Anda di halaman 1dari 44

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

(Pt T-01-2002-B )
Disampaikan oleh : YASRUDDIN
Ruang Lingkup
 Pedoman berlaku untuk perkerasan jalan yang
menggunakan granular material, batu pecah dan bahan
berpengikat.
 Perencanaan jalan perkerasan baru (new construction).

 Perencanaan pelapisan tambahan (overlay).

 Perencanaan konstruksi bertahap (stage construction).

 Didukung oleh pengujian lapangan dan laboratorium


(penilaian kekuatan perkerasan).
 Adopsi dan adaptasi dari AASHTO 1993.
Struktur Perkerasan Jalan
 Sifat tanah dasar sangat mendukung kekuatan dan
keawetan konstruksi perkerasan jalan.
 Tanah dasar menggunakan parameter modulus resilien (MR).
 Modulus Resilien (MR) dapat diperkirakan dari CBR standar,
hasil soil tes index.
 Berdasarkan korelasi dengan nilai CBR (Heukelom & klomp) :
MR (psi) = 1.500 (CBR)
 Persoalan pada tanah dasar yang sering terjadi, perubahan
bentuk (permanen deformasi), daya dukung tidak merata,
lendutan/lendutan balik selama atau sesudah pembebanan
lalu lintas untuk jenis tanah tertentu dan pemadatan yang
tidak sempurna.
Struktur Perkerasan Jalan
 Lapis Pondasi Bawah sebagai bagian konstruksi
yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi .
 Berfungsi menyebarkan roda ketanah dasar, efisiensi
biaya (lapisan bisa lebih tebal), mencegah tanah dasar
masuk kelapisan pondasi dan lapis perata lapis pondasi
atas.
 Bahan untuk lapis pondasi, batu pecah, krikil, dan bahan
yang distabilisasi dengan semen dan kapur.
 Persyaratan utama adalah nilai gradasi, abrasi, CBR, PI, LL
dan persentasi nilai drajat kepadatan (lihat spec. BM).
Struktur Perkerasan Jalan
 Lapis Pondasi Atas sebagai bagian konstruksi yang
menahan beban roda, perletakan lapis permukaan dan
berada dibawah lapis permukaan.
 Bahan lapis pondasi ccukup kuat awet dapat menahan
beban roda.
 Perlu pertimbangan dalam menetapkan bahan yang
digunakan dengan mengacu pada persyaratan teknis.
 Bahan untuk lapis pondasi, batu pecah, kerikil pecah,
bahan yang distabilisasi dengan semen, aspal dan kapur.
 Persyaratan utama adalah nilai gradasi, abrasi, CBR, PI, LL
dan persentasi drajat kepadatan (lihat spec. BM).
Struktur Perkerasan Jalan

Sifat-sifat Lapis Pondasi Atas dan bawah

Spesifikasi BM 2011 revisi I th 2010


Struktur Perkerasan Jalan

Gradasi Pondasi Agregat

Spesifikasi BM 2011 revisi I th 2010


Struktur Perkerasan Jalan
 Lapis Permukaan adalah struktur yang terletak
diatas lapis pondasi yang teridiri dari campuran
mineral agregat dan bahan pengikat.
 Berfungsi sebagai bagian konstruksi yang menahan beban
roda, lapis kedap air yang melindungi badan jalan dan
sebagai lapis aus (wearing course).
 Perlu pertimbangan dalam menetapkan bahan jenis
lapisan yang digunakan, umur rencana dengan mengacu
pada persyaratan teknis.
 Persyaratan utama adalah, nilai stabilitas, flow, VIM,
VIMPRD, VMA, VFB, MQ dan IRS (lihat spec. BM).
Struktur Perkerasan Jalan
Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston (HRS)

Spesifikasi BM 2011 revisi I th 2010


Struktur Perkerasan Jalan
Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)

Spesifikasi BM 2011 revisi I th 2010


Struktur Perkerasan Jalan
Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston Modifikasi (AC Mod)

Spesifikasi BM 2011 revisi I th 2010


Struktur Perkerasan Jalan
Catatan Campuran Laston Modifikasi (AC Mod)

Spesifikasi BM 2011 revisi I th 2010


Struktur Perkerasan Jalan
Struktur Perkerasan Jalan
Struktur Perkerasan Jalan

 Lapisan Permukaan dari campuran


beraspal, AC WC, HRS WC, Latasir
dan AC Binder dll.
 Lapisan Pondasi : AC Base, HRS
Base agregat klas kelas A dll
 Lapisan Pondasi Bawah : agregat
klas A, agregat klas B, krikil dan
bahan yang distabilisasi.
 Tanah Dasar (subgrade), asli atau
perbaikan tanah dasar.
Kriteria Perencanaan
Lalu Lintas
Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah
angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang
ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan
terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan
beban standar sumbu tunggal seberat 8160 kg (18.000 lb).

4
 beban satu sumbu tunggal , kg 
Angka Ekivalen Sumbu Tunggal   
 8160 

4
 beban satu sumbu ganda, kg 
Angka Ekivalen Sumbu Ganda  0.086  
 8160 
Kriteria Perencanaan
Lalu Lintas
Realibitas (R) adalah upaya menyertakan derajat kepastian (degree
of certainty) dalam proses perencanaan untuk menjamin bermacam-
macam alternatif yang terjadi (meningkatnya volume lalu lintas dan
kesulitan dalam mengalihkannya, risiko kinerja pelaksanaan yang
tidak baik) selama umur rencana.

Tabel Rekomendasi Realibilitas untuk Klasifikasi Jalan


Rekomendasi tingkat reliabilitas (%)
Klasifikasi Jalan
Perkotaan Antar kota
Bebas hambatan 85 – 99.9 80 – 99.9
Arteri 80 – 99 75 – 95
Kolektor 80 – 95 75 – 95
Lokal 50 – 80 50 - 80
Kriteria Perencanaan
Tabel Standart Normal Deviate (ZR)untuk
Lalu Lintas Tingkat Reabilitas Tertentu
Realibitas (R) kenerjanya dapat Reliabilitas, Standard Normal
diakomodasikan dengan parameter R(%) Deviate, Zr
penyimpangan normal standar 85 -1.036
(standart normal deviate, ZR), 90 -1.282
sedangkan untuk nilai Deviasi 91 -1.341
Standart (So) yang mewakili kondisi 92 -1.405
setempat ditentukan dengan nilai
93 -1.476
rentang antara 0,40-0,50.
94 -1.555
95 -1.645
96 -1.751
97 -1.881
98 -2.054
99 -2.326
99.9 -3.090
99.99 -3.750
Kriteria Perencanaan
Lalu Lintas
Beban Lalu Lintas Pada Lajur Rencana (W18) diberikan dalam kumulatif
beban gandar standar dan digunakan rumus :

W18   LHRTi x DD x DL

LHRTi = Lalu lintas harian rata-rata tahunan (kend/hari/2 arah)


DD = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur

Tabel Faktor Distribusi Lajur (DD)


Jumlah lajur per arah % beban gandar standar dalam lajur rencana

1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 – 75
Kriteria Perencanaan
Koefisien Drainase (m)
Koefisien Drainase (m) merupakan faktor untuk memodifikasi koefisien
kekuatan relatif (a) dan ketebalan (D) yang disertakan kedalam Indek
tebal Perkerasan (ITP)

Nila Koefisien Drainase (m) ditentukan berdasarkan kualitas drainase dan


persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh kadar air yang
mendekati jenuh

Tabel Definisi Kualitas Drainase


Kualitas Drainase Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan air
Baik sekali 2 jam
Baik 1 hari
Cukup 1 minggu
Jelek 1 bulan
Jelek sekali Air tak mungkin dikeringkan (tidak mengalir)
Kriteria Perencanaan
Koefisien Drainase (m)
Tabel Koefisien Drainase (m) merupakan faktor untuk memodifikasi
koefisien kekuatan relatif material granular base dan sub basen
perkerasan lentur

persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh kadar air


Kualitas yang mendekati jenuh
Drainase
<1% 1–5% 5 – 25 % > 25 %

Baik sekali 1,40 – 1,30 1,35 –1,30 1,30 –1,20 1,20

Baik 1,35 – 1,25 1,25 – 1,15 1,15 – 1,00 1,00

Sedang 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05 1,00 – 0,80 0,80

Jelek 1,15 – 1,05 1,05– 0,80 0,80 – 0,60 0,60

Jelek sekali 1,05 – 0,95 0,08 – 0,75 0,60 – 0,40 0,40


Kriteria Perencanaan

Indeks Permukaan (IP)


Indek permukaan (IP) adalah menyatakan ketidakrataan dan kekuatan perkerasan yang
berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
Nilai Indek Permukaan dapat dinyatakan berikut ini :
 IPt = 2.5 : permukaan masih cukup stabil dan baik
 IPt = 2.0 : tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantap
 IPt = 1.5 : tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak putus).
 IPt = 1.0 : permukaan jalan dalam keadaan rusak berat.
Kriteria Perencanaan
Indeks Permukaan (IP)
Indeks Permukaan Akhir Pada Umur Rencana (IPt) adalah nilai yang
dipertimbangkan pada kondisi perkerasan diakhir umur rencana sesuai
dengan klasifikasi fungsional jalan

Tabel Indek Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IPt)

Klasifikasi Jalan
Lokal Kolektor Arteri Bebas Hambatan
1.0 – 1.5 1.5 1.5 – 2.0 -
1.0 – 1.5 1.5 - 2.0 2.0 – 2.5 -
1.5 – 2.0 2.0 2.0 – 2.5 -
- 2.0 - 2.5 2.5 2.5
Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo)

Kriteria Perencanaan
Indeks Permukaan (IP)
Indeks Permukaan Awal pada Umur Rencana (IPo) adalah nilai lapis
permukaan perkerasan yang ditentukan diawal umur rencana sesuai
dengan jenis perkerasan yang direncanakan

Tabel Indek Permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo)

Jenis Lapis Perkerasan IPo Ketidakrataan *) (m/km)

≥4 ≤1
Laston
3.9 – 3.5 >1
3.9 – 3.5 ≤2
Lasbutag
3.4 – 3.0 >2
3.4 – 3.0 ≤3
Lapen Makadam
2.9 – 2.5 >3

*) alat pengukur ketidakrataan yang dipergunakan dapat berupa roughometer NAASRA, Bump Integrator dll
Kriteria Perencanaan
Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Adalah nilai kekuatan ralatif masing-masing lapisan perkerasan
yang dinyatakan dengan a (merupakan nilai empiris yang
ditentukan dari pengamatan perwujutan barbagai struktur
perkerasan dengan variasi tebal dan kualitas bahan secara time-
series.

Kekuatan relatif dikelompokan dalam jenis fungsi material lapis


perkerasan yaitu :
• Beton aspal (asphaltic concrate)
• Lapis pondasi agregat (granular base)
• Lapis pondasi bawah (granular subbase)
• Cement treated base (CTB)
• Bituminious treated base (BTB)
Kriteria Perencanaan
Grafik perkiraan koefisien kekuatan relatif lapis permukaan AC (a1)
(Korelasi EAC VS a1 untuk Campuran Beraspal)
0.5

0.4
Koefisien Kekuatan Relatif (a1)
untuk lapis permukaan AC

0.3

0.2

0.1

0.0
0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000

Modulus Elastisitas, EAC (psi) dari


AC (pada 68 oF)
Parameter Perencanaan

Alat Pengujian Modulus Elastisitas (E) Lapisan Beraspal

 Universal Testing Machine (UTM).


 Contoh uji sama dengan contoh uji
Marshall.
Parameter Perencanaan

Grafik perkiraan nilai koefisien


kekuatan relative lapis pondasi
bahan granular base (a2)
Parameter Perencanaan

Grafik perkiraan nilai koefisien


kekuatan relative lapis pondasi
bahan bersemen/CTB (a2)
Parameter Perencanaan

Grafik perkiraan nilai koefisien


kekuatan relative lapis pondasi
bahan beraspal (a2)
Parameter Perencanaan

Grafik perkiraan nilai koefisien


kekuatan relative lapis pondasi
bawah bahan granular (a3)
Batas Minimum Tebal Perkersanan
Batas minimum tebal lapis perkerasan (Dmin) adalah sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan keefektifan dari segi biaya,
pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan untuk menghindari
perencanaan yang tidak praktis antara lapis permukaan base dan sub
base.

Tabel : Batas minimum tebal lapis permukaan dan lapis pondasi

Lapis pondasi
Beton aspal Lapen Lasbutag
agregat
Lalu Lintas (ESAL)
inci cm inci cm inci cm inci cm
< 50.000 *) 1.0 *) 2.5 2.0 5.0 2.0 5.0 4.0 10
50.000 – 150.000 2.0 5.0 - - - - 4.0 10
150.001 – 500.000 2.5 6.25 - - - - 4.0 10
500.001 – 2.000.000 3.0 7.5 - - - - 6.0 15
2.000.001 – 7.000.000 3.5 8.75 - - - - 6.0 15

> 7.000.000 4.0 10.0 - - - - 6.0 15


Indek Tebal Perkersanan (ITP)
Indek tebal perkerasan (ITP) adalah fungsi dari beban (W18),
deviasi standar normal (ZR), simpangan baku So), tingkat layanan
jalan (IPt dan IPo), kondisi tanah dasar (MR) dan bahan material (a)

Indek tebal perkerasan (ITP) dapat dihitung dengan rumus atau


dengan grafik :

Rumus perhitungan ITP

 PSI 
log10 
 4,2  1,5 
log10 W18  Z R S o  9,36 log10 ( ITP  1)  0,2   2,32  log10 M R  8,07
1094
0,4 
( ITP  1) 5,19
Indek Tebal Perkersanan (ITP)
Grafik perhitungan ITP :
PerhitunganTebal Perkerasan

Perhitungan Tebal Perkerasan digunakan rumus :

ITP = a1*D1 + m2*a2*D2 + m3*a3*d3

Dimana
ITP = Indek Tebal Perkerasan
a1, a2, a3 = Koefisien Kekuatan Relatif
m2, m3 = Koefisien Drainase
D1, D2, D3 = Tebal Perkerasan
PerhitunganTebal Perkerasan

Koreksi Tebal Perkerasan digunakan rumus :


a. Indek tebal perkerasan 1
• Resilient modulus base (bahan sesuai yang direncanakan).
• Serviceability loss : PSItr

ITP1
D1 
a1
b. Indek tebal perkerasan 2
• Resilient modulus Subbase (bahan sesuai yang direncanakan).
ITP2  ITP1*
D2 
a2 .m2
ITP* = Structure Number lapisan perkerasan yang terpasang.

c. Indek tebal perkerasan 3


ITP3  ITP  ITP1*  ITP2*

ITP3
D3 
a3 .m3
PerhitunganTebal Perkerasan

Koreksi Tebal Perkerasan digunakan rumus :


SN1 D1
Surface course

SN2 Base course D2

SN3 Subbase course D3


Subgrade

* SN1
D1  *
a1 SN1  SN *2  SN 2

SN1*  a1.D1*  SN1


*
D3 

SN 3  SN1*  SN *2 
SN 2  SN1* a 3 .m 3
*
D2 
a 2 .m 2
Bagan Alir Metode Pt T-01-2002B

* SN1
D1 
a1
Terima kasih
Pelapisan Tambah (overlay)
 Menggunakan data visual
 Menggunakan hasil pengujian lendutan dengan alat
Falling Weight Deflectometer
Pelapisan Tambah (overlay)

SNf - SNeff
hov 
a ov
 hov = tebal lapis tambah
 SNf = Structural Number future
 SNeff = Structural Number effective
 aov = layer coefficient bahan lapis tambah
Menentukan SNf
Menentukan SNeff

0.24 P
MR 
dr r
  
  
  1 
 1  2 
  D 
  1   
 1   a  
d0  1.5 pa  2
 
 D  Ep 
Ep
 MR 1   
 a 
3
  MR  
 
 
 
 

SNeff  0.0045 D 3 Ep
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai