Mekanisme:
1. Semakin banyak yang ter-imunisasi, semakin sedikit
yang terinfeksi, maka semakin sedikit pula orang
yang tidak ter-imunisasi yang akan tertular.
Penyakit: polio, hepatitis B, rubella
Mekanisme:
2. Bayi yang ter-imunisasi menularkan
sekreta yang sedikit mengandung
bakteri atau virus sehingga tidak
cukup menimbulkan infeksi pada
bayi/anak lain.
Penyakit: cacar, invasive-
pneumococcal (bakteri)
TBC

TUBERKULOSIS (TBC)
DIFTERI
DIPTERI
PERTUSIS
PERTUSIS
TETANUS DAN TETANUS NEONATORUM

TETANUS DAN TETANUS NEONATORUM


Polio
CAMPAK

CAMPAK
HEPATITIS

HEPATITIS B
Aku Anak Sehat

Anda mungkin juga menyukai