Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nikki Junaedy
LATAR BELAKANG
Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, World Health Organization
(WHO) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir
minimal selama enam bulan(WHO, 2005).
Dalam rangka menanggulangi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita dilakukan
berbagai upaya melalui pemantauan pertumbuhan balita, identifikasi maupun
intervensi yang dilaksanakan oleh puskesmas. Salah satu upaya perbaikan gizi
masyarakat adalah pemantauan status gizi balita.
Cakupan balita yang ditimbang (D/S) tertinggi pada Kab.Paser dan Kab. Penajam Paser
Utara sebesar 79%. Cakupan terendah Kota Samarinda sebesar 46%. Jumlah balita
Bawah Garis Merah (BGM) paling tinggi di Daerah kota Balikpapan sebesar 1.110 orang,
jumlah ini menurun dari tahun 2016 sebesar 1.217 orang. Samarinda di posisi kedua
dengan jumlah balita BGM yang ditemukan sebesar 679, dan Kabupaten PPU sebesar
441 kasus.(Profil Kesehatan DinKes Kalimantan Timur, 2017)
◦ Riset Kesehatan Dasar memperlihatkan persentase status gizi balita pendek (pendek
dan sangat pendek) di Indonesia Tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun
2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan penurunan/ perbaikan yang
signifikan.
◦ Persentase tertinggi pada tahun 2017 menurut PSG adalah di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (40,3%) dan Sulawesi Barat (40,0%). Kalimantan Timur 30,6%, peringkat 17 dari 34
provinsi di Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Kota Samarinda menempati peringkat
terendah untuk angka stunting dari seluruh kabupaten/kota dengan angka 28,8%
(tertinggi Kutai Timur dan Bontang dengan persentasi 32,4%).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan
ini adalah bagaimana hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi dan
kejadian stunting.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi dan kejadian stunting di
wilayah kerja Puskesmas Air Putih Samarinda.
Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
◦ Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-24 bulan
dengan status gizi bayi di wilayah kerja Puskesmas Air Putih Samarinda
◦ Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-24 bulan
dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Air Putih Samarinda
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
◦ Bagi Masyarakat
Sebagai informasi kepada masyarakat luas khususnya ibu yang sedang dalam masa
menyusui mengenai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi.
◦ Bagi Peneliti
Untuk pengembangan wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian.
◦ Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan cukup berarti memiliki asupan gizi yang
kurang baik dan dapat menyebabkan kekurangan gizi salah salah satunya dapat
menyebabkan stunting.
Status Gizi Anak
Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
Status Gizi Bayi
2. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis Mengukur Panjang Badan Menggunakan meteran kain Pertumbuhan Anak
yang disebabkan oleh asupan gizi yang (PB) dalam cm dan Usia untuk mengukur Panjang Pertumbuhan anak dilihat berdasarkan
kurang dalam waktu cukup lama akibat (U) dalam bulan Badan (PB) bayi dan Berat badan dan usia. KriteriaObjektif:
pemberian makanan yang tidak sesuai kemudian hasil wawancara untuk mengetahui Berat Badan Menurutusia (BB/U)
pengukuran diplot ke usia bayi
dengan kebutuhan gizi
dalam WHO-NCHS Normal : bila Z-score ≥-2 SD s/d ≤+2 SD
Growth Charts sesuai
dengan jenis kelamin dan Tidak Normal : bila Z-score <-2 SD dan > +2
umur bayi SD
Nilai ini didapatkan melalui aplikasi WHO-
Antro untuk menentukan nilai Z-score
Metode Penelitian
◦ Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik yang akan
menilai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif dengan status gizi bayi usia 0-
6 bulan. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study.
◦ Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November s.d. Desember 2019.
◦ Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Air Putih Samarinda.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.9 Populasi pada penelitian ini adalah
ibu yang sedang dalam masa menyusui dan bayinya yang berusia 6-24 bulan.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
penelitian.9 jumlah sampel pada penelitian ini 36 orang dan dipileh dengan teknik purposive sampling.9
Sampel yang diambil pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu:
◦ Kriteria inklusi:
◦ Bersedia mengikuti penelitian
◦ Ibu yang sedang dalam masa menyusui
◦ Bayi yang berusia 6-24 bulan
◦ Kriteria eksklusi:
◦ Ibu yang memiliki penyakit yang tidak memungkinkan untuk menyusui
◦ Bayi yang memiliki penyakit bawaan lahir
Hasil
Pemberian ASI
Eksklusif
Frekuensi Persentase
Tidak 13 36,11
Ya 23 63,88
Total 36 100.0
Hasil Penelitian
Data pemberian ASI Eksklusif dari responden dikelompokkan menjadi kategori, yaitu ibu
yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan memberikan ASI Eksklusif. Responden yang
tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 19 responden (24,4%) dan responden yang
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 59 responden (75,6%). Distribusi responden
berdasarkan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Status Gizi Balita dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu balita dengan status gizi
normal dan status gizi tidak normal. Responden yang memiliki status gizi tidak normal
sebanyak 2 responden (10,3%) dan responden yang normal sebanyak 34 responden
(89,7%). Distribusi responden berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita
Berdasarkan gambar di disamping, menunjukkan
adanya kecenderungan bahwa ibu yang memberikan
ASI Eksklusif, cenderung memiliki balita dengan status
gizi lebih baik dari pada ibu yang tidak memberikan
ASI Eksklusif. Hal ini terlihat bahwa ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif, sebanyak 8,33 % memiliki
balita dengan status gizi tidak normal, sedangkan pada
ibu yang memberikan ASI Eksklusif, sebanyak 91,66 %
memiliki balita dengan status gizi normal diantaranya
bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif yang memiliki
gizi tidak normal sebanyak 3 bayi dan gizi normal
sebanyak 10 bayi. Sedangkan bayi yang mendapat ASI
Eksklusif tidak ada yang mengalami gizi tidak normal.
Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan adanya
kecenderungan bahwa ibu yang memberikan ASI
Eksklusif, cenderung memiliki balita dengan kejadian
stunting lebih baik dari pada ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif. Hal ini terlihat bahwa ibu
yang tidak memberikan ASI Eksklusif, sebanyak 11,11
% memiliki balita dengan kejadian stunting tidak
normal, sedangkan pada ibu yang memberikan ASI
Eksklusif, sebanyak 88,88 % memiliki balita dengan
kejadian stunting normal diantaranya bayi yang tidak
mendapat ASI Eksklusif yang memiliki postur pendek
sebanyak 4 bayi dan postur tubuh normal sebanyak 9
bayi. Sedangkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif
tidak ada yang mengalami stunting.
Pembahasan
◦ Pembahasan Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24
bulan
ASI menjadi satu-satunya makanan yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
hidupnya agar menjadi bayi yang sehat.Komposisinya yang dinamis dan sesuai dengan
kebutuhan bayi menjadikan ASI sebagai asupan gizi yang optimal bagi bayi. ASI dan
plasma memiliki konsentrasi ion yang sama sehingga bayi tidak memerlukan cairan atau
makanan tambahan (Brown et al,2005). ASI memiliki semua unsur-unsur yang memenuhi
kebutuhan bayi akan gizi selama periode sekitar 6 bulan, kecuali jika ibu mengalami
keadaan gizi kurang yang berat atau gangguan kesehatan lain.
◦ Pembahasan Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting balita usia
6-24 bulan
ASI merupakan asupan gizi yang sesuai dengan dengan kebutuhan akan membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan
cukup berarti memiliki asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan
kekurangan gizi salah salah satunya dapat menyebabkan stunting. Sesuai dengan
Prasetyono (2009) bahwa salah satu manfaat ASI eksklusif adalah mendukung
pertumbuhan bayi terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap
dibanding susu pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang diberikan ASI
Eksklusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kurva
pertumbuhan dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula. ASI mengandung
kalsium yang lebih banyak dan dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat
memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko
stunting.
Kesimpulan dan Saran
◦ Berdasarkan hasil uraian pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan,
dimana ibu yang memberikan ASI Eksklusif akan semakin baik status gizi dan stunting
balitanya dari pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada balita yang
berusia 6 – 24 bulan.
◦ Adapun saran yang diperoleh berdasarkan simpulan daiatas maka kepada tenaga
Kesehatan, diharapkan agar lebih meningkatkan promosi kesehatan gizi balita, melalui
pemberian pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuluhan mengenai pentingnya
ASI Eksklusif bagi balita. Bagi ibu, diharapkan agar lebih memperhatikan asupan gizi
bagi balitanya serta memberikan ASI kepada bayinya
Terimakasih