Anda di halaman 1dari 40

Penatalaksanaan Pasien

Kelainan Sistemik
Sebelum Dilakukan
Tindakan Bedah Minor

Dibuat Oleh
Bimo Wicaksono
Definisi
Bedah minor didefinisikan sebagai suatu teknik
bedah ringan yang dilakukan pada jaringan
superfisial. Anestesi lokal sering diperlukan untuk
prosedur ini dan tingkat komplikasinya serta
risikonya sedikit.
Tujuan

Sebelum dilakukan suatu tindakan bedah pasien


dengan kelainan sistemik harus di tinjau
kesiapannya untuk menjalani proses bedah hal
ini dilakukan agar menghindari terjadinya resiko
post bedah.
P
e
Hipertensi
m
b
Diabetes Mellitus
a
h
Post Stroke
a
s
Gravid
a
n
1. Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dengan tekanan
darah di arteri yang meningkat, di tandai
dengan tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan tekanan darah diastolic > 90
mmHg .
Patofisiologi
Tabel klasifikasi Hipertensi
menurut JNC VII
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 80-99 mmHg

Hipertensi derajat 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg


Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi diklasifikasikan
menjadi :

1. Hipertensi Primer/ esensial


Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

2. Hipertensi Sekunder
Akibat suatu penyakit yang mendasarinya (gagal ginjal kronik,
penyakit paratiroid, aldosteronisme primer, dll)

Faktor yang juga mempengaruhi:


Genetik, Obesitas, Jenis kelamin, Stres, Kurang olahraga, Pola
asupan garam dalam diet, Kebiasaan Merokok
Diagnosis
 Hipertensi dapat didiagnosis dengan
mengukur tekanan darah pasien.
 pasien dianggap hipertensi jika tekanan
sistoliknya sama dengan atau melebihi
140 mmHg, dan jika tekanan diastolik
lebih besar atau sama dengan 90
mmHg, atau pasien pernah menerima
obat antihipertensi.
TINDAKAN PREVENTIF
 Pemilihan waktu perawatan gigi.
 Prosedur dental yang lama dan Kenaikan tekanan darah pada
stressful sebaiknya dihindarkan pasien hipertensi sering terjadi saat
 Periksa secara rutin tekanan darah bangun pagi, mencapai puncak
pasien bila pasien berobat ke polik. pada tengah hari, kemudian
menurun di sore hari, sehingga
 Pemberian sedatif peroral
waktu yang dianjurkan untuk
membantu mengurangi kecemasan.
melakukan perawatan adalah sore
Sedatif peroral yang digunakan
hari.
adalah benzodiazepine 5 mg,
diminum malam sebelum tidur dan  Penggunaan anestesi lokal akan
1 jam sebelum tindakan. lebih baik dibandingkan anestesi
umum.
 Penggunaan sedasi Nitrous oxide
menurunkan tekanan darah sistol  Pemberian anestesi harus pelan
/diastole hingga 5-10 mmHg. dan hindari penyuntikan
intravascular.
 Menggunakan vasokontriktor yg tdk kontraindikasi trhdp
pasien dgn gangguan kardiovaskular selama tetap
dilakukannya aspirasi, diinejksikan perlahan dan diberikan
dengan dosis seminimal mungkin
 Direkomendasikan dosis maksimal epinefrin yg dpt
diberikan hanya sampai 0,2mg (2 ampul anestesi lokal)
 Menghindari penggunaan vasokonstriktor yang merupakan
kontraindikasi utk pasien hipertensi : Noradrenalin dan
levonordefrin
Penatalaksanaan pada
pasien hipertensi
 Anestesi yang efektif untuk bedah dentoalveolar
diberi dengan pemberian mepivacaine 3%
(Carbocaine)
 Penggunaan epinefrin dibatasi, hanya dapat
digunakan hingga dosis 0,2mg (setara dengan 10
carpules dari epinefrin 1:100.000)
2. Diabetes Mellitus
Kesehatan rongga mulut
merupakan salah satu
Diabetes mellitus adalah
indikator akan baik atau
kelainan metabolik yang
tidaknya pengelolaan status
disebabkan oleh banyak
kesehatan pada penderita
factor seperti kurangnya
Diabetse Melitus. Diabetes
insulin atau ketidakmampuan
Melitus merupakan salah satu
tubuh untuk memanfaatkan
penyebab komplikasi yang
insulin (Insulin resistance),
timbul di dalam rongga mulut
dengan gejala berupa
Kesehatan rongga mulut ini
hiperglikemia kronis dan
akan semakin buruk jika
gangguan metabolisme
penderita Diabetes Mellitus
karbohidrat, lemak dan
tidak mengerti bagaimana
protein.
penanganan hal ini.
Faktor risiko diabetes:
- Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas).
- Kegemukan
- Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg).
- Riwayat keluarga DM
-Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram.
- Riwayat DM pada kehamilan.
- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida >
250 mg/dl.
- Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(glukosa darah puasa terganggu).
MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA
RONGGA MULUT
1. Xerostomia (Mulut Kering)
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan
penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut
terasa kering.
Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana
alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-
sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut.
Jadi bila aliran saliva menurun maka akan
menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih
rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang
gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri
untuk tumbuh dan berkembang.
2. Periodontitis
Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).
Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah
menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan
produk sisa dari tubuh.
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat
dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat
periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan
faktor sistemik.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,
tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
Gambar 4.1 pasien DM dengan
periodontal dan tanggalnya gigi akibat
lanjutan dari periodontal
3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)
Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang,
namun penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi
parah jika dialami oleh penderita diabetes.
Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi
jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian
menimbulkan penyakit sejenis sariawan.
Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang
berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam
darah dan air liur penderita diabetes.
4. Oral thrush

Oral thrush atau oral candida


adalah infeksi di dalam mulut
yang disebabkan oleh jamur,
sejumlah kecil jamur candida
ada di dalam mulut. Pada
penderita Diabetes Melitus kronis
dimana tubuh rentan terhadap
infeksi sehingga sering
menggunakan antibiotik dapat
mengganggu keseimbangan
kuman di dalam mulut yang
mengakibatkan jamur candida
berkembang tidak terkontrol
sehingga menyebabkan thrush. Gambar 4.2 Oral candida
pada pasien DM
5. Dental Caries (Karies Gigi)

Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa


jumlah air liur berkurang sehingga makanan melekat
pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah
makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan
kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak
langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman
didalam mulut menurun, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.
Penatalaksanaan
 Tindakan bedah minor di kerjakan ketika
pasien DM terkontrol dengan baik untuk
mencegah komplikasi atau kedaruratan
yang timbul pasca operasi.
 Penting bagi dokter untuk memastikan
bahwa pasien makan dengan normal dan
minum obat seperti biasa.
 Untuk pasien yang menerima terapi
insulin, tindakan harus dijadwalkan
sehingga tidak menggangu aktivitas
insulin sehingga tidak berisiko terjadinya
hipoglikemia.
Tanda dan gejala hipoglikemia:
1. Ringan:
- Kecemasan
- Takikardia
- Berkeringat

2. Berat:
- Kebingungan
- Seizure
- Koma
Penatalaksanaan hipoglikemia:

 Hentikan semua prosedur


 Beri tahu pasien
 Beri 15 gm karbohidrat (6 jus jeruk atau
3-4 sendok teh gula)
 Jika pasien tidak kooperatif, berikan
glukagon 1 mg i.m. diikuti oleh suplemen
glukosa oral atau Dextrose 20- 50 ml i.v.
3. Post Stroke
 Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak
yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa
detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan
gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang
terganggu.
 Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan
fungsional otak local maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24
jam akibat gangguan aliran darah otak.
Patofisiologi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pasien post stroke

1. Tekanan darah pasien harus dikontrol sebelum dan sesudah


perawatan
2. Pemberian anestesi lokal yang tepat
3. Jika perawatan dental diperlukan pada saat 6 bulan pertama,
perawatan tersebut harus dilakukan di rumah sakit. Pasien
dengan riwayat stroke dapat diberikan anestesi lokal dengan
dosis vasokonstriktor seminimal mungkin.
Penatalaksanaan
 Seorang pasien dengan stroke harus mendapatkan perhatian
khusus selama perawatan gigi.
 Pasien cacat harus dibantu oleh perawat untuk duduk di kursi
tindakan, saluran pernapasan harus dipastikan bebas dan
harus ditemani oleh orang yang merawat mereka, terutama
jika ada kesulitan bicara.
 Obat antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan serius,
oleh karena itu obat antikoagulan seperti heparin harus
dihentikan setidaknya 6-12 jam sebelum tindakan.
4. Pasien Gravid (Kehamilan)
 Kehamilan merupakan suatu  Selain itu, selama perawatan
fase penting dalam kehidupan yang juga perlu diperhatikan
seorang perempuan dan ditandai adalah posisi pasien wanita
dengan perubahan fisik dan hamil di kursi dental. Posisi
fisiologis. Perubahan ini pasien wanita hamil berbeda
berdampak signifikan pada dengan posisi pasien pada
hampir semua sistem organ umumnya. Perkembangan
tubuh, termasuk rongga mulut. janin setiap pekannya
Perlakuan khusus diperlukan menyebabkan rahim ibu juga
bagi seorang wanita ketika akan mengalami perbesaran
menjalani perawatan bedah sehingga perut akan tampak
mulut sehingga tidak membesar pula. Jika pasien
menimbulkan risiko untuk ibu diposisikan pada posisi
dan perkembangan janin. supinasi atau terlentang maka
akan berdampak buruk pada
pasien sehingga dokter gigi
perlu mengetahui posisi yang
aman bagi pasien wanita hamil
di kursi dental.
Perubahan pada rongga mulut wanita hamil

Perubahan oral meliputi gingivitis, hiperplasia


gingiva, pyogenic granuloma, dan perubahan
aliran saliva. Peningkatan dari sirkulasi estrogen
menyebabkan meningkatnya permeabilitas
kapiler sehingga menjadi predisposisi ibu hamil
untuk mengalami gingivitis dan hiperplasia
gingiva. Kehamilan tidak hanya menyebabkan
penyakit periodontal tetapi memperparah kondisi
yang sudah ada.
Beberapa masalah kesehatan gigi dan
mulut pada wanita hamil :
1. Pregnancy gingivitis
Sebagian besar wanita hamil
menunjukkan perubahan pada gingiva
akibat kurangnya kesadaran menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Gingiva
terlihat lebih merah dan mudah
berdarah ketika menyikat gigi, yang
dikenal dengan istilah gingivitis.
Penyebabnya adalah meningkatnya
hormon seks wanita dan vaskularisasi
gingiva sehingga memberikan respon
yang berlebihan terhadap iritasi lokal.
Selama kehamilan, tingkat progesteron
pada wanita hamil dapat mencapai
sepuluh kali lebih tinggi dari biasanya. Gambar 3.1. Pregnancy
Hal ini dapat meningkatkan gingivitis pada ibu hamil
pertumbuhan bakteri tertentu yang
menyebabkan peradangan gingiva.
2. Pregnancy tumor

Pregnancy tumor terlihat sekitar 1-


5% pada wanita hamil. Lesi terlihat
sebagai eritematous dengan
permukaan licin dan
pembengkakan yang biasanya
terdapat pada aspek labial dari
papilla interdental. Bagian lain dari
rongga mulut seperti lidah,
palatum, dan mukosa bukal dapat Gambar 3.2. Pregnancy
tumor pada ibu hamil
terlibat. Lesi ini termasuk jinak dan
terlihat pada akhir trimester
pertama.
3. Erosi

Rasa mual dan muntah merupakan gejala yang


biasa ditemukan pada wanita hamil. Rasa mual
dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan
erosi pada enamel selama terjadi kontak yang
terus-menerus antara permukaan gigi dengan
asam lambung. Untuk mencegah erosi, wanita
hamil disarankan untuk menggunakan obat kumur
yang mengandung fluoride dan tidak langsung
menyikat gigi setelah muntah.
4. Mobilitas gigi meningkat

Selama kehamilan, hormon seks perempuan


seperti estrogen dan progesterone meningkat
dan menunjukkan semakin melemahnya
ligament periodontal yang dapat
menyebabkan peningkatan mobilitas gigi.
Kegoyangan atau mobilitas gigi yang parah
menunjukkan penyakit periodontal yang
parah dan harus dievaluasi oleh dokter gigi
secepat mungkin.
5. Karies gigi
Kehamilan tidak langsung menyebabkan
terjadinya karies gigi. Faktor-factor yang dapat
mendukung lebih cepatnya proses karies gigi yang
sudah ada pada wanita hamil antara lain pH saliva
wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil dan konsumsi makanan
ringan yang mengandung gula.

6. Periodontitis
Periodontitis merupakan inflamasi dektruktif
jaringan periodonsium yang mempengaruhi
hampir 30% wanita hamil. Proses inflamasinya
melibatkan infiltrasi bakteri ke jaringan
periodonsium.
Obat-obatan yang bersifat teratogenik

Obat teratogenik adalah obat-obat yang dapat berkontribusi


terhadap kelainan perkembangan (malformasi anatomi pada
pertumbuhan organ) pada janin seperti celah bibir, celah
langit-langit, perubahan warna gigi, dan sebagainya. Risiko
terbesar bagi janin terpapar teratogen terjadi pada usia tiga
sampai delapan minggu setelah pembuahan. Selama waktu
tersebut, terkadang ibu tidak menyadari bahwa dia sedang
hamil.

Berikut beberapa contoh obat-obatan yang bersifat


teratogenik, antara lain:
1. Diazepam (Valium)
2. Midazolam (Versed)
3. Lorazepam (Ativan)
4. Triazolam (Halcion)
5. Tetrasiklin
6. Kodein
Penatalaksanaan
 Perawatan bedah mulut minor dapat dilakukan saat hamil namun yang

harus diingat adalah kondisi fisiologis yang terjadi pada wanita hamil.

 Pencabutan gigi pada wanita hamil tidak boleh dilakukan pada

trimester pertama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pembentukan

organ terjadi selama trimester ini. Liver, jantung, ginjal, dan

sebagainya dibentuk pada trimester pertama kehamilan. Janin berisiko

tinggi mengalami malformasi jika sang ibu dalam keadaan stress. Jika

tindakan pencabutan gigi sangat diperlukan pada trimester ini, maka

sebaiknya tindakan dilakukan pada akhir trimester pertama


Saat melakukan tindakan,
pasien tidak boleh diposisikan
terlentang di kursi dental
untuk mencegah tertekannya
vena cava inferior yang akan
menyebabkan terjadinya
hipotensi.

Posisi ibu hamil


di kursi dental
Antibiotik yang aman digunakan selama
kehamilan
Setiap pemakaian obat pada kehamilan tanpa
memandang usia hamil kemungkinan dapat
menimbulkan kelainan pada janin baik fisik maupun
mental dalam tingkat ringan sampai berat. Hampir
semua antibiotik dapat melintasi plasenta sehingga
berpotensi mempengaruhi janin.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui


antibiotik yang aman digunakan selama kehamilan,
antara lain:
1. Semua jenis penisilin
2. Semua jenis sefasporin
3. Eritromisin (E-mycin)
4. Azitromisin (Zithromax)
5. Klindamisin (Cleocin)
6. Metronidazol (Flagyl)
Analgesik yang aman digunakan
selama kehamilan

• Analgesik atau obat penghalang nyeri


adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
• Acetaminofen (Tylenol/Tempra/Panadol)
atau paracetamol termasuk dalam
kategori B yang paling aman digunakan
selama kehamilan.
Anestesi lokal yang aman digunakan selama kehamilan

Anestesi lokal mampu melewati barier plasenta dan masuk ke


dalam aliran darah janin dengan cara difusi pasif sehingga
obat-obat ini memberikan efek yang sama pada ibu dan janin.
Namun, kebanyakan anestetikum lokal aman dan
nonteratogenik. Anestetikum lokal yang aman digunakan saat
kehamilan antara lain:

1. Lidokain (Xylocaine/Lignocaine/Dalcaine, Octocaine) 2%


dengan 1:100.000 epinefrin
2. Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCL 4 %
dengan 1:200.000 epinefrin
3. Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCl 4 % tanpa
epinefrin

Anestesi lokal relatif aman ketika digunakan secara tepat


dengan dosis yang tepat pula
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai