Anda di halaman 1dari 18

Definisi

◦ Gagal ginjal kronis menurut Tao & Kendall (2014, h.154) disebut juga penyakit ginjal kronis (CKD;
chronic kidney diease) ditandai oleh penurunan fungsi ginjal yang cukup besar, yaitu biasanya hingga
kurang dari 20% nilai GFR yang normal, dalam periode waktu yang lama (biasanya > 6 bulan).
Etiologi

◦ Infeksi
◦ Penyakit peradangan
◦ Penyakit vaskuler hipertensif
◦ Gangguan jaringan
◦ Gangguan konginital
◦ Penyakit metabolik misal DM
◦ Nefropati toksik
◦ Nefropati obstruktif
Manifestasi klinis
◦ Kelainan hemopoisis: anemia, defisiensi eritopoitin
◦ Kelainan saluran cerna: mual, muntah
◦ Kelainan mata
◦ Kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema
◦ Kelainan kulit : gatal-gatal, bersisik
◦ Neurologi: kelemahan, keletihan
Patofisiologi
◦ Di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring guna
mengeluarkan produk sisa darah.
◦ Peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di sebagian besar tubuh.
◦ Jika pembuluh darah di ginjal rusak, maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan
cairan esktra dari tubuh.
◦ Berdasarkan proses perjalanan penyakit hipertensi pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila
nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal
kronik yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi.
Pemeriksaan diagnostik
◦ Pielografi retrograd yaitu untuk memvisualisasi saluran kemih prosedurnya dilakukan dengan kateterisasi uretra, injeksi kontras dan film sinar x struktur ginjal
◦ Pielografi intravena (IVP)
◦ Kidney, ureter, bladder (KUB)
◦ CT scan
◦ Angiorafi ginjal yaitu untuk memvisualisasikan sirkulasi ginjal
◦ Ultrasonografi
◦ Biopsi ginjal
◦ Sistoskopi yaitu untuk pemeriksaan langsung pada kandung kemih
◦ Uji laboratorium
◦ Uji darah (BUN dan kreatinin)
◦ Uji fungsi ginjal
◦ Kreatinin serum (pria 0,85-1,5 mg/ 100 ml, wanita 0,7-1,25)
◦ BUN 5-20 mg/ 100 ml yaitu ekskresi ampas nitrogen
◦ Berat jenis urine 500-800 mOsm
◦ Klirens kreatinin (pria 90-140 ml/ mnt, wanita 85-125)
◦ Urinaisis yaitu untuk memeriksa sedimen setelah urine disentrifugasi
◦ Spesimen urine aliran tengah
◦ Urine 24 jam
Pengkajian
◦ Data dasar pengkajian
◦ Aktivitas / istirahat
◦ DS: kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur (insomnia/ gelisah/ somnolen)
◦ DO: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan gerak
◦ Sirkulasi
◦ DS: riwayat hipertensi lama/ berat
◦ DO: HT, nadi kuat, edema jaringan, disritmia jantung, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat,
kuning, kecenderungan perdarahan
◦ Integritas ego
◦ DS: faktor stres, perasaan tidak berdaya, tidak ada kekuatan
◦ DO: menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
◦ Eliminasi
◦ DS: penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung, diare/ konstipasi
◦ DO: perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria dapat menjadi anuria
◦ Makanan/ cairan
◦ DS: peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/ muntah,
rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia) penggunaan deuretik.
◦ DO: disensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembapan, edema (umum,
tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
◦ Neurosensori
◦ DS: skit kepala, penglihatan kabur, kram otot atau kejang, kebas terasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan.
◦ DO: gangguan status mental, contoh: penurunan lapang pandang, perhatian, stupor, koma, kejang, kuku rapuh dan tipis.
◦ Nyeri/ kenyamanan
◦ DS: nyeri panggul, sakit kepala, kram otot
◦ DO: perilaku hati-hati/ distraksi, gelisah
◦ Pernafasan
◦ DS: nafas pendek, dipsnea, nokturnal, paroksimal, batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak.
◦ DO: takipnea, dipsnea, peningkatan/ kedalaman, batuk produktis dengan sputum merah muda encer.
◦ Keamanan
◦ DS: kulit gatal ada / berulang infeksi
◦ DO: pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), nomotermia, patekie, area ekomosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat
kalsium.
◦ Seksualitas
◦ DS: penurunan libido, amenore, infertilitas
◦ Interaksi sosial
◦ DS: kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
◦ Penyuluhan/pembelajaran
◦ DS: riwayat DM, keluarga (resiko tinggi gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria,
maligansi, riwayat terpajang pada toksin. Contoh obat, racun lingkungan, penggunan anti biotik nefrotoksik atau
berulang
Diagnosa yang mungkin muncul
◦ Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan denganpeningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
◦ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
◦ Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
◦ Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, nausea, vomitus,
perubahan membrane mukosa oral.
◦ Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan turgor kulit,
penurunana aktivitas atau imobilisasi.
◦ Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah.
◦ Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
Intervensi keperawatan
◦ Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
◦ Tujuan :
◦ Menghindari resiko penurunan curah jantung
◦ Kriteria hasil :
◦ Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
◦ Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
◦ Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
◦ Tidak ada penurunan kesadaran
◦ Intervensi :
◦ Pantau tanda vital
◦ Pantau tanda penurunan curah jantung
◦ Posisikan head up 30 derajat
◦ Batasi aktivitas
◦ Bantu dalam berativitas
◦ Inruksikan untuk menghindari aktivitas yang beresiko
◦ Kolaborasi pemberian obat penurun tensi
◦ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
◦ Tujuan :
◦ Menurunkan nyeri
◦ Kriteria hasil :
◦ Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
◦ Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
◦ Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
◦ Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
◦ Tanda vital dalam rentang normal

◦ Intervensi :
◦ Kaji karakteristik nyeri
◦ Posisikan pasien dengan nyaman
◦ Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
◦ Ukur TTV
◦ Kolaborasi obat penurun tensi
◦ Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
◦ Tujuan :
◦ mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
◦ kriteria hasil :
◦ memepertahankan pembatasan diet dan cairan
◦ menunjukan turgor kulit normal tanpa edema
◦ menunjukan tanda-tanda vital normal
◦ menunjukan tidak adanya distensi vena leher
◦ Intervensi :
◦ Kaji status cairan
◦ Timbang berat badan harian
◦ Keseimbangan masukan dan haluaran
◦ Turgor kulit dan adanya edema
◦ Distensi vena leher
◦ Tekanan darah, denyut dan irama nadi
◦ Batasi pemasukan cairan
◦ Identifikasi sumber potensial cairan
◦ Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai pembatasan cairan
◦ Tingkatkan dan dorong oral hiegyne oral dengan sering
◦ Berikan medikasi antihipertensi sesuai indikasi
◦ Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Nausea, vomitus,
perubahan membran mukosa oral.
◦ Tujuan :
◦ Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
◦ kriteria hasil :
◦ Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis yang tinggi
◦ Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
◦ Melaporkan peningkatan nafsu makan menunjukan tidak adanya penurunan berat badan yang cepat
◦ Intervensi :
◦ Kaji status nutrisi
◦ Kaji pola diet nutrisi pasien :
◦ Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi :
◦ Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
◦ Anjurkan makanan yang tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantaranya waktu makan
◦ Jalaskan rasional pembatasan diet dan hubungnnya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea
dan kadar kalium
◦ Berikan anti emetik sesuai dengan indikasi
◦ Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan turgor kulit,
penurunan aktivitas atau imobilisasi.
◦ Tujuan :
◦ Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
◦ Kriteria hasil :
◦ Mempertahankan kulit utuh
◦ Menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah
◦ Kerusakan/cedera kulit.
◦ Intervensi :
◦ Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular. Perhatikan kemerahan, eksoriasi. Observasi
terhadap ekimosis, purpura.
◦ Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa.
◦ Inspeksi area tergantung terhadap edema
◦ Ubah posisi dengan sering, gerakan pasien dengan perlahan: beri bantalan pada tonjolan tulang dengan
kulit domba, pelindung siku/tumit.
◦ Berikan peralatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim ( mis, lanolin, aquaphor ).
◦ Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ganggaun mekanisme regulasi
◦ Tujuan :
◦ menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
◦ Kriteria hasil :
◦ haluaran urin adekuat, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
◦ Intervensi :
◦ Awasi tanda-tanda vital bandingkan dengan hasil normal sebelumnya
◦ Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi dapat di gunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah (misalnya tekanan
darah < 90 mmHg, dan nadi > 110 di duga 25 % penurunan volume atau kurang lebih 1000 ml)
◦ Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental, kelembaban, gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat, takipnea, peningkatan suhu
◦ Observasi perdarahan sekunder misalnya hidung atau gusi, perdarahan terus menerus dari area
suntikan, ekimosis setelah trauma kecil.
◦ Hindari kafein dan minuman karbonat
◦ Berikan cairan atau darah sesuai indikasi :
◦ Awasi pemeriksaan laboratorium
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai