Anda di halaman 1dari 20

SINOPSIS NOVEL

“Daun yang Jatuh Tak Pernah


Membenci Angin “

Nama Kelompok :
Anisa Putriyana (5)
Dewi Wulan Sari (12)
Nauranisa Luthfiana (25)
Suci Rahmadina (32)
“Daun yang jatuh tak
pernak membenci
angin. Dia
membiarkan dirinya
jatuh begitu saja. Tak
melawan.
Mengikhlaskan
semuanya.”
RESENSI NOVEL

1. Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah


Membenci Angin

2. Nama Pengarang : Tere Liye

3. Nama Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

4. Cetakan : Cetakan keempat, Mei 2011

5. Tebal Buku : 264 halaman


SINOPSIS

Novel ini mengisahkan seorang gadis bernama


Tania yang menyukai seorang lelaki tak sebaya
dengannya, selisih umur keduanya adalah 14 tahun.
Sosok lelaki tersebut bagai malaikat yang menjanjikan
masa depannya. Namun pada akhirnya Tania hanya
mampu menimbun mimpi, sehingga iya tidak tahu lagi
mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Keluarga Tania adalah keluarga miskin yang selama
tiga tahun hidup di sebuah lahan kosong pinggiran kota
Depok, beralaskan dan beratapkan kardus, dengan sebuah
pohon linden pada halamannya. Berawal dari kisah masa
kecilnya yang sulit, dia harus menjalani hidup sebagai
pengamen ibukota. Bersama adiknya, Dede, menyanyikan
lagu sambil memainkan kecrekan dari satu bis kota ke bis
kota lain. Ketiadaan ayah sedari mereka balita yang
membuat hidup mereka sulit.
Sampai suatu ketika nasib mereka berubah, saat
Tuhan menyampaikan takdirnya lewat seorang
penumpang bis kota yang selanjutnya dijuluki
malaikat oleh dua kakak beradik ini. Danar, lelaki
berusia 20 tahunan yang mereka temui di bis kota.
Danar adalah nasib baik dan dia juga akan menjadi
tokoh dalam kisah cinta Tania. Danar yang sedari
kecil tidak memiliki keluarga merasa sangat senang
bertemu dengan keluarga Tania.
Apalagi orang tua Tania, dia mengganggap sebagai
ibunya sendiri. Mencium tangannya, memberikan
modal untuk membuat usaha kue dan mengajak Tania
dan Dede kembali ke bangku sekolah. Dia pun
menyatakan kesanggupannya untuk membiayai
kehidupan keluarga ini. Kebaikannya terus dia berikan
hingga kedua anak itu beranjak dewasa. Lalu datanglah
masa dimana Tania mulai menyadari makna dari rasa
kagumnya, “Cinta” begitu ia menamakannya.
Rasa kagum yang dimaknai cinta tersebut membawa
Tania kedalam rasa cemburu yang tak terbendung saat Tania
melihat Om Danar bersama dengan pacarnya, Tante Ratna.
Kemesraan yang disaksikan Tania saat itu, benar-benar
membakar emosinnya. Seketika hati kecil Tania tak terima
saat Om Danar menggandeng Tante Ratna. Posisi Tania
diambil oleh Tante Ratna. Sejak saat itulah dia mulai merasa
cemburu. Kehidupan Tania saat ini memang sudah mulai
membaik. Ibunya yang dulu berprofesi sebagai seorang
pencuci baju, sekarang sudah memilki usaha kue yang
lumayan laris.
Dede juga sudah sekolah, begitu juga Tania. Ia tumbuh menjadi

gadis yang pandai, dan rumah yang ditempati keluarga Tania

saat ini bukan lagi rumah kardus, tetapi sudah bisa membeli

sebuah kontrakan yang layak. Akan tetapi apalah kuasa

manusia, takdir berkata lain, Tere Liye kembali

menggambarkan kesedihan Tania setelah kehidupannya mulai

membaik dengan kepergian Ibu Tania untuk selamanya.

Disinilah sosok Om Danar mengutarakan kata-kata filosofis

itu “ Daun yang JatuhTtak Pernah Membenci Angin”, Liye

memisahkan Tania dengan Om Danar sebelum mereka saling


Selain itu karena dikisahkan Tania adalah anak yang
pandai Tere “Awalnya Tania tidak mau pergi ke
Singapura namun karena hal tersebut merupakan
permintaan Oom Danar, akhirnya Tania bersedia
untuk berangkat ke Singapura karena dia sudah
bersumpah untuk menuruti kata-kata Oom
Danar”.Di Singapura Tania mulai bisa sedikit demi
sedikit melupakan kesedihan kenangan bersama
ibunnya. ia menjalani profesinya sebagai seorang
pelajar, tepat di ulang tahunnya yang ke-17 tahun,
Om Danar memberi Tania sebuah liontin yang
berinisial “T”.
Tania begitu senang karena mendapat liontin istimewa dari
Om Danar tetapi setelah mengetahui bahwa adik juga
ibunya diberi liontin, Tania merasa tidak istimewa lagi.
Kesedihan Tania bertambah menyayat ketika mendengar
kabar bahwa Om Danar dan Tante Ratna akan segera
menikah. Tak kuasa menahan kesedihannya, tiba disaat
pernikahan Om Danar dan Tante Ratna, Tania sengaja tidak
mau datang ke resepsinnya. Tania berusaha mengikhlaskan
meski terus bertanya-tanya kebenaran dari kenyataan yang
ia terima.
Setelah sekian lama murung mendiamkan diri dengan kabar

pernikahan tersebut Tania memutuskan untuk pulang ke

Indonesia atas bujukan Tante Ratna yang belakangan ini sering

curhat tentang carut-marutnya rumah tangga mereka. Pada saat

Tania sudah sampai di Indonesia perasaan keduanya mulai

terungkap dengan diketahuinya keistimewaan kalung Tania,

yaitu ada potongan gambar daun pohon linden yang juga

terdapat pada kalung yang dimiliki Oom Danar, selain itu Dede

adik,
Tania yang sangat cerdik memberitahukan bahwa ia tidak sengaja

membaca file tulisan Om Danar yang diberi judul Cinta dari

Pohon Linden, yang dibuat enam bulan lalu, baru setengah jadi

tetapi menjelaskan semuanya. Novel itu tak akan pernah selesai,

Tak akan pernah. Dan Gadis kecil yang diceritakan Om Danar

dalam file tersebut adalah Tania, bahkan penyebab dari

permasalahan dalam keluarga Om Danarpun adalah perasaannya

terhadap Tania, hanya saja kenapa Om Danar enggan mengakui

perasaannya dan memilih menjawab pernyataan Tania dengan

menikahi Tante Ratna.


“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia

membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan.

Mengikhlaskan semuanya.” "Bahwa hidup harus menerima,

penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti,

pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami,

pemahaman yang tulus.Tak peduli lewat apa penerimaan,

pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat

kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh

sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya,

membawa pergi entah kemana.”


Kali itu Tania benar-benar di buat bingung

oleh kenyataan. Namun, memang cinta tak

harus di miliki oleh keduannya.


UNSUR INTRINSIK
• Tema : Tidak selamanya cinta harus memiliki

• Tokoh dan penokohan :

1. Tania :Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)

Ramah (Disukai banyak orang)

Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang

mencintainya)

2. Dede : Suka iseng

Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)

Sifat polos yang kental

3. Ibu : Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi

membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)

Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)


4. Danar : Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku,

ketika di bis) Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania,

dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna) Bertanggung jawab (Mengurusi

Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal) Tidak jujur atas apa yang di rasakan

dalam hatinya

5. Ratna: Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak

berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk

terhadap Tania dan Danar) Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap

Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar) Sabar (Sabar menunggu

Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah) Baik ( Ikut

menolong Tania dan Dede, serta menemaninya ketika di rumah sakit)


• Latar

1.Latar Tempat : -Rumah Tania/ umah kardus

-toko buku terbesar di kotanya (tempat tania peratama kali pergi bersama danar

tempat yang banyak memiliki arti, tempat tania mengingat semua kenangangan.) . "Setiap malam

aku ke toko buku ini" (hal. 11)

- China Town tempat makan tania, Dede, dan Danar, juga tempat dimana danar

mengakui kalau ia akan menikah dengan Ratna.

-Bandara Changi dimana Danar memberikan liontin istimewa untuk tania.

-Dorm tempat Tania tinggal di Singapura. "Kami dari NUS pulang menuju

hotel, check out sebentar. Lantas buru-buru menuju bandara." (hal.102)

2. Latar waktu : -Di bus saat jam pulang kerja.

-Saat tepat 5 tahun ayah tania meninggal ibu pun mengikuti.

-Saat hari pernikahan Danar dengan Ratna.

-Malam hari saat toko buku hampir tutup saat Tania meningat semua kenangan.

-Keesokannya ketika tania memutuskan untuk pergi


3. Latar suasana : -Bahagia (saat bersama-sama untuk pertama kalinya Danar mengajak Tania dan Dede ke toko buku)

-Cemburu (melihat Ratna dekat dengat Danar)

-Sedih (ketika ibu meninngal, dan menyakitkan saat mengetahui Danar dan Ratna akan
menikah.) "Ibu, izinkanlah aku menangis" (hal.242)

- Rindu (ketika Tania mengingat sosok ibunya yang sudah meninggal)

- Hening (ketika Tania menyadari bahwa selama ini Danar juga mencintainya)

- Tegang (ketika Tania berbicara serius di bawah pohon linden dengan Danar)

• Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama pelaku utama

• Alur : Alur yang dipakai dalam novel ini adalah alur maju mundur.

• Amanat :

a. Tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai jadi kita tidak boleh memaksakan kehendak.

b. Kita tidak boleh menyerah begitu saja percayalah apa yang kita lakukan pasti ada manfaatnya

c. Segala sesuatu sudah ada yang mengatur yang kita perlu lakukan hanyalah berusaha dan berdoa agar semua menjadi
baik.
d. Setiap manusia pasti pernah merasakan kehilangan dan itu sangat menyakitkan, cara satu-satunya adalah
mengikhlaskannya.
e. Cinta tak dapat datang dan pergi begitu saja, tetapi memberikan pelajaran bagi kita untuk bagaimana mempertahankannya.
Kelebihan :

1. Menggunakan bahasa sehari hari sehingga mudah dipahami

2. Cover buku yang menarik

3. Memiliki pesan moral tentang sebuah perjuangan hidup hingga


mencapai kesuksesan dimulai dari nol, keikhlasan melepaskan
sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita. Mengajarkan
bagaimana kekuatan sebuah cinta.

Kekurangan :

1. Alur maju mundur sulit dipahami

2. Terdapat kosa kata yang sulit dipahami

Anda mungkin juga menyukai