Anda di halaman 1dari 35

OLEH : dr. M.

Farid Musalim Sp,An


PENDAHULUAN

Penyakit jantung merupakan penyebab


nomor satu kematian di dunia

Di jakarta tahun 2008 prevalensi


penyakit jantung sebesar 7.2 %.

40 % penyakit jantung koroner akut


mengalami irama ventrikel takikardi 
ventrikel fibrilasi  asistole.

Terapi optium ventrikel fibrilasi adalah


Resusitasi jantung paru (RJP) atau Cardio
Pulmonal Resucitation (CPR)
BANTUAN HIDUP DASAR
• Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan layanan
kesehatan dasar yang dilakukan terhadap pasien yang
mengancam jiwa sampai pasien tersebut mendapat
pelayanan secara paripurna.

• Secara umum, pengamatan dan intervensi dalam


tindakan BHD merupakan suatu rantai yang tidak
terputus , disebut sebagai rantai kelangsungan hidup
(chain of survival)
KETERLAMBATAN BHD

Keterlambatan BHD Kemungkinan berhasil

1 menit 98 dari 100

3 menit 50 dari 100

10 menit 1 dari 100


Tujuan BHD
1. Mencegah berhentinya sirkulasi
atau berhentinya pernafasan

2. Memberikan bantuan eksternal


terhadap sirkulasi dan ventilasi
dari pasien yang mengalami henti
jantung atau henti nafas melalui
resusitasi jantung paru ( RJP ).
BANTUAN HIDUP DASAR TERKINI

Beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan


panduan BHD yang telah dikenal sebelumnya, seperti:

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera


berdasarkan penilaian respon pasien dan tidak adanya
napas.
2. Perintah “look, listen and feel “ dihilangkan dari algoritma
BHD.
3. Penekanan bantuan kompresi dada yang terus-menerus
dalam melakukan RJP oleh tenaga yang tidak terlatih

American Heart Association telah mengeluakan


pedoman baru BHD sejak Oktober 2015
BANTUAN HIDUP DASAR TERKINI

4. Perubahan urutan pertolongan BHD dengan


mendahulukan kompresi sebelum melakukan
pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan ABC)

5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan


sampai didapatkan kembalinya sirkulasi spontan atau
penghentian upaya resusitasi.

6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas


RJP yang baik.

7. Penyederhanaan Algoritme bantuan hidup dasar.


ALUR BANTUAN HIDUP DASAR

Early access  Pengenalan Kejadian Henti Jantung


& Aktivasi gawat darurat segera

Early CPR  Resustasi jantung paru


segera

Early defibrillation  Defibrilasi segera

Early advance care  ACLS & Post


resustation care
AHA Guidelines 2015
Early acces
Early CPR
Early defibrillation
Early advanced care

American Heart Association 2015


URUTAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR

Cek Respon

“Call for help”


Compression -
Circulation

Airway
Danger
Breathing
Periksa korban
dengan menggoncangkan bahu

Are you all right ?´


Hati-hati kemungkinan
NILAI RESPON PASIEN trauma leher

• Respon (+)  jaga posisi pasien/ posisikan


pada posisi mantap aktifkan sistem respon
gawat darurat Pantau tanda-tanda vital
kontinue hingga bantuan datang.

• Respon (-) Aktivasi sistem respon gawat


darurat mulai alur CABD
EARLY CPR LEARN CPR

CPR

YOU CAN DO IT
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) /
CARDIO PULMONAR RESCUCIATION (CPR)

• RJP adalah suatu usaha mengembalikan fungsi


pernapasan dan fungsi jantung yang
terganggu atau gagal secara mendadak.
Cermat, tetap tenang dan tidak
panik

Cepat, tidak menunda dan hati-hati

Tepat, cara yang ditetapkan tidak


menyimpang dari kaidah yang
berlaku.
INDIKASI RJP

Henti napas.

Henti jantung
Henti napas.

• Penyebab : tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas


akibat benda asing, menghirup asap, keracunan obat,
tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI, dll.

• Tanda –tanda:
 Dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari pasien.
 Pada awal henti nafas oksigen masih di dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan
darah ke otak dan organ vital lainnya.
 Jika pada keadaan ini diberikan bantuan nafas, maka akan
sangat bermanfaat sehingga pasien dapat tetap hidup dan
mencegah henti jantung.
Henti jantung

• Pada saat terjadi henti jantung, secara


langsung akan terjadi henti sirkulasi.
• Henti sirkulasi ini akan dengan cepat
menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen.
RJP tidak diperlukan pada kondisi?

1. Keadaan henti jantung di sarana/fasilitas kesehatan


(disaksikan)  jika kita menyaksikan sendiri keadaan
henti jantung  segera RJP, kecuali pada keadaan sbb:

Ada permintaan dari keluarga inti yang berhak secara sah


memberikan dan menandatangani penolakan tindakan
resusitasi.

Tindakan RJP yang dilakukan membahayakan penolong

Henti jantung pada stadium akhir penyakit / telah mendapat


pertolongan dengan terapi yang maksimal untuk proses
penyakit terminal.
RJP tidak diperlukan pada kondisi?
2. Keadaan henti jantung diluar sarana/fasilitas kesehatan
(tidak disaksikan). Dalam hal ini penolong tidak mengetahui
berapa lama keadaan henti jantung telah berlangsung. Kita
tidak perlu melakukan RJP apabila:

Tanda kematian yang irreversible seperti: kaku mayat, lebam mayat


dan pembusukan telah terjadi

Tindakan RJP yang akan dilakukan membahayakan penolong

Penderita dengan trauma yang tidak bisa diselamatkan seperti hangus


terbakar, dll
KOMPLIKASI RJP
• Fraktur iga & sternum,sering terjadi
terutama pada orang tua, RJP tetap
diteruskan walaupun terasa ada fraktur
iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
• Pneumothorax
• Hemothorax
• Kontusio paru
• Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang
terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar dan limpa.
KAPAN RJP DIHENTIKAN ?

• Asistole yang menetap > 10 menit.


• Tidak ada respon setelah dilakukan tindakan RJP
selama 25-30 menit.
• Secara etik, penolong RJP selalu menerima
keputusan klinik yang layak untuk memperpanjang
atau mengakhiri usaha pertolongan resusitasi.
• Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan
• Ada petugas yang lebih bertanggung jawab atau
kompeten yang menolong
• Penolong Lelah
CIRLULATION Kompresi Jantung

Diberikan pada pasien tanpa nadi

Cek Denyut Nadi

Dewasa (> 1 th) : teraba a. karotis


Bayi (< 1 th ) raba a. brachialis /
a. femoralis
2-3 jari disamping jakun
Lakukan selama 10 detik

Kondisi khusus : bagi penolong awam pasien tidak sadar &


tanpa nafas /pola nafas gasping  langsung kompresi
Kompresi Jantung Pada Dewasa
• Posisi pasien : Permukaan datar & keras
• Posisi penolong berlutut disamping pasien
• Lokasi kompresi dibagian bawah sternum
Telapak tangan saling berkaitan
2 jari diatas ujung bawah tulang dada
• Kompresi dada dengan irama teratur, kecepatan ± 100 x / menit
• Penolong awam : kompresi dada 100 x/ menit tanpa interupsi
• Penolong terlatih : kompresi & ventilasi 30 :2
(setiap 30 kali kompresi, beri 2 napas bantuan)
• Evaluasi nadi setiap siklus kompresi

Kompresi Ventilasi
30 : 2

Perhatikan : recoil dinding dada


KOMPRESI JANTUNG PADA ANAK

Anak usia 1-8 tahun

• Lokasi kompresi disetengah bawah tulang


dada :
Gunakan tumit satu tangan, hindari jari-jari
pada tulang iga anak tekan tulang dada
2,5-4 cm
• Kecepatan kompresi 100x/menit
1 Penolong  Kompresi Ventilasi 30 : 2
2 Penolong  Kompresi Ventilasi 15 : 2
BAYI
• Lokasi setengah bawah sternum bawah
garis intermammaria
• Gunakan 2 jari satu tangan
• Tekan sternum 1,25 -2,5 & angkat
tanpa melepas jari.
• Kecepatan kompresi : 100 x / menit

Bila :
1. Penolong sendirian  kompresi
ventilasi 30 : 2
2. Penolong  Kompresi Ventilasi
15 : 2
AIRWAY
Buka Jalan Nafas

Pada Pasien tidak sadar 


Lidah Jatuh Kebelakang
(obstruksi jalan nafas)
Atasi Dengan
Head tilt – Chin lift
Jaw Thrust

Head tilt – Chin lift Manouver


• Dorong dahi kebelakang – Angkat dagu
• Tidak boleh pada curiga trauma tulang
leher

Jaw Thrust manouver


• Dorong rahang ke depan
• Aman pada kecurigaan trauma
leher
Early Defibrillation
Defibrilasi adalah tindakan
memberikan kejut listrik
pada kasus henti jantung,
sesuai dengan indikasi kejut
listrik.

Alat Praktis Automated External Defibrilator


(AED)
Angka keberhasilan
menurun sebanyak 7-10 %
dalam setiap menit
keterlambatan penggunaan
defibrillator
Early Advance Care
• American Heart Association tahun 2010
• Setelah ROSC  ACLS
Post resuscitation care

• Posisi Miring Mantap


• Persiapan rujuk ke RS
• Evaluasi terus menerus

Posisi Miring Mantap


1. Pastikan lingkungan aman untuk pertolongan
2. Selalu melakukan pemeriksaan sebelum melakukan
suatu tindakan
3. Hindari analisa irama terlalu lama
4. Hindari pemeriksaan denyut yang sering & tidak
tepat
5. Jangan terlalu lama untuk memberikan nafas
bantuan
6. Hindari pemindahan pasien yang tidak perlu
~TERIMA KASIH ~

Anda mungkin juga menyukai