Anda di halaman 1dari 37

ELEMINASI ALVI

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam


Eleminasi Alvi
 Sistem tubuh yang berperan adalah sistem
gastrointestinal bawah : usus halus & usus besar.

 Usus halus terdiri : duodenum, jejunum, ileum,


panjang 6 m, diameter 2,5 cm, serta berfungsi
sebagai tempat absorbsi elektrolit Na, Cl, K, Mg,
HCO3, & kalsium.

 Usus besar dimulai dari rektum, kolon, hingga


anus dengan panjang ± 1,5 m, diameter 6 cm.

 Batas antara usus besar dan ujung usus halus


adalah katup ileocaecal, fungsinya mencegah zat
yang masuk ke usus besar sebelum waktunya &
mencegah produk buangan untuk kembali ke
usus halus.
Produk buangan yg memasuki usus besar
adalah cairan. Anus menyerap cairan
sekitar 800-1000 ml/hari. Penyerapan ini
yang menyebabkan feses mempunyai
bentuk & berwujud setengah padat.
Jika penyerapan tidak baik, maka produk
buangan cepat melalui usus besar, feses
lunak & berair.
Jika feses terlalu lama dalam usus besar,
maka terlalu banyak air yang diserap shg
feses menjadi keras & kering.
Feses yg sdh siap utk dibuang ditampung
dalam kolon sigmoid.
Gerakan peristaltik yang kuat dapat
mendorong feses kedepan (1-4x dlm
24 jam).
Makanan yang diterima o/ usus dari
lambung dalam bentuk setengah
padat (chyme) ; berupa air, nutrien,
elektrolit akan diabsorpsi.
Fungsi kolon :
absorpsi,proteksi,sekresi,eleminasi.
Proses perjalanan makanan
membutuhkan waktu 12 jam
 Proses perjalanan makanan pada daerah
kolon memiliki beberapa gerakan :
1. Haustral suffing : gerakan mencampur
zat makanan dalam bentuk padat untuk
mengabsorpsi air.
2. Konstraksi haustral : gerakan kolon
mendorong zat makanan/air pada
daerah kolon.
3. Gerakan peristaltik : gerakan feses
maju ke anus.

Otot lingkar (sfingter) bagian dlm & luar


saluran anus menguasai pembuangan fe
ses & gas dari anus.
Proses defekasi (buang air besar) adalah
proses pengosongan usus.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti
selulose yang tidak direncanakan & zat
makanan lain yang seluruhnya tidak
dipakai oleh tubuh, berbagai macam
organisme, sekresi kelenjar usus, pigmen
empedu, & cairan tubuh.
Feses yg normal terdiri atas masa padat &
berwarna coklat karena disebabkan oleh
mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen
empedu & usus kecil.
Secara umum, terdapat dua macam
reflek dalam membantu proses
defekasi:
1. Reflek defekasi intrinsik yg dimulai dari adanya zat
sisa makanan dalam rektum sehingga terjadi
distensi, fleksus mesenterikus merangsang
gerakan peristaltik & akhirnya feses sampai
dianus, dimana proses defekasi terjadi saat
sfingter interna berelaksasi.

2. Reflek defekasi parasimpatis yang dimulai dari


adanya feses dalam rektum yang merangsang
saraf rektum, kemudian ke spinal cord, kolon
desenden, ke sigmoid, rektum dengan gerakan
peristaltik, sfingter interna berelaksasi sehingga
terjadi proses defekasi.
Masalah Eleminasi Alvi:
1. Konstipasi
keadaan individu yang beresiko mengalami
statis usus besar sehingga menimbulkan eleminasi
yang jarang / keras
( keluarnya tinja terlalu kering & keras ).

Tanda klinis :
- adanya feses yg keras
- defekasi < 3 kali seminggu
- menurunnya bising usus
- adanya keluhan pada rektum
- nyeri saat mengejan & defekasi
- adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan Penyebab :
- Defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas
karena cedera serebrospinalis, CVA,dll
- Pola defekasi tidak teratur
- Nyeri saat defekasi karena hemoroid
- Menurunnya peristaltik karena stres psikologis
- Penggunaan obat seperti penggunaan antasida,
laksansia, anestesi
- Usia lanjut.
 Konstipasi kolonik.
keadaan individu yang mengalami / berisiko mengalami perlambatan
pasase residu makanan yang mengakibatkan feses kering & keras.
• Tanda klinis : adanya penurunan frekuensi eleminasi
feses kering & keras
mengejan saat defekasi
nyeri defekasi
adanya distensi pada abdomen, nyeri abdomen
adanya tekanan pada rektum
• Kemungkinan Penyebab : defek persyarafan, kelemahan pelvis,
imobilitas karena cedera serebrospinalis, CVA, dll.
Pola defekasi yg tidak teratur, efek samping penggunaan antasida,
anestesi, laksantif, dll. Menurunnya peristaltik.

 Konstipasi yang dirasakan.


keadaan individu dalam menentukan sendiri penggunaan laksantif,
enema, supositoria untuk memastikan defekasi setiap harinya.
• Tanda klinis : adanya penggunaan laksansia setiap hari sbg enema
atau supositoria secara berlebihan, adanya dugaan pengeluaran
feses pada waktu yang sama setiap hari.
• Kemungkinan penyebab :persepsi salah akibat depresi, keyakinan
budaya.
2. Inkontinensia Usus
hilangnya kemampuan otot utk mengontrol
pengeluarkan feses & gas melalui sfingter akibat
kerusakan sfingter (pengeluaran feses tanpa
disadari).
• Tanda klinis : pengeluaran feses yang tidak
dikehendaki.
• Kemungkinan Penyebab : gangguan sfingter
rektal akibat cedera anus. Distensi rektum
berlebihan, kurangnya kontrol sfingter akibat
cedera medula spinalis, CVA,dll.
Kerusakan kognitif.

3. Kembung
keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam
lambung atau usus.
4. Hemorroid
keadaan terjadinya pelebaran vena di
daerah anus sbg akibat peningkatan
tekanan didaerah anus yang dapat
disebabkan krn konstipasi, peregangan
saat defekasi.

5. Fecal Impaction
masa feses keras dilipatan rektum yg
diakibatkan oleh retensi & akumulasi
materi feses yang berkepanjangan.
Penyebabnya : asupan kurang,
aktivitas kurang, diet rendah serat,
kelemahan tonus otot.
6. Diare
merupakan keadaan individu yg beresiko
mengalami feses dlm bentuk cair. Sering
disertai kejang usus, rasa mual dan
muntah.

• Tanda klinis :adanya pengeluaran feses cair,


frekuensi > 3kali sehari, nyeri/kram
abdomen, bising usus meningkat.
• Penyebabnya: malabsorpsi, inflamasi, proses
infeksi, peningkatan peristaltik karena
peningkatan metabolisme, efek tindakan
pembedahan usus, efek penggunaan obat
seperti antasida, laksantif, antibiotik, dll,
stress psikologis.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
DEFEKASI

1. Usia
2. Diet
3. Asupan Cairan
4. Aktivitas
5. Pengobatan
6. Gaya Hidup
7. Penyakit
8. Nyeri
9. Kerusakan Sensorik & Motorik
Usia
Setiap tahap perkembangan memiliki kemampuan
mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum
memiliki kemampuan mengontrol BAB scr penuh.
Pada orang dewasa sudah memiliki kemampuan
mengontrol secara penuh. Pada lansia mengalami
penurunan.

Diet
Makanan yg memiliki kadar kandungan serat tinggi
dapat membantu proses percepatan dan jumlah
yang dikonsumsi pun dapat mempengaruhi.

Asupan Cairan
Pemasukan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras krn proses absorbsi kurang
shg dpt mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
Aktivitas
Melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan
diafragma menyebabkan gerakan peristaltik pada
daerah kolon dpt bertambah baik shg membantu
kelancaran proses defekasi.

Pengobatan
Seperti penggunaan laksantif & antasida yang
terlalu sering.

Gaya Hidup
Seseorang yang memiliki gaya hidup sehat /
kebiasaan melakukan BAB ditempat bersih/toilet,
maka ketika org tsb BAB ditempat terbuka/kotor
ia akan mengalami kesulitan dlm proses defekasi.
Penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan sistem
pencernaan, contoh : gastroenteritis/diare
penyakit infeksi lainnya.

Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi
keinginan / kemampuan untuk BAB, contoh
: nyeri pada kasus hemoroid & episiotomi.

Kerusakan Sensoris & Motorik


Menimbulkan proses penurunan stimulasi
sensoris dalam defekasi. Hal tsb diakibatkan
oleh kerusakan saraf pada tulang belakang /
kerusakan saraf lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
MASALAH ELEMINASI ALVI
A. Pengkajian Keperawatan.

1. Pola defekasi & keluhan selama


defekasi.
- frekuensi BAB pada bayi sebanyak
4-6x/hr.
- org dewasa adalah 2-3x/hr dgn jlh
rata2 jlh pembuangan perhari adalah
150 gr.
2. Keadaan feses meliputi :
No Keadaan Normal Abnormal Penyebab
1 Warna Bayi:kuning Putih,hitam/tar, Kurangnya kadar
Merah empedu,
perdarahan sal
cerna bgn
atas,prdarahan
sal cerna bgn
bawah.
Dewasa:cokelat Pucat berlemak Malabsorbsi
lemak
2 Bau Khas feses & Amis & Darah & infeksi.
dipengaruhi o/ perubahan bau
makanan
3 Konsistensi Lunak & Cair Diare & absorbsi
berbentuk kurang
4 Bentuk Sesuai diameter Kecil, bentuknya Obstruksi &
rektum seperti pencil peristaltik yg
cepat.
5 Konstituen Makanan yg tdk Darah,pus,benda Internal
dicerna, bakteri asing, bleeding, infeksi,
yg mati, lemak, mukus,atau tertelan benda,
pigmen empedu, cacing iritasi, inflamasi
mukosa usus, air
3. Faktor yg mempengaruhi eleminasi alvi :
perilaku / kebiasaan defekasi, diet,
makanan yang biasa dimakan, makanan
yg dihindari, pola makan yg teratur / tdk,
cairan ( jumlah & jenis minuman / hari),
aktivitas (kegiatan sehari-hari), kegiatan
yang spesifik, penggunaan obat, stres,
pembedahan / penyakit menetap, dsb.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Konstipasi b/d :
 Defek persyarafan, kelemahan pelvis,
immobilitas akibat cedera medula spinalis, dan
CVA.
 Penurunan respon berdefekasi.
 Nyeri akibat hemoroid.
 Efek samping tindakan pengobatan : antasida,
anestesi.
 Menurunnya peristaltik akibat stres.

2. Konstipasi kolonik b/d :


 Penurunan laju metabolisme sebagai akibat
hipotiroidisme / hiperparatiroidisme
 Menurunnya peristaltik akibat stres.
 Efek samping tindakan pengobatan.
B. Diagnosa Keperawatan.
3. Konstipasi dirasakan b/d :
 Penilaian salah akibat penyimpangan susunan
saraf pusat, depresi, obsesif konfulsif.
 Kurangnya informasi akibat keyakinan budaya.

4. Diare b/d :
 Malabsorpsi / inflamasi akibat penyakit infeksi,
gastritis, ulkus, dll.
 Peningkatan peristaltik akibat peningkatan
metabolisme.
 Proses infeksi.
 Efek samping tindakan pengobatan
 Stres psikologis.
5. Inkontinensia usus b/d :
 Gangguan sfingter rektal akibat cedera
rektum / tindakan pembedahan.
 Kurangnya kontrol pada sfingter akibat
cedera medula spinalis, CVA, dll.
 Distensi rektum akibat konstipasi kronis.
 Kerusakan kognitif.
 Ketidakmampuan mengenal / merespon
proses defekasi akibat depresi atau
kerusakan kognitif.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Memahami arti elemnasi scr normal.
Mempertahankan asupan makanan
dan minuman cukup.
Membantu latihan secara teratur.
Mempertahankan kebiasaan defekasi
secara teratur.
Mempertahankan defekasi secara
normal.
Mencegah gangguan integritas kulit.
Rencana Tindakan
1. Kaji perubahan faktor yang dapat
mempengaruhi eleminasi alvi.
2. Kurangi faktor yg mempengaruhi
terjadinya masalah, seperti :
a. Konstipasi scr umum.
• Membiasakan pasien untuk buang air besar scr
teratur.
• Meningkatkan asupan cairan.
• Diet yang seimbang & makan makanan yang banyak
mengandung serat.
• Melakukan latihan fisik : latihan otot perut
• Mengatur posisi yang baik untuk BAB
• Anjurkan untuk tidak memaksakan diri dalam BAB.
• Berikan obat laksantif “ Dulcolax “
• Lakukan enema (huknah).
b. Konstipasi akibat nyeri :
 Tingkatkan asupan cairan.
 Diet tinggi serat.
 Tingkatkan latihan setiap hari.
 Berikan pelumas disekitar anus untuk
mengurangi nyeri.
 Kompres dingin disekitar anus untuk
mengurangi rasa gatal.
 Rendam duduk / mandi di bak dengan air
hangat selama 15 menit jika nyeri hebat.
 Berikan pelunak feses.
 Cegah duduk lama apabila hemoroid ( berdiri
setiap 1 jam kurang lebih 10-15 menit ).
c. Konstipasi kolonik akibat perubahan
gaya hidup :
 Berikan stimulus untuk BAB ; minum
jus.
 Bantu pasien menggunakan pispot jika
memungkinkan.
 Gunakan kamar mandi daripada pis[ot
jika memungkinkan.
 Ajarkan latihan fisik dengan cara
memberikan ambulasi, latihan rentang
gerak, dll.
 Tingkatkan diet tinggi serat seperti
buah & sayuran.
d. Inkontinensia usus :
 Pada waktu tertentu setiap 2 atau 3
jam letakkan pispot dibawah pasien.
 Berikan latihan BAB dan anjurkan
pasien untuk selalu berusaha latihan.
 Jika inkontinensia hebat, diperlukan
pakaian dalam yang tahan lembab,
supaya pasien & sprei tidak begitu
kotor.
 Pakai laken yang dapat dibuang dan
menyenangkan untuk dipakai.
 Untuk mengurangi rasa malu pasien,
perlu didukung semangat pengertian
perawatan khusus.
3. Jelaskan mengenai eleminasi yang
normal pada pasien
4. Pertahankan asupan makanan dan
minuman
5. Bantu defekasi secara normal
6. Bantu latihan buang air besar,
dengan cara :
 Kaji pola eleminasi normal & catat waktu
ketika inkontinensia terjadi
 Pilih waktu defekasi untuk mengukur
kontrolnya.
 Berikan obat pelunak feses setiap hari /
katartik supositoria setengah jam sebelum
defekasi.
 Anjurkan pasien untuk minum air hangat / jus
buah (minuman yang merangsang peristaltik)
sebelum waktu defekasi.
 Bantu pasien ke toilet.
 Jaga privasi pasien selama defekasi.
 Instruksikan pasien untuk duduk di toilet,
gunakan tangan untuk menekan perut terus
kebawah dan jangan mengedan untuk
merangsang pengeluaran feses.
 Jangan dimarahi ketika pasien tidak mampu
defekasi.
 Anjurkan makan secara teratur dengan asupan
cairan dan serat yang adekuat.
 Pertahankan latihan secara teratur jika fisik
pasien mampu.
D. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.

1. Menyiapkan feses untuk bhn pemeriksaan.


2. Menolong BAB dengan menggunakan
pispot.
3. Memberikan huknah rendah.
4. Menberikan huknah tinggi.
5. Memberikan gliserin.
6. Mengeluarkan feses dengan jari (evakuasi
feses).
1.Menyiapkan feses utk bhn pemeriksaan
digunakan untuk pemeriksaan lengkap &
pemeriksaan kultur.

2.Menolong pasien BAB dgn menggunakan


pispot merupakan tindakan keperawatan
yg dilakukan pada pasien yang tidak
mampu BAB secara sendiri dikamar kecil
dengan cara menggunakan pispot di
tempat tidur dan bertujuan memenuhi
kebutuhan eleminasi.
3.Memberikan huknah rendah merupakan
tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon desenden dengan menggunakan
kanula rektal melalui anus.

Bertujuan untuk mengosongkan usus


pada persiapan pre operatif agar dapat
mencegah terjadinya obtruksi makanan
sebagai dampak pasca operasi dan
merangsang BAB bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam BAB.
4.Memberikan huknah tinggi merupakan
tindakan keperawatang dengan cara
memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
asenden dengan menggunakan kanula
usus.
Bertujuan untuk mengosongkan usus pada
pasien pra bedah atau prosedur diagnostik.

5.Memberikan Gliserin merupakan tindakan


keperawatan dengan cara memasukkan
cairan gliserin ke dalam poros usus
menggunakan spuit gliserin, bertujuan
untuk merangsang peristaltik usus sehingga
pasien dapat BAB bagi yang mengalami
sembelit & dapat juga digunakan untuk
persiapan operasi.
6.Mengeluarkan feses dengan jari
merupakan tindakan keperawatan
dengan cara memasukkan jari ke
dalam rektum pasien, untuk
mengambil dan menghancurkan
massa feses serta mengeluarkannya.

Indikasi tindakan ini apabila massa


feses terlalu keras dan dalam
pemberian enema tidak berhasil,
konstipasi, pengeluaran feses yang
tidak mampu dikeluarkan pada
lansia.
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi terhadap masalah eleminasi dapat dinilai


dengan adanya kemampuan pasien dalam :
1. Memahami cara eleminasi yang normal.
2. Mempertahankan asupan makanan dan
minuman yang adekuat.
3. Melakukan latihan secara teratur.
4. Mempertahankan defekasi secara normal
ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam
mengontrol BAB tanpa bantuan obat / enema,
BAB tanpa mengejan.
5. Mempertahankan rasa nyaman : kenyamanan
saat BAB, tidak terjadi bleeding dan inflamasi.
6. Mempertahankan integritas kulit perianal.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai