Pengertian Kerangka Karangan
Pengertian Kerangka Karangan
Mengapa metode ini sangat dianjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka
yang baru mulai menulis?
Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan yang
tidak perlu dilakukan. Atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau
kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut:
a. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai m
elalui topik tadi.
c. Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik
yang telah tercatat pada langkah kedua di atas.
e. Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu
menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua
perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan
mempergunakan semua langkah di atas.
Pola Susunan Kerangka Karangan
1 Pola Alamiah
Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
b. Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke
sebab.
e. Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian
berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal.
f. Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan
apakah suatu barang atau hal yang suda dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan
akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh pembaca.
Macam-macam Kerangka Karangan
Macam-macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu:
1 Berdasarkan Perincian
a. Kerangka Karangan Sementara
Kerangka karangan sementara atau non-formal merupakan suatu alat bantu, sebuah
penuntun bagi suatu tulisan yang terarah.
b. Kerangka Topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang
lengkap.
Penerapan Penyusunan
Untuk menerapkan cara penyusunan kerangka karangan dengan mempergunakan
semua persyaratan sebagai telah dikemukakan di atas, di bawah ini akan dikemukakan
sebuah contoh.
Seorang penulis ingin menggarap sebuah tulisan mengenai lingkungan hidup. Untuk itu
ia menetapkan sebagai topik: "Lingkungan Hidup", sedangkan tujuannya adalah:
"Perusakan lingkungan hidup akan membawa malapetaka, sebab itu harus dipikirkan
pengamanannya dan segera diadakan pemulihan". Dalam tulisan ini ia hanya
membatasi diri pada "lingkungan hidup di negara berkembang". Untuk itu ia
merumuskan tesisnya sebagai berikut:
Untuk memudahkan uraian mengenai penerapan ini contoh yang dikemukakan ini akan
digarap dalam bentuk kerangka sementara berbentuk kerangka kalimat, kemudian
kerangka sementara itu dikembangkan dengan langsung mengemukakan bentuknya
dalam kerangka formal yang dirumuskan dengan kata atau frasa.
Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi mengenai pokok-pokok utama bagi tesis
di atas. Hasil inventarisasi adalah sebagai berikut:
Pencemaran lingkungan hidup bukan lagi merupakan masalah bagi sebuah negara, tetapi sudah
merupakan masalah internasional.
Kalangan industri di negara maju merasakan kebutuhan yang mendesak untuk segera
menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Negara berkembang juga menyadari adanya masalah lingkungan hidup, tetapi sifatnya lain dari
negara maju.
Negara berkembang perlu mencari cara yang tepat untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan hidup.
Persoalan lingkungan hidup pada negara berkembang lain bila dibandingkan dengan masalah
itu pada negara maju.
Masalah lingkungan hidup telah tercatat enam ribuan tahun yang lalu di Mesopotamia.
Penulis mencoba menilai semua topik di atas. Topik no.3 dapat diabaikan karena menyangkut
negara maju. Topik no. 1 dan 4, serta no. 5 dan 7, sebenarnya sama, sebab itu perlu dibuat
perumusan baru untuk menggabungkan keduanya. Sebaliknya topik no. 8 merupakan topik
bawahan dari topik nomor 2.
Hasil evaluasi itu dinyatakan dengan coretan-coretan dan catatan sebagai
berikut:
IV. Perlu diambil kebijaksanaan segera oleh negara berkembang untuk memperbaiki
lingkungan hidup.
Dengan mempergunakan kerangka yang final ini penulis mulai mencoba menggarap
secara mendetail. Supaya pertimbangan isi antara bagian-bagian di atas terjamin baik,
ia harus merencanakan pula besarnya karya ilmiah tersebut. Bila diminta menulis
sebuah karya tulis yang besarnya 100 halaman, maka ia harus merencanakan berapa
halaman untuk Pendahuluan, berapa untuk gagasan I, berapa untuk gagasan II dan
seterusnya. Misalnya ia merencanakan: Pendahuluan diperkirakan 10 halaman, termasuk
gagasan I; gagasan II direncanakan 20 halaman, gagasan III 30 halaman, gagasan IV
35 halaman, sedangkan Kesimpulan 5 halaman. Inilah sasaran yang harus dicapainya.
Dalam kenyataan Pendahuluan mungkin mencapai 12 halaman, gagasan II mencapai 22
halaman, gagasan II mencapai 35 halaman, gagasan IV mencapai 35 halaman,
sedangkan Kesimpulan mencapai 4 halaman. Bersama-sama mencapai 108 halaman.
Namun jumlah halaman itu tidak jauh berbeda dengan rencana semula.
Kerangka sementara di atas oleh penulis dapat dikembangkan lebih lanjut untuk
memperoleh sebuah kerangka formal. Di bawah ini akan langsung diberikan
penyusunan kerangka formal yang dirumuskan dengan mempergunakan kata atau
frasa.
KESIMPULAN
Seperti tampak dari contoh di atas, kerangka topik tidak lebih baik
kemanfaatannya dari kerangka sementara, tetapi kelebihannya adalah
bahwa lebih jelas ia merumuskan hubungan-hubungan kepentingan antar
gagasan.
Syarat-syarat Kerangka yang baik
a. Tesis atau Pengungkapan maksud harus jelas
Oleh sebab itu kerangka karangan yang disusun secara logis dan teratur
mempersoalkan tiga hal, yaitu:
(1) apakah tiap unit yang lebih tinggi telah diperinci secara maksimal;
(2) apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit
atasan langsungnya;
(3) apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur.