Anda di halaman 1dari 20

MEMAHAMI HUKUM KESEHATAN

DALAM PERSPEKTIF HUKUM


• Hukum kesehatan memiliki ruang lingkup,
pertama, peraturan perundang-undangan
yang secara langsung dan tidak langsung
mengatur masalah bidang kedokteran.
Contoh UUPK.
• Kedua, penerapan ketentuan hukum
administrasi, hukum perdata, dan hukum
pidana yang tepat untuk itu.
• Ketiga, kebiasaan yang baik dan diikuti secara
terus-menerus (dalam bidang kedokteran),
perjanjian internasional,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang diterapkan dalam praktik
bidang kedokteran, merupakan sumber
hukum dalam bidang kedokteran.
• Empat, putusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap (yurisprudensi),
menjadi sumber hukum dan refenrensi dalam
bidang hukum dan ilmu kedokteran.
• Informed concent
Pasal 52 : Pasien, dalam menerima pelayanan pada
praktik kedokteran, mempunyai hak:
• a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (3);
• b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
• c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis;
• d. menolak tindakan medis; dan
• e. mendapatkan isi rekam medis.
• Pasal 50 : Dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
• a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
• b. memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
• c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya;
• d. menerima imbalan jasa.
• Pasal 51 : Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
• a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien;
• b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
• c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
• d. melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya; dan
• e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
• Pasal 53
• Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai kewajiban :
• a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya;
• b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau
dokter gigi;
• c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan; dan
• d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.
Transaksi Terapeutik dan
Persetujan Tindakan Medik (informed consent)

• “Transaksi berarti perjanjian atau


persetujuan yaitu hubungan timbal balik
antara dua pihak yang bersepakat dalam satu
hal. Terapeutik adalah terjemahan dari
therapeutic yang berarti dalam bidang
pengobatan. Jadi persetujuan yang terjadi
antara dokter dengan pasien di bidang
pengobatan saja tetapi lebih luas, mencakup
bidang diagnostik, preventif, rehabilitatif
maupun promotif maka persetujuan ini
disebut persetujuan terapeutik atau transaksi
atau transaksi terapeutik”.
• Persetujuan Tindakan Medik (informed
consent):
“Persetujuan Tindakan Medik adalah
“Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang dilaksanakan terhadap
pasien”. (PermenKes.585/MEN/Per/IX/1989
tentang PTM).
• Dasar Pertangggungjawaban Hukum dan Prinsip-
Prinsip Pertanggungjawaban:

Pasal 1365 KUHPerdata:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang


membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
Prinsip Pertanggungjawaban :
• Prinsip Pertanggungjawaban (N.H.T. Siahaan, 2005:155-158),
sebagai berikut:

1. Prinsip tanggung jawab karena kesalahan;


Prinsip ini dianut dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Tanggung jawab
seperti ini kemudian diperluas dengan vicarius liability, yakni
tangggung jawab majikan, pimpinan perusahaan,
pegawai atau orang tua terhadap anaknya sebagaimana diatur
dalam Pasal 1367 KUHPerdata.

2. Prinsip Praduga Bertanggung jawab (Presumption of


liability principle).
3. Prinsip Praduga Tak Selalu Bertanggung Jawab
(Presumption of Nonliability principle).
4. Prinsip Bertanggung jawab Terbatas (Limitation of
Liability)
Pertanggungjawaban karena Wanprestasi.
• Pasal 1239 KUHPerdata:
“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk
berbuat sesuatu, apabila siberutang tidak memenuhi
kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam
kewajiban memberikan penggantian, rugi dan bunga.

• Pasal 1243 KUHPerdta


“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak
terpenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan
apabila siberhutang, suatu dinyatakan lalai memenuhi
perikatan, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan
atau dalam tenggang waktu yang telah dilampauainya.
Pertanggungjawaban dalam UUPK

• Pasal 55:

“Setiap orang berhak mendapatkan


ganti rugi karena kesalahan atau
kelalaian tenaga kesehatan yang
berakibat kematian atau cacat
parmanen”.
Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang
Kesehatan

• Pasal 4:
“Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal”
• Pasal 5:
“Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat
perseorangan, keluarga dan lingkungannya”.
• Pasal 9:
“Pemerintah bertanggung jawab untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.

Anda mungkin juga menyukai