Anda di halaman 1dari 22

BAB 4

Indahnya kebersamaan dengan berjamaah


ANGGOTA KELOMPOK

 Fishta Ayu Widyanti (17)


 Fanisa Valentina Putri
 Viska Pramita Sektiyaning Putri (32)
 Natasya Wahyu Azzahra
PENGERTIAN SHALAT BERJAMAAH

 Fardhu `ain
Fardhu `ain adalah wajib, dalam salat berjamaah, yang memiliki pendapat fardhu
`ain ini adalah Atha` bin Abi Rabah, Al Auza`i, Abu Tsaur, Ibnu Khuzaymah, Ibnu
Hibban, umumnya ulama Al Hanafiyah dan mazhab Hanabilah. Atha` berkata
bahwa kewajiban yang harus dilakukan dan tidak halal selain itu, yaitu ketika
seseorang mendengar azan, haruslah dia mendatanginya untuk salat.
Ada hadits yang mengatakan bahwa jika seorang mendengar azan, kemudian tidak
salat berjamaah maka orang itu tidak menginginkan kebaikan maka kebaikan itu
sendiri tidak menginginkannya pula.[2] Dengan demikian bila seorang muslim
meninggalkan salat jamaah tanpa uzur, dia berdoa namun salatnya tetap syah.
Kemudian ada hadits yang menjelaskan jika ada orang yang tidak salat berjamaah,
maka nabi akan membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri salat
berjamaah
PENGERTIAN SHALAT BERJAMAAH

 Fardhu kifayah
Yang mengatakan fardhu kifayah adalah Al Imam Asy Syafi`i dan Abu Hanifah
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Habirah dalam kitab Al Ifshah jilid 1 halaman
142. Demikian juga dengan jumhur (mayoritas) ulama baik yang lampau
(mutaqaddimin) maupun yang berikutnya (mutaakhkhirin). Termasuk juga
pendapat kebanyakan ulama dari kalangan mazhab Al Hanafiyah dan Al Malikiyah.
Dikatakan sebagai fardhu kifayah maksudnya adalah bila sudah ada yang
menjalankannya, maka gugurlah kewajiban yang lain untuk melakukannya.
Sebaliknya, bila tidak ada satu pun yang menjalankan salat jamaah, maka
berdosalah semua orang yang ada di situ. Hal itu karena salat jamaah itu adalah
bagian dari syiar agama Islam.
PENGERTIAN SHALAT BERJAMAAH

Di dalam kitab Raudhatut Thalibin karya Imam An Nawawi disebutkan bahwa: "Salat
jamaah itu itu hukumnya fardhu `ain untuk salat Jumat. Sedangkan untuk salat fardhu
lainnya, ada beberapa pendapat. Yang paling shahih hukumnya adalah fardhu kifayah,
tetapi juga ada yang mengatakan hukumnya sunnah dan yang lain lagi mengatakan
hukumnya fardhu `ain."
Mereka berpegangan dengan memakai dalil yang mengatakan bahwa, jika ada orang yang
tidak melaksanakan salat berjamaah maka setan telah menguasai mereka, dalam hadits
tersebut, Muhammad menganalogikan orang yang meninggalkan salat jamaah dengan
seekor domba yang terpisah dari kelompoknya makanakan diterkam oleh serigala.[4]
Hadits dari Malik bin Huwairits menjelaskan ia mendengar ada hadits yang menjelaskan
pentingnya mengajarkan salat kepada keluarga bila waktu salat telah tiba, maka
lantunkanlah azan dan yang tertua maka menjadi imam salat.[5] Kemudian ada penjelasan
bahwa salat berjamaah lebih utama sebanyak 27 derajat dibandingkan salat sendirian
PENGERTIAN SHALAT BERJAMAAH

 Sunnah muakkadah
Sunnah muakkadah adalah sunnah yang sangat ditekankan untuk dilaksanakan,
dan sangat dianjurkan agar tidak ditinggalkan. Pendapat ini didukung oleh mazhab
Al Hanafiyah dan Al Malikiyah sebagaimana disebutkan oleh Imam As-Syaukani
dalam kitabnya Nailul Authar jilid 3 halaman 146. Ia berkata bahwa pendapat yang
paling tengah dalam masalah hukum salat berjamaah adalah sunnah muakkadah.
Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa hukumnya fardhu `ain, fardhu
kifayah atau syarat syahnya salat, tentu tidak bisa diterima.
Al Karkhi dari ulama Al Hanafiyah berkata bahwa salat berjamaah itu hukumnya
sunnah, namun tidak disunnahkan untuk tidak mengikutinya kecuali karena uzur.
Dalam hal ini pengertian kalangan mazhab Al Hanafiyah tentang sunnah
muakkadah sama dengan wajib bagi orang lain. Artinya, sunnah muakkadah itu
sama dengan wajib.[7]
PENGERTIAN SHALAT BERJAMAAH

Khalil, seorang ulama dari kalangan mazhab Al Malikiyah dalam kitabnya Al


Mukhtashar mengatakan bahwa salat fardhu berjamaah selain salat Jumat
hukumnya sunnah muakkadah.[8]
Ibnul Juzzi berkata bahwa salat fardhu yang dilakukan secara berjamaah itu
hukumnya fardhu sunnah muakkadah.[9][10]
Dalil yang mereka gunakan untuk pendapat mereka antara lain adalah dalil bahwa
salat berjamaah memiliki keutamaan derajat lebih banyak jumlah 27 derajat,[6]
Kemudian pendapat lain menjelaskan lagi bahwa salat jamaah berjamaah tidak
wajib.[11]
Selain itu mereka juga menggunakan hadits yang mengatakan bahwa orang yang
salat berjamaah hanya mendapatkan ganjaran (pahala) terbesar adalah orang yang
menunggu salat berjamaah bersama imam, daripada salat sendirian.[12]
KEUTAMAAN

Adapun keutamaan salat berjama'ah dapat diuraikan sebagai berikut:


 Salat berjama'ah lebih utama daripada salat sendirian, dengan pahala 27 derajat[6]
 Setiap langkahnya diangkat kedudukannya 1 derajat dan dihapuskan baginya satu dosa[13]
 Dido'akan oleh para malaikat[13][14][15]
 Terbebas dari pengaruh (penguasaan) setan[4]
 Memancarkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat[16]
 Mendapatkan balasan yang berlipat ganda[17]
 Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu sama lain[18]
 Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan mematuhi
tata tertib hubungan antara imam dan ma'mum, misalnya tidak boleh menyamai apalagi
mendahului gerakan imam dan menjaga kesempurnaan shaf-shaf salat[19][20]
 Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan[21
SYARAT MENJADI IMAM

1. Bacaan al quran nya fasih


2. Laki laki, bila makmumnya laki laki atau laki laki dan perempuan
3. Imam hendaknya berdiri lebih kedepan
4. Umumnya lebih senior
5. Lebih memahami ajaran ajaran islam
6. Imam tidak dalam menjadi makmum
SYARAT MENJADI MAKMUM

A. Makmum hendaknya berniat mengikuti imam


B. Makmum hendaknya mengetahui gerakan imam
C. Makmum hendaknya berdiri agak ke belakang dari imam, kecuali bila hanya
berdua (imam dan makmum), maka berdiri berjajar
D. Makmum hendaknya berada dalam satu bangunan atau satu tempat
TATA CARA SHALAT BERJAMA’H

Niat Sholat Berjamaah


 Tata cara sholat berjamaah yang paling utama dan paling penting adalah
membaca niat sholat berjamaah. Sebelum melakukan sholat berjamaah,
baik imam dan makmum harus membaca niat sholat berjamaah yaitu
sebelum takbiratul ikhram. Berikut ini adalah niat sholat berjamah yang
harus dibaca oleh imam, contoh sholat dhuhur:
“Ushollii fardhosh dhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-an
imaamaa lillaahi ta'aala.”
Bacaan niat sholat berjamaah bagi makmum:
“Ushollii fardhosh dhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-an
ma'muuman lillaahi ta'aala.
TATA CARA SHALAT BERJAMA’AH

Makmum Berdiri di Belakang Imam


Tata cara sholat berjamaah selanjutnya adalah mengenai posisi makmum dan
imam saat sholat jamaah. Posisi makmum saat shalat berjamaah harus berada di
belakang imam. Minimal tumit makmum tidak boleh mendahului tumit imam. Jika
posisi makmum di depan imam, maka shalat berjamaah dianggap tidak sah.
Mengikuti Gerakan Imam
eKarena shalat berjamaah dipimpin imam, maka makmum wajib mengikuti seluruh
gerakan imam. Shalat berjamaah bisa jadi batal jika makmum tidak mengikuti
gerakan imam. Contohnya, ketika imam sujud, makmum kemudian mengikuti
gerakan sujud beserta bacaan doanya.
TATA CARA SHALAT BERJAMA’AH

Mengetahui GerakMan Imam


Makmum harus mengetahui setiap gerakan imam. Jika makmum berada jauh dari
imam, dia harus memastikan bahwa dia bisa mengetahui gerakan imam. Supaya
dia tidak ketinggalan dan terlambat.

Mengetahui GerakMan Imam


Makmum harus mengetahui setiap gerakan imam. Jika makmum berada jauh dari
imam, dia harus memastikan bahwa dia bisa mengetahui gerakan imam. Supaya
dia tidak ketinggalan dan terlambat.
SUSUNAN SHAF DALAM SHALAT
BERJAMA’AH
 Dari Mana Memulai Shaf ?

 Dianjurkan bagi para jamaah untuk meluruskan shafnya didalam shalat, tidak
sebagiannya lebih maju dari sebagian lainnya (bengkok) dan tidak meninggalkan
celah didalamnya. Dianjurkan pula bagi seorang imam untuk mengingatkan
jamaahnya sebelum shalat ditegakkan dengan megatakan, diantaranya :

ّ ‫سوّوا صفوفكم فإ‬


ّ ّ‫ن تسوية الص‬
 « » ‫ف من تمام الصّالة‬

 Artinya : “Luruskanlah shaf-shaf kalian maka sesungguhnya lurusnya barisan


adalah diantara kesempurnaan menegakkan shalat."
SUSUNAN SHAF DALAM SHALAT
BERJAMA’AH
Bagian dari kelurusan shaf jamaah shalat adalah mengisi penuh terlebih dahulu shaf pertama baru
kemudian shaf kedua, mengisi penuh shaf kedua baru kemudian shaf ketiga begitu seterusnya dan tidak
mengisi shaf kedua sementara shaf pertama masih kosong, berdasarkan apa yang driwayatkan oleh Abu
Daud dari dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sempurnakanlah shaf yang pertama, kemudian yang berikutnya. Kalaupun ada shaf yang kurang, maka
hendaklah dia di shaf belakang."
Adapun shaf dalam shalat dimulai dari belakang imam (tengah) baru kemudian mengisi sebelah kanan dan
kirinya hingga seimbang antara bagian kiri dan kanan hingga shaf tersebut penuh baru kemudian membuat
shaf dibelakangnya dengan cara yang sama dengan diatas.
Abu Daud meriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Jadikanlah imam berada di tengah-tengah kalian dan tutuplah celah-celah shaf.“
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Mas’ud bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
Hendaklah yang tepat di belakangku orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan dan orang yang sudah
berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka kemudian orang yang sesudah mereka’.

Pemilik kitab “Aunul Ma’bud” mengatakan jadikanlah imam kalian berada ditengah-tengah dan berdirilah
kalian pada shaf-shaf dibelakangnya lalu sebelah kanan dan kirinya.
SUSUNAN SHAF DALAM SHALAT
BERJAMA’AH
Hukum Orang Yang Shalat Sendirian DIbelakang Shaf
Shalat sendirian dibelakang shaf tanpa adanya uzur tetaplah sah namun makruh dan
kemakruhannya itu hilang jika terdapat uzur, demikianlah pendapat jumhur fuqaha : para
ulama Hanafi dan Syafi’i menguatkan pendapat itu berdalil dengan apa yang diriwayatkan
dari Abu Bakrah bahwa dia pernah mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang
rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai ke dalam barisan shaf. Kemudian dia
menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam lalu bersabda: "Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun
jangan diulang kembali."
Sementara itu para ulama Maliki berpendapat boleh shalat sendirian dibelakang shaf, ini
adalah nash Khalil : al Mawaq menukil dari Ibnu Rusyd bahwa barangsiapa yang shalat dan
membiarkan tempat kosong yang ada di shaf maka sungguh dia telah melakukan
keburukan. Dia berkata bahwa yang masyhur adalah dia melakukan keburukan namun tidak
perlu mengulang shalatnya.
SUSUNAN SHAF DALAM SHALAT
BERJAMA’AH
Para ulama Hambali berpendapat bahwa tidak sah shalat orang yang sendirian satu
rakaat penuh dibelakang shaf tanpa adanya uzur, berdasarkan hadit Wabishah bin
Ma’bad bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki
melaksanakan shalat sendirian dibelakang shaf maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkannya untuk mengulang (shalatnya).” (HR. Tirmidzi. Dia
berkata,”Hadits hasan.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam
shahihnya)
Jumhur ulama berkata bahwa dari hadits Abi Bakrah itu tidaklah ada keharusan
baginya mengulang shalat. Sedangkan perintah mengulang didalam hadits
Wabishah bin Ma’bad adalah sebuah anjuran, demikianlah penggabungan antara
dua dalil diatas.
SHALAT YANG DISUNAHKAN BERJAMA’AH

 Ada enam shalat yang disunahkan berjama’ah. Berikut keenam shalat itu:
a. Shalat maktubah (shalat fardhu lima waktu: Dzuhur,Ashar,Maghrib,Isya’ dan
subuh).
b. Shalat dua hari raya (Idul fitri dan Idul Adha).
c. Shalat khusuf (gerhana matahari dan bulan).
d. Shalat istiqa’(minta hujan).
e. Shalat tarawih dan witir pada bulan Ramadhan.
f. Shalat Jenazah.
HIKMAH YANG BISA DIPETIK DARI SHALAT
BERJAMA’AH DIANTARANYA SEBAGAI BERIKUT :
1. Shalat berjama’ah bisa memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan umat islam.
2. Shalat berjama’ah menumbuhkan rasa social dan hidup kebersamaan
3. Shalat berjamaah memupuk dan meningkatkan sikap disiplin. Hal ini sangat
memungkinkan karena para anggota jamaah harus hadir di masjid tepat pada
waktunya. Oleh karenanya orang yang tidak disiplin tidak tahan lama
melaksanakan shalat berjamaah.
4. Shalat berjamaah mempertunjukkan bagaimana sikap kepemimpinan dalam
Islam yang memperlihatkan sikap persamaan derajat daripada perbedaannya.
5. Shalat berjamaah juga memberi gambaran tentrang sikap demokrasi yang
bertanggung jawab, dimana iman sebagai pemimpin dipilih yang paling layak
diantara jamaah.
HUKUM ORANG YANG SHALAT SENDIRIAN
DIBELAKANG SHAF
Shalat sendirian dibelakang shaf tanpa adanya uzur tetaplah sah namun makruh
dan kemakruhannya itu hilang jika terdapat uzur, demikianlah pendapat jumhur
fuqaha : para ulama Hanafi dan Syafi’i menguatkan pendapat itu berdalil dengan
apa yang diriwayatkan dari Abu Bakrah bahwa dia pernah mendapati Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai
ke dalam barisan shaf. Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda:
"Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan diulang kembali."
Sementara itu para ulama Maliki berpendapat boleh shalat sendirian dibelakang
shaf, ini adalah nash Khalil : al Mawaq menukil dari Ibnu Rusyd bahwa barangsiapa
yang shalat dan membiarkan tempat kosong yang ada di shaf maka sungguh dia
telah melakukan keburukan. Dia berkata bahwa yang masyhur adalah dia
melakukan keburukan namun tidak perlu mengulang shalatnya
HUKUM ORANG YANG SHOLAT
DIBELAKANG SHAF
Para ulama Hambali berpendapat bahwa tidak sah shalat orang yang sendirian satu
rakaat penuh dibelakang shaf tanpa adanya uzur, berdasarkan hadit Wabishah bin
Ma’bad bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki
melaksanakan shalat sendirian dibelakang shaf maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkannya untuk mengulang (shalatnya).” (HR. Tirmidzi. Dia
berkata,”Hadits hasan.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam
shahihnya)
Jumhur ulama berkata bahwa dari hadits Abi Bakrah itu tidaklah ada keharusan
baginya mengulang shalat. Sedangkan perintah mengulang didalam hadits
Wabishah bin Ma’bad adalah sebuah anjuran, demikianlah penggabungan antara
dua dalil diatas.
TERIMA KASIH

Sekian presentasi dari kelompok 4. Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai