Anda di halaman 1dari 17

SUMBER HUKUM AJARAN ISLAM

NAMA : NUR ‘AFIIFAH DJAUHAROH ( 19103241002 )

HANIF WAHYUDI ( 19103241005 )

SELA MARSELA ( 19103241007 )

RESTU HIDAYAH ( 19103241010 )

MILA SARI DEWI ( 19103241013 )

KELAS : PLB B ( 2019 )


Definisi Syariah
 Secara bahasa syariah berasal dari kata
syara’a yang berarti jalan menuju ke sebuah
mata air (Al-Ghazali, 1983:6).
 Kata syariah juga merupakan bentuk • Hasbie Ash-Shiddiqy mengartikan fikh sebagai
masdar dari syar’un yang artinya sesuatu aturan syari’ah mengenai perbuatan praktis
yang dibuka untuk mengambil sesuatu yang yang diambil dan disimpulkan dari pemahaman
ada di dalamnya (Khallaf, 1977:98).
terhadap dalil-dalil yang terdapat dalam
 Syariah yaitu seluruh ajaran Islam yang Alquran dan Hadis (Ash-Shiddiqy, 1982: 9-12).
berupa norma-norma ilahiyah, baik
yang mengatur tingkah laku batin (sistem fikh mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah a) fikh adalah ilmu tentang hukum Allah
laku konkrit (legal-formal) yang individual b) yang dibahas berupa perbuatan manusia
dan kolektif. c) berdasarkan pada dalil terperinci
 Dalam arti ini, al-syariah identik dengan d) digali dan ditemukan melalui penalaran seorang
din, yang berarti meliputi seluruh cabang mujtahid.
pengetahuan keagamaan Islam, seperti
kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih,
dan seterusnya.
Aspek Syariah Fikih
Ruang Lingkup Luas, mencakup semua Sempit, merupakan
ajaran Islam bagian dari syariah
Sifat Kebenaran Mutlak dan absolut, Relatif, karena
karena bersumber dari merupakan produk akal
wahyu mujtahid

Substansi Ajaran Fundamental, Instrumental,


menetapkan pokok- merupakan rincian atau
pokok ajaran Islam penjelasan dari ajaran
pokok

Keberadaan Terdapat dalam Terdapat dalam kitab


Alquran dan Hadis fikih
Kesatuan dan Hanya satu dan Beragam, terdapat
Keragaman merupakan kesatuan
CONTOH IMPLEMENTASI KONSEP SYARIAH DAN KONSEP FIKH

Syariah Fiqih
Shalat qunut, bacaan doa iftitah
Zakat jumlah nisab, takaran
Haji dan Wuquf Arafah kapan waktu lempar jumrah
Nikah jenis mahar
Poligami waktu dan durasi giliran bermalam
DEFINISI
• Secara etimologis, Alquran adalah bentuk masdar dari kata qa-
ra-a yang artinya bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis
padanya, atau melihat dan menelaah (Syarifuddin, 1997: 46).

Secara terminologi, Alquran adalah kalam Allah yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab,
sebagai hujjah (bukti) kerasulan Nabi Muhammad, dan
membacanya adalah ibadah (Khallaf, 1977: 39).

Al-Qur’an berarti “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan


kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan
membacanya adalah ibadah”.
Proses, Isi dan Periode Turunnya Al-Qur’an
Proses Turunnya Al-Qur’an
◦ Alquran turun melalui proses pewahyuan, disampaikan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Nabi Muhammad pertama kali
menerima wahyu di Gua Hiro’. Wahyu yang pertama kali diterima oleh nabi
Muhammad adalah surat Al-Alaq (96: 1-5), yang berisi perintah untuk membaca
(Iqra). Al-Qur’an turun secara berangsur - angsur

Secara garis besar isi Alquran adalah:


a) prinsip-prinsip aqidah, syariah dan akhlak
b) janji dan ancaman Allah Swt
c) kisah para nabi dan umat terdahulu,
d) hal-hal yang akan terjadi di masa datang
e) prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
f) sunatullah atau hukum-hukum Allah yang mengikat pada
ciptaannya.

Isi Al-Qur’an
o Alquran diturunkan melewati dua periode, yakni periode sebelum Nabi hijrah ke
Madinah ( periode mekkah ) dan periode setelah Nabi hijrah ke Madinah ( periode
madinah ).

No. Masalah Periode Makkah Periode Madaniyah


1. Penyebutan Surat/ayat Makkiyah Surat/ayat Madaniyyah
surat/ayat
2. Masa turunnya Sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Sesudah Nabi Muhammad
Madinah saw. hijrah ke Madinah
3. Jenis ayat Ayatnya pendek-pendek Ayatnya panjang-panjang
4. Pembuka ayat Diawali dengan kata Diawali dengan kata
ya ayyuhannas ya ayyuhalladzina amanu
5. Isi Pembangunan dasar-dasar ajaran Islam yang Pembangunan masyarakat
mencakup keimanan dan prinsip-prinsip Islam, meliputi masalah
tauhid, pahala dan ancaman, kisah-kisah umat hukum, jihad, ahlul kitab, dan
terdahulu, dan budi pekerti. orang-orang munafiq.
Fungsi-fungsi Alquran tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut (Sudrajat, 1998: 51):
1. Hudan atau petunjuk bagi umat manusia (Q.S. Al-Baqarah, 2: 2).
2. Rahmat atau kasih sayang Allah kepada umat manusia (Q.S. Luqman, 31: 2-3)
3. Bayyinah, atau bukti penjelasan tentang suatu kebenaran (Q.S.Al-Baqarah, 2: 185)
4. Furqan, pembeda antara yang haq dan yang batil, yang benar dan yang salah, yang
halal dan yang haram (Q.S. Al-Baqarah, 2: 185)
5. Mauizhah, pelajaran bagi manusia (Q.S. Yunus,10: 57)
6. Syifa, obat untuk penyakit hati (Q.S. Yunus, 10: 57).
7. Tibyan, penjelasan terhadap segala sesuatu yang disampaikan Allah (Q.S.An-Nahl, 16:
89)
8. Busyra, kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat baik (Q.S. An-Nahl, 16: 89)
9. Tafshil, memberi penjelasan secara rinci (Q.S Yusuf, 12: 111)
10. Hakim, sumber kebijaksanaan (Q.S. Luqman, 31: 2)
11. Mushaddiq, membenarkan isi kitab-kitab yang datang sebelumya (Q.S.Al-Maidah, 5:
48)
12. Muhaimin, penguji bagi kitab-kitab sebelumnya (Q.S.Al-Maidah,5: 48).

FUNGSI AL- QUR’AN


Al – qur’an mulai dibukukan pada masa
pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-
shiddieq, dan disempurnakan pada
PEMBUKUAN masa pemerintahan Khalifah Usman
AL- QUR’AN bin Affan.
HADIST DAN IJTIHAD
• Definisi dan fungsi hadist
Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah saw. baik mengenai perkataan, perbuatan,
maupun persetujuan.
Fungsi hadist :
a. Bayan Tafsir yaitu menjelaskan apa yang terkandung dalam Al-qur’an
- Bayan tafshil (memerinci yang mujmal) yaitu hadis berfungsi menjelaskan rincian
ketentuan Al-qur’an yang singkat.
- Bayan Taqyid, memberikan batasan bagi ketentuan Allah Swt. yang bersifat mutlak.
- Bayan Takhshish (mengkhususkan yang umum).
b. Bayan Taqrir, yaitu menguatkan apa yang terdapat dalam Al-qur’an
c. Bayan Tasyri’, dalam hal ini hadis menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan dalam Al-
qur’an
KLARIFIKASI DAN PEMBUKUAN HADIST
DILIHAT DARI SEGI BENTUKNYA, SUNNAH TERBAGI MENJADI TIGA, YAITU:
A. SUNNAH QAULIYAH, ADALAH UCAPAN NABI SAW.

B. SUNNAH FI’LIYAH ADALAH PERBUATAN NABI SAW.


C. SUNNAH TAQRIRIYAH ADALAH PERBUATAN SAHABAT ATAU UCAPANNYA YANG
DILAKUKAN DI DEPAN NABI SAW.

Dilihat dari segi jumlah sanad atau perawi


A. Hadis mutawatir adalah hadis yang disampaikan secara berkesinambungan
yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang menurut
kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk dusta.
B. Hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah
sahabat yang tidak mencapai batasan mutawatir dan menjadi
mutawatir pada generasi setelah sahabat.
C. Hadis ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi,
dua orang perawi, atau lebih yang tidak memenuhi persyaratan
sunnah mutawatir.
DITINJAU DARI SEGI KUALITASNYA
A. HADIS SHAHIH ADALAH HADIS YANG MEMILIKI LIMA PERSYARATAN, YAITU SANADNYA BERSAMBUNG
DIRIWAYATKAN OLEH PERAWI YANG ADIL ( ISTIQAMAH AGAMANYA, BAIK AKHLAKNYA, DAN
TERHINDAR DARI KEFASIKAN DAN YANG MENGGANGGU KEHORMATANNYA), PERAWINYA DLABIT
(KUAT HAFALANNYA), HADISNYA TIDAK JANGGAL, DAN HADISNYA TERHINDAR DARI ‘ILLAT ( CACAT )
B. HADIS HASAN ADALAH HADIS YANG MEMILIKI SEMUA PERSYARATAN HADIS SHAHIH, KECUALI PARA
PERAWINYA, SELURUHNYA ATAU SEBAGIANNYA, KURANG KUAT HAFALANNYA
C. HADIS DLA’IF ADALAH HADIS YANG TIDAK MEMILIKI SIFAT-SIFAT UNTUK DAPAT DITERIMA, ATAU
HADIS YANG TIDAK MEMILIKI SIFAT HADIS SHAHIH DAN HASAN
D. HADIS MAUDLU’ ADALAH HADIS YANG DINASABKAN KEPADA RASULULLAH SAW. DENGAN CARA
DIBUAT-BUAT DAN DIDUSTAKAN DARI APA YANG DIKATAKAN, DIKERJAKAN, DAN DITETAPKAN BELIAU
PEMBUKUAN HADIST

Pembukuan hadis mulai dilakukan pada abad ke-2 H, pada masa


Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Bani Umayyah)
IJTIHAD DAN METODE PENETAPANNYA

 Ijtihad adalah mencurahkan segala kesanggupan dalam mengeluarkan hokum syara yang bersifat amaliyah dari dalil-
dalilnya yang terperinci baik dalam Alquran maupun dalam Hadis.
 Ijtihad memang dianjurkan Nabi ketika tidak ditemukan rujukannya dalam Alquran dan Sunnah.Adapun dasar logika
dibolehkannya ijtihad adalah karena keterbatasan nash Alquran dan sunnah jika dibandingkan dengan banyaknya
peristiwa yang dihadapi oleh umat manusia.
 Ijtihad hanya bisa dilakukan pada masalah yang ditunjuk oleh dalil zhanni dalam Alquran, yang berikutnya dikenal
dengan masalah fikih, serta masalah-masalah baru yang hukumnya sama sekali belum disinggung oleh Alquran dan
hadis. Bila ijtihad bertentangan dengan nash maka hasil ijtihad menjadi tertolak, sesuai dengan kaidah “Tidak ada
ijtihad terhadap nash”.
Macam – macam metode dalam
berijtihad

Metode, cara, teori, atau kerangka konseptual yang dipergunakan para ulama
dalam berijtihad/ menetapkan hukum suatu persoalan ada dua yaitu metode yang
disepakati oleh para jumhur ulama (fuqaha’ dan ushuliyyun), dan metode yang
masih diperselisihkan di antara mereka. Metode yang disepakati adalah ijma’ dan
qiyas, sedangkan metode yang masih diperselisihkan adalah istihsan, istishab,
fatwa shahabi, maslahah mursalah, ‘urf dan saddudz dzari’ah.
Maqashid syariah sebagai metode

Maqashid syariah diartikan dengan maksud atau tujuan


ditetapkannya suatu ketentuan syariah atau hukum Allah.
Pengertian tersebut dilandasi asumsi bahwa penetapan syariah
memiliki tujuan tertentu oleh Pembuatnya yakni Allah Swt. Dan
tujuan tersebut diyakini adalah untuk kemaslahatan manusia
sebagai sasaran syariah.

Anda mungkin juga menyukai