Anda di halaman 1dari 49

ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK,

DIAGNOSIS KLINIS DAN UJI


DIAGNOSTIK

1
Anamnesis

Identitas pasien

Keluhan utama (Riw. Penyakit Sekarang)

Riw. Penyakit dahulu

Riw. Keluarga

Sosio ekonomi

Keluhan lain
2
PEMERIKSAAN DERMATOLOGIK

3
• Dibantu kaca pembesar.
• Dalam ruangan dengan pencahayaan
Inspeksi cukup.

• Tekstur, elastisitas, suhu,


kulit lembab, kering atau
berminyak
• Permukaan setiap lesi,
Palpasi konsistensi lesi, nyeri
tekan, serta tanda
peradangan akut.

Perhatikan!
Lokasi dan penyebaran, warna, bentuk, batas, ukuran setiap
jenis morfologi.
4
Uji Klinis

Uji (test) yang dilakukan dokter guna menentukan apakah ada tanda atau
fenomena kulit yang terjadi pada suatu penyakit berdasarkan patogenesis atau
kejadiannya.

5
Tanda Nikolsky

• Menilai adanya epidermolisis secara cepatlesi


vesikobulosa.
Nikolsky langsung
• bila dilakukan penekanan langsung dengan jari tangan pada
vesikel/bula kemudian terlihat bula melebar ke kulit sekitarnya
NIKOLSKY (+)
Nikolsky tidak langsung
• bila kulit di antara 2 bula ditekan dan digeser dengan telunjuk
maka tampak kulit terangkat seakan-akan lepas dari dasarnya
atau terbentuk bula (terjadi pelepasan epidermis).
6
• Epidermolisis  pemfigus vulgaris, staphylococcus scalded skin
syndrome (SSSS), dan sindrom Stevens-Johnson.
Fenomena Tetesan Lilin (Karsvlek Phenomena)
• pasien psoriasis
• Skuama psoriasis  tebal, berlapis, kering, putih
bening, transparat serupa mika
• Bila pada lesi digores dengan benda berujung agak
tajam, bagian yang bening akan tampak lebih putih
daripada sekitarnya, tidak transparan lagi, dan
berbentuk linier sesuai goresan.

7
Fenomena Köbner (fenomena isomorfik)

• Bila pada kulit pasien dilakukan goresan atau


digaruk berulang-ulang maka setelah kurang lebih
3 minggu akan muncul lesi serupa dengan lesi asal
→fenomena kobner (+)
• Terjadi pada pasien psoariasis dan liken planus.

8
Pitting nails

 Psoariasis dapat mengenai kulit, mukosa,


kuku, dan sendi.

 Gangguan keratinisasi di kuku menyebabkan


permukaan kuku tidak rata dan terbentuk
sumur-sumur (lubang-lubang dipermukaan
kuku) → pitting nails.

9
Dermografisme
 Reaksi bila kulit digosok dengan benda tumpul maka
ditempat tersebut muncul garis kemerahan diikuti
urtika (edema berbentuk linier sesuai goresan),
kadang disebut sebagai urtika akibat trauma fisik.

10
White dermographism
 Bila di tempat goresan
tidak timbul urtika linier
melainkan garis putih
 Merupakan salah satu
tanda minor pada
dermatitis atopik.
 Dapat terjadi pada 15%
orang normal.

11
Darrier sign (tanda darrier)
 Digunakan untuk
membedakan lesi
pigmentasi di kulit dengan
mastositosis atau urtikaria
pigmentosa (UP).

 Kulit pasien UP digores


dengan benda tumpul →
muncul urtika linier → tanda
Darrier (+)

12
Fenomena button hole

 Sifat utama pada neurofibromatosis dan


neurofibrom (tumor saraf kulit), mempunyai
kapsul atau kantong sehingga bila ditekan
tumor tersebut akan melesak masuk ke
dalam kantong tersebut.

13
Uji fungsi saraf motorik
 Saraf ulnaris : pemeriksa memegang digiti II, III, IV jari tangan pada
posisi supinasi, pasien diminta merapatkan jari kelingkingnya. Jika
pasien dapat merapatkan jari kelingking, lanjutkan memeriksa
kekuatan otot dengan meletakkan selembar kartu diantara jari
kelingking dan jari manis, minta pasien untuk menahannya, dan
tariklah kartu tersebut perlahan-lahan.
 Saraf medianus : pada posisi tangan supinasi , oleh pemeriksa
tangan ditahan dan ditekuk ke belakang, minta pasien mengangkat
dan meluruskan ibu jarinya ke atas. Bila dapat dilakukan, tekan dan
dorong dengan telunjuk, ibu jari tersebut dan perhatikan apakah
pasien dapat menahannya.

14
 Saraf radialis
pada posisi pronasi, peganglah pergelangan tangan
pasien, kemudian mintalah pasien mengepal dan
menekukkan pergelangannya ke atas. Bila pasien dapat
melakukannya, doronglah dengan telapak tangan
pemeriksa bagian punggung tangan pasien guna
menilai kekuatan otot, perhatikan apakah pasien dapat
menahannya.

15
 Saraf peroneus komunis
Pasien dalam posisi duduk, angkat kakinya dan pegang betis
pasien, kemudian mintalah pasien menekukkan kaki ke atas.
Bila pasien dapat melakukannya, tekanlah dengan telapak
tangan bagian punggung kaki pasien guna menilai kekuatan
otot. Mintalah pasien memutar kaki tersebut ke arah luar, bila
pasien dapat melakukannya tekan dengan telapak tangan
pemeriksa ke arah yang berlawanan (ke dalam/arah medial).
Perhatikan apakah pasien dapat menahannya.

16
Pull testmenilai kerontokan rambut.
 Patologis  kerontokan > 100 lembar
per hari.
 Menggunakan ibu jari tangan dan
telunjuk, sejemput rambut dijepit dan
ditarik dengan kekuatan sedang.
 Bila rambut tercabut → pull test (+)

Selanjutnya lihat bagaimana bentuk akar rambut (mikroskop), bila


bentuk akarnya sangat kecil mirip tanda seru → bentuk exclamation
hair, maka rambut tersebut rontok pada fase telogen
17
Uji Diagnosis Dengan Alat

18
 membedakan eritema dan purpura.
 Alat  kaca obyek atau spatel transparan atau loupe
yang permukaannya datar.
 Meletakkan kaca objek tersebut diatas lesi dan
menekannya maka eritema akan menghilang.
 Purpura → warna merah akan menetap.

19
 Gabungan antara loupe dan sinar
sehingga dapat menilai lesi kulit
secara lebih rinci.
 Perhatikan tanda-tanda pada
setiap lesi :
 apakah asimetris,
 tepi lesinya berbatas tegas,
 perubahan warna/pigmen
merata,
 berapa ukuran, dan
 apakah permuaan lesi
meninggi.
20
 Rasa raba : dengan sejumput kapas yang ujungnya
dibuat lancip, diusapkan pada lesi kusta guna
memeriksa rangsangan raba. Pemeriksaan dalam
posisi duduk, pasien diminta membandingkan
rangsang raba pada lesi dan kulit sehat pasien.

21
 Rasa nyeri : diperiksa secara bergantian ujung tajam dan
tumpul pada lesi kulit pasien kusta dibandingkan dengan
kulit sehat. Pasien diminta menyebutkan apakah dapat
membedakan mana yang dirasakan tumpul atau tajam.
 Perbedaan suhu : dengan menggunakan 2 buah tabung
reaksi masing-masing berisi air hangat (40°c) dan air dingin
(20°c) ditempelkan secara bergantian pada lesi dan kulit
sehat. Pasien diminta menyebutkan mana yang dirasakan
panas dan mana yang dingin.

22
 Uji pensil Gunawan : pensil gunawan adalah pensil tinta
yang bila terkena air akan luntur. Pasien kusta diminta
melakukan gerakan-gerakan pada bagian tubuh yang
terkena lesi kusta atau diberi minum air hangat agar
berkeringat. Pensil digoreskan mulai dari bagian tengah
lesi kulit menuju kulit sehat sekitar lesi tersebut karena
keringat diluar lesi lebih banyak maka akan tampak
goresan pensil tinta menjadi lebih tebal pada kulit yang
sehat.

23
 Terjadi pada psoriasis
 Membuktikan adanya papilomatosis dan akantosis yang
menjulang sampai di ujung papilla dermis dan menyentuh
lapisan bawah stratum korneum.
 Skuama psoriasis dikerok maka satu saat akan sampai ke
bagian papilla dermis sehingga secara klinis tampak titik-titik
perdarahan pada permukaan kulit yang skuamanya terbatas.

24
Mengerok dasar vesikel baru dengan
pisau scalpel

Hasil kerokan dioleskan tipis ke


permukaan kaca objek (slides).

Slides dipulas dengan cairan Giemsa


atau Wright,

Mikroskop tampak sel akantolisis (sel


keratinosit berinti besar) atau multinucleted
giant cells

Sel keratinosit tersebut telah terinfeksi


virus.

Melakukan diagnosis cepat pada kelainan kulit vesiko-bulosa pada saat 25


ada keraguan kemungkinan infeksi oleh virus atau bukan.
 Pemeriksaan dengan lampu Wood
 Lampu Wood  sinar yang
memancarkan ultraviolet gelombang
panjang yang tidak kasat mata atau
sinar gelap pada panjang gelombang
360 nm.
 Diletakkan pada jarak 10 cm dari
permukaan kulit.
 Bila sinar mengenai permukaan kulit
yang sakit di dalam ruang gelap, pada
kondisi tertentu akan berfluoresen.
 Tinea kapitis/tinea versikolor
*fluoresen warna kuning keemasan
 Eritrasma * warna coral red
 Infeksi pseudomonas *fluoresen 26
warna kehijauan
 Fx: Mengetahui penyebab alergi, biasanya pada
dermatitis kontak alergi.
 Dilakukan bila keadaan penyakit sudah tenang,
pasien bebas obat antihistamin, dan
kortikosteroid oral dan topikal sekurang-
kurangnya 2 minggu sebelum uji kulit.
 Uji kulit menggunakan perangkat yang berisi
berbagai alergen dan memakai fin chamber
(tempat untuk melekatkan reagens dan
menempelkannya ke kulit).
 Bahan uji kulit ditempelkan di punggung, ditutup
dengan plester, kemudian dibuka dan dibaca
pada jam ke 24, 48, 72, dan 96.

27
28
Pemeriksaan KOH
Pendahuluan Dilakukan sebagai penunjang diagnosis
infeksi dermatofitosis (tinea) dan non-
dermatofitosis (pitiriasis versicolor dan
candida).

Peralatan dan Bahan 1. Lampu periksa


2. Gelas obyek dan penutup
3. Scalpel no. 13-15
4. Larutan KOH 10-30%
5. Larutan alkohol 70%
6. Lampu Bunsen

29
Teknis a. Daerah lesi yang telah dipilih dibersihkan dengan
Pemeriksaan alkohol;
b. Pengambilan bahan kerokan dari skuama pada tepi
lesi yang masih aktif (eritem);
c. Kerokan kulit ditampung langsung keatas gelas
obyek dan dikumpulkan dibagian tengah tipis-tipis,
kemudian tutup dengan gelas penutup;
d. Teteskan larutan KOH pada tepi gelas penutup
sehingga memenuhi ruang antara gelas penutup
dan gelas obyek;
e. Panaskan slide diatas api bunsen, hindari
pemanasan; berlebihan yaitu jangan sampai
menguap karena dapat menimbulkan artefak;
f. Periksa dibawah mikroskop, identifikasi dimulai
dengan pembesaran 100 kali sampai 400 kali.

30
Interpretasi a. Hypha dermatophytes Bentuknya seperti benang
panjang lurus atau berlekuk yang seringkali bercabang-
cabang dengan diameter yang uniform, warna terang
dengan tepi agak gelap.  Tinea

b. Hypha dan budding spores Candida Disebut juga


pseudo-hypha yang seringkali sulit dibedakan dengan
hypha dari dermatophytes. Bentuknya seperti benang
yang panjang, lurus atau berkelok dengan bentukan sel
bulat atau oval (budding)  Kandidiasis

31
Interpretasi c. Hypha dan spora T. Versicolor Bentuknya berupa
benang pendek-pendek dan panjang disertai dengan
spora yang berkelompok dengan ukuran yang sama.
Kombinasi ini seringkali disebut spagetti and meatballs
appearance.  Pitiriasis Versicolor

32
Pemeriksaan Gram
Pendahuluan Pemeriksaan Gram dilakukan sebagai
penunjang diagnosis kelainan lesi kulit dan
genital dengan penyebab bakteri.
Peralatan dan Bahan 1. Lampu periksa
2. Gelas obyek dan penutup
3. Lidi kapas
4. Larutan Crystal violet (Gram A)
5. Larutan Lugol (gram B)
6. Larutan alcohol (gram C)
7. Larutan counter stain Safranin (gram D)
8. Lampu Bunsen

33
Teknis 1. Daerah lesi yang telah dipilih dibersihkan dengan alkohol;
2. Pengambilan sediaan dilakukan dengan menggunakan lidi kapas
Pemeriksaan
steril;
3. Sediaan didapat dengan mengusap pada dasar lesi yang terdapat
cairan atau discharge. Jika lesi sudah tertutup krusta, maka krusta
dibersihkan terlebih dahulu;
4. Sediaan yang telah diambil diletakkan pada gelas obyek dengan
cara mengoleskan lidi kapas pada gelas obyek secara satu arah;
5. Fiksasi spesimen melalui penghangatan/pemanasan dengan lampu
Bunsen;
6. Gelas obyek digenangi dengan Crystal violet (Gram A), diamkan 1
menit kemudian bilas dengan air mengalir;
7. Gelas obyek digenangi dengan Lugol (Gram B), diamkan 1 menit
kemudian bilas dengan air mengalir;
8. Dekolorisasi dengan tetesan alkohol atau ether-aceton (Gram C)
sampai tepat luntur, hentikan penetesan kemudian bilas dengan air
mengalir;
9. Gelas obyek digenangi dengan counter stain Safranin (Gram D),
diamkan 30 detik kemudian bilas dengan air mengalir
10. Biarkan sediaan mengering;
11. Periksa dibawah mikroskop, identifikasi dimulai dengan
pembesaran 100 kali sampai 400 kali.

34
Interpretasi a. Bakteri gram negatif Pada pewarnaan gram, bakteri
gram negatif akan terwarna merah

b. Bakteri gram positif Pada pewarnaan gram, bakteri


gram positif akan terwarna ungu

35
Interpretasi Clue cell pada Vaginosis Bakterial Clue cell pada
Vaginosis bakterial merupakan gambaran sel epitel
vagina yang tertutup oleh bakteri dengan
pewarnaan gram yang bervariasi

36
Pemeriksaan Zielh-Nielsen
Pendahuluan Pemeriksaan Zielh-Nielsen dilakukan
sebagai penunjang diagnosis kelainan
kulit dengan kemungkinan penyebab
bakteri tahan asam (Mycobacterium
leprae).
Peralatan dan Bahan 1. Lampu periksa
2. Gelas obyek dan penutup
3. Scalpel no. 11
4. Sarung tangan
5. Lampu Bunsen
6. Larutan alkohol
7. Larutan Zielh-Nielsen carbolfuchsin
8. Larutan methylene blue

37
Teknis 1. Pemeriksaan spesimen dilakukan dibeberapa tempat,
yaitu mukosa hidung, cuping telinga dan beberapa
Pemeriksaan
lesi.
2. Pakailah sarung tangan;
3. Pilihlah lesi yang akan diperiksa dengan
pertimbangan mudah ditekan dengan ibu jari dan
telunjuk;
4. Jepit lesi dengan jari sampai pucat;
5. Didaerah lesi yang dipijit, buatlah incisi dengan
scalpel memanjang lebih kurang 5 mm dengan dalam
3 mm;
6. Kerok lukanya di bagian dasar dan tepinya, agar
didapatkan sedikit jaringan dan eksudat;
7. Buatlah hapusan diatas gelas obyek;
8. Teteskan larutan carbolfuchsin pada slide, biarkan
selama 20 menit atau panaskan diatas api bunsen
selama 5 menit tetapi tidak boleh mendidih;
9. Teteskan larutan alkohol sampai tidak ada cat yang
luntur (2-5 detik), kemudian cuci dengan air;
10. Teteskan larutan methylene blue selama 2 menit,
kemudian cuci dengan air, biarkan mengering;
11. Periksa dibawah mikroskop, identifikasi dimulai
dengan pembesaran 100 kali sampai 400 kali.

38
Interpretasi  Mycobaterium leprae Berupa basil berwarna merah (basil
tahan asam) berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
8 mikron, lebar 0,2-0,5 mikron dengan susunan
berkelompok (globus) atau tersebar satu-satu.

39
Interpretasi  Perhitungan jumlah bakteri dalam lapangan pandang
tanpa melihat basil hidup (solid) atau mati
(fragmented/granular) disebut Indeks Bakterial (IB) adalah
sebagai berikut:
 6+ = lebih dari 1000 basil rata-rata perlapangan pandang
 5+ = 100-1000 basil rata-rata perlapangan pandang
 4+ = 10-100 basil rata-rata perlapangan pandang
 3+ = 1-10 basil rata-rata perlapangan pandang
 2+ = 1-10 basil rata-rata per 10 lapangan pandang
 1+ = 1-10 basil rata-rata per 100 lapangan pandang

 Untuk menentukan hasil pengobatan lebih ditekankan


pada pemeriksaan jumlah basil yang hidup (solid) dan
disebut Indeks Morfologi (IM) yang dinyatakan dengan
prosentase (%) dengan rumus:

40
Pemeriksaan Giemsa (Tzank Test)
Pendahuluan Pemeriksaan Giemsa dilakukan
sebagai penunjang diagnosis kelainan
kulit berupa vesikel maupun bula.
Peralatan dan Bahan 1. Lampu periksa
2. Gelas obyek dan penutup
3. Gunting kecil berujung runcing
4. Scalpel no. 13-15
5. Kassa steril
6. Larutan Giemsa atau Wright atau
Toluidin blue

41
Teknis 1. Pilihlah bulla atau vesikel yang utuh. Bila tidak
dijumpai bulla atau vesikel yang utuh, gunakan
Pemeriksaan
daerah erosi yang bersih atau membuat lesi baru
dengan menggosok-gosok epidermis;
2. Dengan menggunakan scalpel atau gunting kecil
berujung runcing, angkat dinding bulla atau vesikel;
3. Hisap air/serum yang terdapat didalamnya dengan
hapusan hasil kerokan diatas gelas obyek;
4. Kerok dasar erosi bulla atau vesikel dengan
menggunakan scalpel;
5. Sediaan yang telah diambil diletakkan pada gelas
obyek dengan cara membuat hapusan pada gelas
obyek;
6. Fiksasi spesimen melalui penghangatan/pemanasan
dengan lampu Bunsen selama 10 detik;
7. Gelas obyek digenangi dengan larutan Giemsa atau
Wright atau Toluidin blue, diamkan 20-30 menit,
kemudian bilas dengan air mengalir;
8. Biarkan sediaan mengering;
9. Periksa dibawah mikroskop, identifikasi dimulai
dengan pembesaran 100 kali sampai 400 kali.

42
Interpretasi a. Multinucleated giant cell Sel ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan sel epidermis dan mengandung inti
yang banyak didalam satu sel.

b. Sel acantholytic (Tzanck) Sel ini adalah sel epidermis


yang berbentuk bulat, dengan pengecatan warna gelap
dan sitoplasma dibagian tepi yang tampak padat. Sel ini
hampir tidak pernah dijumpai berkelompok, biasanya
soliter. Intinya gelap dibagian tepi dan intinya relatif
berukuran besar dibandingkan sitoplasma.

43
Memilih lesi
Pilih lesi yang baru muncul (lesi primer), bila kecil dapat diambil
seluruh lesi, bila besar atau ada inflamasi disekitar lesi biopsi
dapat diambil dari tepi lesi dengan menyertakan lesi kulit yang
sehat.
Bila ada infeksi sekunder sebaiknya diobati dulu.

2/19/2020 44
Biopsi Kulit
•.
Lesi kulit yang representatif diberi tanda, lakukan tindakan aseptik
pada lesi dan sekitarnya.
Tutup dengan duk steril yang sesuai
Biopsi dengan pisau skalpel dapat dilakukan dengan bentuk elips.
Bila terdapat berbagai macam lesi, dapat dipilih beberapa lesi yang berbeda.
Bila melakukan biopsi plong, kulit diregangkan dulu tegak lurus terhadap garis kulit,
agar hasilnya menjadi elips dan memudahkan regangan kulit pada waktu menutup
luka.
Kedalaman lesi sampai mencapai subkutis, tampak jaringan lemak kekuningan pada
bagian bawah lesi.

2/19/2020 45
Biopsi plong (Punch biopsy)
 Untuk Diagnosis dan Terapi (Menghilangkan tahi lalat ukuran kecil)

Biopsi cukur (shave biopsy)


Prosedur memotong tipis bagian atas kulit menggunakan pisau bedah.
Lazim digunakan untuk kelainan kulit yang bentuknya seolah bertangkai
seperti keratosis seborroik, kutil, papiloma, skin tag, atau keratosis
aktinik.

46
Biopsi Eksisi
Dilakukan agar dapat mengambil jaringan kulit
lebih luas. Menggunakan pisau bedah dengan
luas tertentu dan memerlukan penjahitan
sesudahnya.

47
3. Penyimpanan dan pengiriman jaringan biopsi
Jaringan yang sudah bersih dimasukkan ke dalam larutan fiksasi
formalin 10% atau larutan buffer formalin, volume cairan sekitar
20x jaringan agar jaringan terendam dengan baik.
Jaringan dikirim guna pemeriksaan histopatologik.
Bergantung kebutuhan, pewarnaan dapat dengan hematoksilin
eosin, orsein giemsa, PAS, dll.

2/19/2020 48
Terima Kasih

49

Anda mungkin juga menyukai