Anda di halaman 1dari 23

PENATALAKSAN

AAN FRAKTUR
TERBUKA

EVA ROSALINA
FINALDO ANDILI
DEFINISI

Open fracture atau patah tulang terbuka adalah patah tulang di mana
fragmen tulang yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan
dengan lingkungan luar.

Catatan 1. Batas pemisah dengan dunia luar adalah kulit.


2. Bila luka terbuka : disebut patah tulang terbuka
Bila luka lecet : disebut patah tulang terbuka potensial
(patah tulang terancam terbuka)
PATOFISOLOGI

Adanya trauma dengan energi tinggi, sering diakibatkan oleh


hantaman langsung, misalnya jatuh dari motor atau
kecelakaan lalu lintas.

GEJALA KLINIS
Terdapat tanda tanda patah tulang dengan luka di
daerah patah tulang.
Deskripsi

Hantaman berenergi tinggi dapat menyebabkan pasien open fracture dpt


mengalami komplikasi, yaitu:

• Fracture and injuries


Tulang dapat patah scr menyilang, memanjang, atau menjadi serpihan yg
dapat merobek jaringan halus dan kulit dari dalam hingga terekspos keluar
• Kontaminasi
Lingkungan saat open fracture terjadi, misalnya tanah, lumpur, pecahan kaca,
kondisi jalanan turut menyebabkan luka mudah terkontaminasi
• Infeksi
Infeksi dapat terjadi sebelum atau sesudah tindakan penanganan open
fracture.
KLASIFIKASI OPEN FRACTURE
(MENURUT GUSTILO DAN ANDERSON

GRADE 1

Garis patah sederhana


Ukuran luka kurang atau sama
dengan 1 cm
Luka bersih
GRADE 2

Garis patah sederhana


ukuran > 1 cm
Tanpa kerusakan jaringan lunak
yg luas
GRADE 3
3A. Trauma krn hantaman kuat, patah
tulang masih dpt ditutup dgn jaringan
lunak

3B. Tulang terbuka, tdk ditutup jaringan


lunak, kontaminasi serius, memerlukan
tindakan flap dan skin graft

3C. Terdapat kerusakan parah pd


pembuluh darah arteri yg memerlukan
perbaikan, beresiko besar amputasi dan
infeksi.

PDT RSSA
PENATALAKSANAAN
1. ASSESMENT AWAL PENEGAKAN DIAGNOSA, LIVE SAVING DENGAN MENGACU PADA ABC
(AIRWAY, BREATH, CIRCULATION)

EMERGENCY ROOM MANAGEMENT (GOLDEN PERIODE SETELAH FRAKTUR


ADALAH 6 JAM)

PEMBERIAN ANTIBIOTIKYANG TEPAT

2. DEBRIDEMENT DAN IRIGASI MEMBUANG JARINGAN MATI PADA DAERAH FRAKTUR MAUPUN BENDA
ASING.

MENCUCI DAERAH LUKA UNTUK MENGURANGI KEPADATAN KUMAN DGN


CAIRAN FISIOLOGIS

3. STABILISASI FRAKTUR UNTUK OF TIPE 1 DAN 2 DIPERTIMBANGKAN FIKSASI DALAM. TIPE OF 3


DIANJURKAN UNTUK FIKSASI LUAR

4. PENUTUPAN LUKA REKONSTRUKSI JARINGAN DAN KULIT

5. REHABILITASI MENGEMBALIKAN FUNGSI GERAK SECARA OPTIMAL


Tujuan Penanganan Fraktur

1. Life saving  Prioritas utama

2. Limb saving

 Penanganan Nyeri (Relieve pain)

 Mengembalikan fungsi (Restore optimum function)

 Tindakan Non Operatif

 Tindakan Operative
Pertolongan Pertama (First Aid)
 Life Saving  ABCD
 Obstructed Airway
 Shock : Perdarahan Interna /External
 Limb Saving
 Reliave pain Splint & analgetic
 Pergerakan fragmen fr
 Spasme otot
 Udema yang progresif.
 Transportasi penderita Dont do harm
Pengelolaan Fraktur
Prinsip : 4 R
 R 1 = Recognizing = Diagnosa
 Anamnesa, PE, Penunjang
 R 2 = Reduction = Reposisi
 Mengembalikan posisi fraktur keposisi sebelum fraktur
 R 3 = Retaining = Fiksasi /imobilisasi
 Mempertahankan hasil fragmen yg direposisi
 R 4 = Rehabilitation
 Mengembalikan fungsi kesemula
Reduction (Reposisi Fraktur)

 Mengembalikan posisi fraktur keposisi semula

 Idealnya: Kembali ke posisi anatomis


 Angulasi tidak ada

 Rotasi tidak ada

 Metode reposisi
 Reposisi tertutup

 Reposisi terbuka  Dengan pembedahan


Reposisi Tertutup
 Tanpa pembiusan
 Fraktur masih fase shock

 Fr. yang sedikit bergeser dll

 Dengan pembiusan
 Anestesi lokal

 Anestesi umum

 Teknik
 Dengan tarikan, tekanan secara perabaan

 Memakai C Arm (Portable radiologis)


Indikasi Reposisi Terbuka
 Gagal reposisi tertutup

 Avulsion fracture

 Fr Patela & Fr Olecranon

 Epiphyseal fracture

 Interposisi Jaringan

 Disertai gangguan vascular

 Fraktur Patologis
Reposisi Terbuka
 Teknik

 Tulang dicapai dengan melalui pembedahan

 Harus selalu menjaga perdarahan

 Pada fraktur terbuka harus didahului dengan:

 Dilusi / irigasi  “Dilution is a solution to polution”

 Debrideman

 Reposisi
Retaining (Imobilisasi)

 Mempertahankan hasil reposisi sampai tulang menyambung

 Kenapa reposisi harus retaining


 Manusia bersifat dinamis

 Adanya tarikan tarikan otot

 Agar penyembuhan lebih cepat

 Menghilangkan nyeri
Cara Retaining (Imobilisasi)

 Isitrahat

 Pasang splint / Sling

 Casting / Gips

 Traksi  Kulit atau tulang

 Fiksasi pakai inplant


Sling / Split

 Sling : Mis Arm Sling

 Splint
Cara Imobilisasi

 Casting / Gips

 Hemispica gip

 Long Leg Gip

 Below knee cast

 Umbrical slab
Retaining (Imobilisasi)

Traksi

 Cara imobilisasi dengan menarik bahagian proksimal dan distal secara terus

menerus.

1. Kulit

2. Tulang
Retaining (Imobilisasi)

 Fiksasi pakai inplant


■ Internal fikasasi

■ Plate/ skrew

■ Intra medular nail  Kuntsher Nail

■ Ekternal fiksasi
Rehabilitasi
 Mengembalikan fungsi organ fraktur kembali normal
 Otot  supaya jangan atropi (mengecil)
■ Isometric Exersice

■ Isotonik Exersice

 Sendi  supaya jangan kaku

 Bentuk latihan
 Latihan sendiri

 Bantuan orang lain (Fisioterapist)

 Perangsangan Elektrik & Physical Therapy


Fase-fase Penyembuhan Luka
Fase inflamasi (0-3 hari)
• Merupakan respon normal dari tubuh terhadap luka. Pada fase ini tubuh melindungi tubuh dengan mengaktivasi substansi
kimia tubuh seperti panas (kalor), kemerahan (rubor), nyeri, pembengkakan (tumor). Pus luka biasanya mulai timbul sebagai
respon normal.

Fase Proliferasi (3-24 hari)


• Saat inilah luka akan mulai sembuh. Tubuh akan membentuk jaringan pembuluh darah baru yang melapisi permukaan luka.
Hasilnya, luka akan bertambah kecil seiring dengan masa penyembuhan.

Fase maturasi (24-365 hari)


• Fase ini merupakan akhir dari masa penyembuhan, saat jaringan parut mulai terbentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka


1. Nutrisi atau status gizi pasien
2. Usia
3. Penyakit penyerta
4. Lokasi luka
5. Kebiasaan pasien (perokok)
6. Pasien dalam penatalaksanaan obat tertentu (immunosupresan, cytotoxin, steroid)

Anda mungkin juga menyukai