Anda di halaman 1dari 17

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Rumusan Working Diagnosis


Masalah

Etiologi, Epidemiologi

Patofisiologi, Manifestasi Klinik,


Komplikasi

Penatalaksanaan & Prognosis


Pemeriksaan Fisik
Visus
Okuli dextra: 6/40 pinhole 6/10, koreksi +3,50; 6/6
Okuli sinistra: 6/40 pinhole 6/10, koreksi +1,50; 6/6

Segmen Anterior
Palpebra dan bulu mata ODS: dalam batas normal
Kornea ODS: jernih, lensa jernih

Tonometri: 17mmHg
Funduskopi ODS: dalam batas normal
Anatomi Mata
Fisiologi Penglihatan Mata
Pengertian
Working Diagnosis
Hipermetropia - kekuatan pembiasan sinar
pada mata tidak cukup kuat untuk fokuskan
sinar pada bintik kuning (macula lutea),
sehingga mata menfokuskan sinar di belakang
retina.
Hipermetropia
Epidemiologi
Jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia
hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta
jiwa.

Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus


mengalami peningkatan.

Kelainan refraksi hipermetropia ini menyebar


merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis
kelamin.
Hipermetropia berdasarkan etiologi:

AKSIAL merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu
anteroposterior yang pendek.

KURVATUR
kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan
difokuskan di belakang retina.

INDEKS
dimana terdapat indeks bias yang kurang pada system optik mata,
REFRAKTIF misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai indeks refraksi lensa yang
berkurang.
Hipermetropia dikenal dalam bentuk :
Hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal
Hipermetropia
yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas
manifes
hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.

Hipermetropia Kelainan hipermetropia yang tidak diimbangi dengan akomodasi dan


manifes absolut memerlukan kaca mata positif untuk melihat jauh.

Kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun


Hipermetropia
dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia
manifes fakultatif
fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata.

Hipermetropia Kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (atau dengan obat yang


laten
melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia.

Hipermetropia
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.
total
Derajat Hipermetropia

RINGAN SEDANG TINGGI


Antara spheris
Antara spheris
+ 0.25 dioptri Jika ukuran
+ 3.25 dioptri
sampai dioptri lebih
sampai
dengan dari spheris
dengan + 6.00
spheris + 3.00 6.25 dioptri
dioptri
dioptri
Gejala Klinis

Biasanya pada anak-anak tidak


memberikan keluhan

Penglihatan dekat dan jauh


kabur, sakit kepala, silau, dan
kadang rasa lihat ganda
Mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus-menerus
berakomodasi

Bila hipermetropia lebih dari +


3.00 dioptri maka tajam
penglihatan jauh akan terganggu
Mata sering terlihat mempunyai
kedudukan esotropia.
Pemeriksaan Hipermetropia

Snellen chart Pin hole Tonometri Funduskopi


PENATALAKSANAAN
Pada pasien hipermetropia, diberikan lensa sferis positif terbesar yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.

diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6).

Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya
pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot
akomodasi.

Bila terdapat esotropia atau ambliopia, diberikan kaca mata koreksi hipermetropia total.

Lensa kontak dapat mengurangi masalah tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian
pemakaiannya. Lama pemakaian, infeksi dan alergi
KOMPLIKASI
- Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat
pasien terus-menerus menggunakan
akomodasi,bola mata turut melakukan
konvergensi.
- Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi
otot siliar pada badan siliar yang akan
mempersempit sudut bilik mata.
PENCEGAHAN
• Duduk dengan posisi tegak ketika
membaca dan menulis.
• Istirahat mata setiap 30 – 60 menit setelah
menonton TV, komputer atau setelah
membaca. Mata dipejamkan sebentar atau
digunakan untuk melihat objek yang jauh.
• Mengatur jarak membaca yang tepat yaitu
lebih dari 30 cm dan cahaya yang cukup
• Komsumsi makanan bagus untuk
kesehatan mata
• Melakukan pemeriksaan mata secara rutin
• Elakkan kena cahaya matahari langsung
PROGNOSIS

Prognosis tergantung onset kelainan, waktu


pemberian pengobatan, pengobatan yang
diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-
anak, jika koreksi diberikan sebelum saraf
optiknya matang (biasanya pada umur 8-10
tahun), maka prognosisnya lebih baik.
KESIMPULAN

Kesimpulannya laki-laki berusia 17 tahun


dengan keluhan penglihatan jarak dekat
makin lama makin kabur ini di diagnosis
hipermetropia ataupun rabun dekat.

Anda mungkin juga menyukai