Cairan Sendi
Cairan Sendi
sendi,
Komposisi kimia = plasma darah, selama cairan sendi itu
merupakan ultrafiltrat plasma
Fungsi :
- mensuplai makanan bagi kartilago sendi
- sebagai pelumas dan pelindung sendi.
Mengandung mukopolisakarida dengan BM besar = asam
hialuronat.
Asam hialuronat menyebabkan cairan sendi bersifat kental.
Pembentukan :
- hasil dialisis plasma
- produksi dari sel-sel sinoviosit.
Volume : ± 1-3 ml.
Secara patologis cairan sendi dapat digolongkan menjadi 4
kelompok :
1. non inflamatorik
2. inflamatorik akut
3. hemoragik
4. septik
1. Tes makroskopis :
- warna dan kejernihan
- bekuan
- viskositas
- tes mucin
2. Tes mikroskopis :
- jumlah leukosit
- Morfologi dan hitung jenis
- kristal-kristal
3. Tes Kimia :
- Tes Glukosa
- LDH (Laktat dehidrogenase)
4. Tes Serologi :
- RF (Rhematoid Factor)
- CRP (C-Reactive Protein)
- ANA (Antinuclear Antibodies)
5. Tes Mikrobiologi :
- Pewarnaan gram
- Acid fast staining
Teknik pengambilan cairan sendi = “Artrosentesis”
Indikasi :
- memastikan diagnosis
- mengurangi rasa sakit dan untuk memperbaiki fungsi gerak
persendian.
- Diagnosis banding
- Pemberian obat intra artikuler (terapeutik)
Kontra indikasi :
- infeksi lokal
- diatesis hemoragik
- fraktur intra artikuler
- Osteoporosis juxta-artikuler yang berat.
- sendi yang tidak stabil
- tidak ada indikasi yang tepat
- kegagalan suntikan terdahulu (bukan karena kesalahan teknik)
Komplikasi melakukan aspirasi cairan sendi:
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Kerusakan kartilago sendi
4. Ruptur tendo/ligamen
1. Alat dan bahan :
- spuit dan jarum disposible (19 – 25)
- pulpen untuk menandai titik yang akan disuntik.
- anestesi lokal (lidokain/etilklorida spray)
- kapas alkohol, kain kasa, yodium.
- tabung aspirasi 4 buah
2. Cara kerja :
- Penyuntikan dilakukan dalam keadaan steril.
- tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan
pulpen.
- atur posisi penderita dalam keadaan rileks.
- lakukan asepsis dan antisepsis tempat suntikan.
- beri anestesi lokal (infiltrasi/semprotan)
- lakukan aspirasi secara perlahan-lahan.
- cairan dapat diambil 10-20 ml. tampung aspiratke dalam 4
tabung yang telah disiapkan.
- Tabung I (tanpa antikoagulan):
Tes makroskopis.
- Tabung II (dengan antikoagulan EDTA) :
Tes mikroskopis.
- Tabung III (tabung harus steril, berisi heparin/EDTA) : Tes
mikrobiologi
- Tabung IV (tanpa antikoagulan) : tes kimia dan serologi
(imunologi)
1. Warna dan kejernihan :
Prinsip : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan
berbeda.
Interpretasi :
- Normal : tidak berwarna dan jernih.
- Kuning jernih: artritis traumatik, osteoartritis dan artritis
rematoid ringan.
- Kuning keruh: inflamasi spesifik dan nonspesifik, >>leukosit.
- Chyloid(susu): artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai,
dan obstruksi limfatik.
- Nanah/purulen: artritis septik
- Seperti darah: trauma, hemofilia dan sinovisitis vilonodularis
hemoragik.
- Kuning kecoklatan: perdarahan yang telah lama
2. Bekuan.
Prinsip : fibrinogen menyebabkan sampel membeku
Interpretasi:
- Normal : > 1 jam tidak membeku
- Bekuan+ : ada proses peradangan
makin besar bekuan, makin berat peradangan
3. Viskositas.
Prinsip: adanya asam hialuronat menentukan viskositas cairan
Interpretasi:
- Normal : ukuran panjang tetesan > 6 cm/tanpa putus
- Viskositas tinggi : panjang tetesan tanpa putus 4-6cm non
inflamatorik
- Viskositas menurun (<4 cm) inflamatorik akut dan septik.
- Viskositas bervariasi hemoragik
(tidak dapat dipakai untuk diagnosis banding)
4. Tes mucin
Prinsip: asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan
protein
Interpretasi :
- Mucin baik/normal: terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan
jernih.
- Mucin sedang: bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas
tegas dalam cairan jernih RA
- Mucin jelek: bekuan terjadi berkeping-keping dalam cairan
keruh infeksi.
1. Jumlah leukosit.
Prinsip: sampel diencerkan NaCl 0,9% dan dimasukkan ke
dalam bilik hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan
faktor pengenceran, jumlah leukosit dapat diketahui. (n/v x
p).
Interpretasi:
- Normal: jumlah leukosit < 200/mm3.
- L 200-500/mm3 penyakit degeneratif/non inflamatorik.
- L 2000-100.000/mm3 kelompok inflamatorik akut
Kelompok inflamatorik akut :
- L 750-45.000/mm3(±13.500/mm3): artritis gout akut.
- L 300-98.000/mm3(±17.800/mm3): RF
- L 300-75.000/mm3(±15.500/mm3): RA
- L 20.000-200.000/mm3 kelompok septik(infeksi) :
-L 2.500-105.000/mm3(±23.500/mm3): artritis TB
-L 1.500-108.000/mm3(±14.000/mm3): artritis gonore.
-L 15.600-213.000/mm3(65.400/mm3): artritis septik
- L 200-10.000/mm3 kelompok hemoragik
2. Morfologi dan hitung jenis.
Prinsip : cairan sendi diapuskan di atas kaca obyek kemudian
diwarnai.
Interpretasi :
- Normal : jumlah neutrofil < 25%
- kelompok infamatorik akut :
- artritis gout akut (48-94%)
- RF (8-89%)
- RA (5-96%)
- Kelompok septik :
- Artritis TB (29-96%)
- Artritis GO (2-96%)
- Artritis septik (75-100%)
- Kelompok hemoragik : < 50%
3.Kristal-kristal.
Prinsip: jenis kristal tergantung jenis kelainan.
Interpretasi:
- Normal: tidak ditemukan kristaldalam cairan sendi.
- Kristal kolesterol RA
- Monosodium urat (MSU) artritis gout.
1. Tes Glukosa:
Prinsip: intensitas warna yang terbentuk hasil reaksi diukur
dengan fotometer.
Interpretasi :
- Normal : perbedaan antara glukosaserum dan glukosa cairan
sendi = < 10 mg/dl
- Kelompok inflamatorik:
- Artritis gout akut perbedaan 0-41 mg/dl (±12 mg/dl)
- RF perbedaannya 6 mg/dl
- RA perbedaanya 0-88 mg/dl (± 31mg/dl)
- Kelompok septik :
- Artritis TB perbedaan 0-108 mg/dl (±57 mg/dl)
- Artritis GO perbedaan 0-97 mg/dl (±26 mg/dl)
- Artritis septik -->perbedaan 40-122 mg/dl (±71 mg/dl)
- Kelompok hemoragik pebedaannya < 25 mg/dl
2. LDH
Prinsip: intensitas warna yang terbentuk hasil reaksi diukur
dengan fotometer.
Interpretasi:
- Normal : 100-190 U/L
- LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi,
tetapnormalpada penyakit sendi generatif.
1. Tes Faktor Rematoid (RF)
Prinsip : faktor rematoid dapat dideteksi dengan menggunakan
suspensi granul plastik yang dilapisi gamma globulin manusia
dan akan beraglutinasi jika ada faktor rematoid.
Interpretasi :
- Normal: Aglutinasi negatip : kadar RF < 8 IU/L
- Aglutinasi+ (RF+) : > 60% ditemukan pada cairan sendi dan
serum pada penderita RA.
- Positip palsu : SLE, hepatitis, limfoma, skleroderma dan penyakit karena
infeksi.
2. Tes CRP:
Prinsip: reaksi aglutinasi terjadi akibat adanya inflamasi atau
nekrosis jaringan.
Interpretasi :
- Normal Aglutnasi negatip: kadar CRP < 6 mg/l
- Aglutinasi positip:
- > 70 % penderita pada RA aktif,
- Demam rematik
- Keganasan
- Infeksivirus
- TBC
- Kerusakan jaringan dan inflamasi
3. Tes ANA
Prinsip :
Metode sandwich : Ag + Ab + anti IgG warna biru, baca
dengan reader immunoassay
OD sampel/OD kalibrator = jumlah ANA
Interpretasi:
- Jumlah ANA < 1 : negatip
- Jumlah ANA > 1 : positip
- Positip > 70% ditemukan cairan sendi penderita SLE dan >
20% pada penderita RA
Tes ini dilakukan bila ada dugaan kelainan sendi disebabkan
infeksi (artritis GO atau artritis TBC).
1. Pewarnaan Gram
Prinsip :
- bakteri Gram+ akan tetap mengikat warna ungu meskipun
ada penambahan alkohol dan fuschin/safranin.
- bakteri Gram- akan melepaskan warnaungu dengan
adanya penambahan alkohol dan akan mengikat
fuschin/safranin menjadi warna merah
Interpretasi:
- Gram+ (bakteri bentuk batang) : pada artritis TBC
- Gram – (bakteri bentuk kokus) : pada artritis GO
2. Pewarnaan tahan asam.
Prinsip : kuman akan mengambil warna sesuai sifatnya.
Interpretasi :
- Basil tahan asam (+) : basil terlihat berwarna merah.
- Basil tidak tahan asam : badan basil akan berwarna biru.
Tes Normal Non Inflam Inflamasi Septik hemoragik
Volume < 3,5 ml > 3,5 ml >3,5 ml > 3,5 ml > 3,5 ml