Anda di halaman 1dari 44

OM SWASTYASTU

MASALAH GIZI DI
INDONESIA
NAMA KELOMPOK

1. Ni Luh Sri Utami (P07131018004)


2. Ida Ayu Ika Anggelia (P07131018023)
3. Denada dameria simamora (P07131018037)
4. Ni Komang Mariati (P07131018040)
5. Ni Luh Putu Dian Saraswati P. (P07131018049)
6. I Gede Indrawan Adi Utama (P07131018059)
MASALAH GIZI DI INDONESIA

ANEMIA

KEP

KEK

KVA

GAKY

OBESITAS
ANEMIA

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang


terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit) dan/atau
Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada
dibawah nilai normal (kurang darah). Nilai
normal hemoglobin pada pria dewasa 13- 17,5gr/dl pada
wanita dewasa 12-15,5 gr/dl.
FAKTOR MASALAH ANEMIA

1. Asupan Fe yang tidak memadai

Hanya sekitar 25 persen WUS memenuhi kebutuhan


Fe sesuai AKG (26 mikrogram/hari).Secara rata-rata ,wanita
mengonsumsi 6,5 µg Fe perhari melalui diet makanan.
Adapun makanan yang mengandung Fe mesti sering
dikonsumsi sebagai contoh makanan berupa daging yang
mengandung banyak Fe yakni daging sapi,ayam,ikan,telur.
Dan makanan non daging yang mengandung Fe seperti biji-
bijian,sayuran dan buah
Lanjutan..

2. Peningkatan kebutuhan fisiologi

Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk


memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah,
untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta,dan untuk
menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan
absorpsi Fe selama trimester II kehamilan membantu
peningkatan kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan
hubungan antara suplementasi Fe selama kehamilan dan
peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan
dapat meningkatkan berat lahir bayi dan usia kehamilan.
Lanjutan

3. Kehilangan banyak darah

Kehilangan darah terjadi melalui


operasi,penyakit,dan donor darah. Pada
wanita,kehilangan darah terjadi melalui
menstruasi.Wanita hamil juga mengalami perdarahan
saat dan setelah melahirkan. Efek samping atau akibat
kehilangan darah ini tergatung pada jumlah darah yang
keluar dan cadangan Fe dalam tubuh.
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN
(KEP)

Kekurangan energi protein adalah keadaan


kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes,
1999). Malnutrisi energi protein adalah seseorang yang
kekurangan gizi yang disebabkan oleh konsumsi energi
protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan
penyakit tertentu. (Suparno, 2000).
PREVALENSI KEP

Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada


tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita KEP) 3,5
juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1.5 juta
anak gizi buruk (8,3%). Sedangkan pada tahun 2005
terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk yaitu menjadi 19,2% dan 8,8%. Angka prevalensi
KEP pada tahun 2002 sebesar 27,3% menjadi 27,5% dan
28% pada tahun 2005 (Depkes, 2006).
FAKTOR MASALAH KEP

Faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan


energi protein menurut Nazirudin (1998) yaitu:
a. Sosial ekonomi yang rendah.
b. Sukar atau mahalnya makanan yang baik.
c. Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi.
d. Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare).
e. Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap
makanan (missal: tidak makan daging atau telur disaat
luka).
GEJALA KEP

1. Kwashiorkor
-Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung
kaki (dorsum pedis)
-Wajah membulat dan sembab
-Pandangan mata sayu
-Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung,
mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
-Perubahan status mental, apatis, dan rewel
-Pembesaran hati
Lanjutan…

-Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa


pada posisi berdiri atau duduk
-Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas
dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas (crazy pavement dermatosis)
-Sering disertai :
• penyakit infeksi, umumnya akut
• anemia
• diare.
Lanjutan…

 2. Marasmus
 - Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
 - Wajah seperti orang tua
 - Cengeng, rewel
 - Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
 - Perut cekung
 - Iga gambang
 - Sering disertai:
 - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
 - diare kronik atau konstipasi/susah buang air
Lanjutan …

3. Marasmik-Kwashiorkor:
-Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U
<60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang
tidak mencolok.
DAMPAK KEP

Banyak dampak merugikan yang diakibatkan


oleh KEP, antara lain yaitu merosotnya mutu kehidupan,
terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan
mental anak serta merupakan salah satu penyebab
dariangka kematian yang tinggi (Sihadi, 2000).
PENANGGULANGAN KEP

Agar terhindar dari masalah KEP, ada beberapa pencegahan dan


penanggulangan kasus KEP :
1. Mengkonsumsi makanan minuman yang mengandung sumber
karbohidratt dan protein yang cukup sejak remaja sesui siklus
daur kehidupan.
2. Prilaku hidup bersih dan sehat , cuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dan sebelum makan
3. Perbaikan akses air minum , bersih dan sanitasi lingkungan
4. Prioritaskan perbaikan pada ibu dan anak disertai
pemberdayaan
5. Peningkatan akses informasi gizi yang baik dan sesuai.
Kekurangan Energi Kronis(KEK)

Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang


disebabkan karena kekurangan asupan makanan dalam waktu
yang cukup lama, hitungan tahun. Kondisi kurang energi kronis
(KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita yang
berusia 15-45 tahun. Seseorang yang mengalami KEK biasanya
memiliki status gizi kurang.
Kekurangan energi kronis dapat diukur dengan
mengetahui lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh
seseorang. Ibu yang mempunyai lingkar lengan atas yang
kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ia mengalami kekurangan
gizi kronis.
Faktor Masalah
Menurut Sediaoetama (2000), penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Penyebab Langsung
Peyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola konsumsi dan
infeksi.
2. Penyebab Tidak Langsung
a. Hambatan utilitas zat-zat gizi
b. Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing.
c. Ekonomi yang kurang.
d. Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.
e. Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.
f. Kondisi hygiene yang kurang baik.
g. Jumlah anak yang terlalu banyak
Gejala KEK

Gejala kekurangan energi kronis beragam, antara


lain:
1. Rasa lelah yang berkepanjangan
2. Konsentrasi dan daya ingat menurun
3. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher
atau ketiak
4. Nyeri otot atau persendian tanpa sebab yang
jelas
5. Sering sakit kepala atau sakit tenggorokan
Dampak KEK

Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdampak terhadap ibu


dan calon bayi yang dikandungnya. Dampak tersebut
antara lain kesakitan pada trimester 3 kehamilan,
perdarahan, BBLR, kematian ibu dan bayi. Selain itu KEK
pada ibu hamil juga dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi
Kekurangan Vitamin A (KVA)

 Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang


disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin A yang memadai.
Hal ini dapat menyebabkan rabun senja, xeroftalmia dan jika
kekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akan
mengakibatkan keratomalasia (Tadesse, Lisanu, 2005).
Prevalensi masalah
Kekurangan Vitamin A dalam makanan sehari-hari
menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita di
seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat
(Xeropthalmia) ¼ diantaranya menjadi buta dan 60 % dari yang
buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan
vitamin A menyebabkan anak berada dalam resiko bisa mengalami
kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini
Prevalensi KVA yang tertinggi ditemukan padaanak
prasekolah, ibu hamil dan menyusui. Namun tingkat KVA subklinik
juga terlihat banyak pada anak sekolah dan dewasa di beberapa
lokasi. Data yang selalu tersedia di setiap negara hanyalah
prevalensi dari anak prasekolah yang berarti prevalensi pada
kelompok umurlainnya tidak tersedia. (Bloem, dkk, 1998).
Faktor-faktor
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang,
antara lain :
1. Pola makan atau asupan gizi yang kurang dan pola hidup
masyarakat.
2. Faktor sosial budaya, Yang dimaksud disini adalah
rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan
bergizi bagi pertumbuhan anak.
3. Faktor Pendidikan
4. Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk
5. Faktor infeksi dan penyakit lain
6. Sanitasi Lingkungan
Gejala KVA
Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO
sebagai berikut :
 Buta senja = XN. Buta senja terjadi akibat gangguan pada
sel batang retina.
 Xerosis konjunctiva = XI A.
 Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B. Gejala XI B
adalah tanda-tanda XI A ditambah dengan bercak bitot,
yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama
celah mata sisi luar.
 Xerosis kornea = X2. Kekeringan pada konjunctiva
berlanjut sampai kornea, kornea tampak suram dan
kering dengan permukaan tampak kasar.
LANJUTAN

 Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B. Kornea melunak


seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
 Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea. Kornea tampak
menjadi putih atau bola mata tampak mengecil.
 Xeroftalmia Fundus (XF). Tampak seperti cendolXN, XI A, XI B,
X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan
pengobatan yang baik.
Dampak KVA

 Xeroftalmia dan Keratomalasia : Xeroftalmia berasal dari kata


yunani xeros yang berarti kekeringan, dan olftalmia yang
berarti mata).
 Buta senja (niktalopia) : Yaitu ketidakmampuan menyesuaikan
penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar samar/senja.
 Xerosis konjungtiva dengan bercak bitot : Pada defisiensi
kronis, xerosis konjungtiva tampak sebagai permukaan yang
bergranulasi, kering, dan lainnya.
Lanjutan
 Xerosis, ulserasi, dan nekrosis pada kornea : Xerosis kornea
yang tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan.
 Gangguan pertumbuhan : Kekurangan vitamin A,
menghambat pertumbuhan sel sel, termasuk sel sel tulang.
 Perubahan pada kulit : Kulit menjadi kering dan kasar.
 Infeksi : Fungsi kekebalan penurun pada kekurangan vitamin
A, sehingga mudah terkena infeksi. Disamping itu lapisan sel
yang menutupi trakea dan paru paru mengalami keratinsi,
tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki
mikroorganisme
GAKY

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium atau GAKY merupakan


salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengningat
dampaknya mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas
sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu
perkembangan kecerdasan, perkembangan sosial dan
perkembangan ekonomi.
PREVALENSI GAKY

Data WHO tahun 2005, tercatat ada 130 negara di dunia


mengalami masalah GAKI, sebanyak 48 % tinggal di
Afrika dan 41 % di Asia Tenggara dan sisanya di Eropa
dan Fasifik Barat.1 Banyak negara di dunia yang berhasil
dalam penanggulangan GAKI, seperti Amerika Serikat,
Negara-negara di Eropa Timur, Republik Rakyat China
dan lain-lain, akan tetapi banyak pula Negara yang
kurang berhasil, pada umumnya di Asia dan Afrika salah
satu diantaranya adalah Indonesia.
FAKTOR PENYEBAB GAKY
 Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess :
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI.
 Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat
hubungannya dengan letak geografis suatu daerah.
 Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan.
 Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap
pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap
transportasi hormon.
GEJALA GAKY
 Jika seseorang menderita kekurangan hormon tiroid, maka
akan terjadi gejala di bawah ini:
1. Benjolan di leher.
2. Rambut rontok.
3. Peningkatan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
4. Tubuh terasa lelah dan lemah.
5. Merasa kedinginan.
6. Kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
7. Gangguan menstruasi.
8. Gangguan irama jantung.
9. Penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.
DAMPAK GAKY

Kelompok Rentan Dampak

Ibu Hamil Keguguran

Janin Lahir mati, meningkatkan kematian janin,


kematian bayi, kretin (keterbelakangan mental,
tuli, mata juling, lumpuh spatis), cebol, kelainan
fungsi psikomotor.
Neonatus Gondok dan Hipotiroid

Anak dan Remaja Gondok, Gangguan pertumbuhan fisik dan


mental, Hipotiroid juvenile

Dewasa Gondok, Hipotiroid


OBESITAS

Obesitas adalah kondisi kronis seseorang yang


mengalami masalah berat badan akibat kelebihan
jumlah lemak tubuh dan dapat menyebabkan beragam
gangguan kesehatan. Overweight dan obesitas adalah
suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya
dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit
degenerative (Hasdianah , dkk, 2014).
PREVALENSI OBESITAS

Berdasarkan hasil riset obesitas sentral, keadaan obesitas pada


tahun 2018 mencapai angka 31% pada rentan usia lebih besar atau
sama dengan 15 tahun, dan dari hasil riset proporsi obesitas 2018
pada dewasa kelompok umur lebih dari 18 tahun mencapai angka
21,8%. Kejadian ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
pada tahun 2013 besar kejadian obesitas berada pada angka
26,6% pada kelompok umur lebih besar atau sama dengan 15
tahun, sedangkan pada kelompok umur lebih dari 18 tahun
sebesar 14,8%.
FAKTOR PENYEBAB OBESITAS
 Faktor genetik : Anggota keluarga tidak hanya saling berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup
 Faktor lingkungan : Gen merupakan faktor yang penting dalam
berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga
memegang peranan yang cukup berarti.
 Faktor psikis
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak
wanita muda yang mengalami obesitas, dan bisa menimbulkan
kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa
tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Lanjutan…

 Faktor kesehatan
Selain faktor diatas kesehatan juga merupakan salah satu
pemicu terjadinya obesitas, berikut merupakan beberapa
penyakit yang bisa menyebabkan obesitas yaitu salah
satunya hipotiroidisme.
 Faktor perkembangan
Penambahan ukuran dan jumlah sel-sel lemak menyebabkan
penambahan jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada usia
kanak-kanak memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.
GEJALA OBESITAS
 Sesak napas
Orang obesitas akan merasa sulit bergerak. Lemak di sekitar
leher dan dada bisa menyebabkan napas pendek.
 Mulas
Kelebihan berat badan bisa berkontribusi terhadap gejala sakit
maag seperti, mulas, perut panas, atau nyeri di antara tulang
dada dan daerah tenggorokan.
 Masalah kulit
Obesitas bisa menyebabkan masalahkulit karena beberapa
faktor.peregangan kulit dapatr menimbulkan stretch mark.
LANJUTAN

 Menstruasi tidak teratur


Salah satu penyebab siklus menstruasi yang tidak teratur adalah
perubahan signifikan pada berat badan.
 Sakit lutut
Pada orang obesitas, berat badan memberi tekanan ekstra
hingga membuat lutut dan pergelangan kakibekerja lebih keras
DAMPAK OBESITAS

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang


cukup serius di era milenial ini. Apabila masalah ini tidak
ditangani secara serius maka dapat memicu berbagai
komplikasi dan resiko terhadap peningkatan angka kematian,
resiko penyakit jantung, disabilitas,peningkatan angka
kesakitan, resiko kanker,demensia, resiko terkena
GERD(refluks esophagus), batu saluran empedu, penyakit
hati,penyakit ginjal kronik, batu ginjal, infertilitas pada laki-
laki, nyeri pinggang belakang, fraktur dan oesteoartritis.

Anda mungkin juga menyukai