Anda di halaman 1dari 23

Diklivianto

2009.04.0.0043
Adalah : tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring yang melapisi permukaan nasofaring.

Insidensi:

• ♂ : ♀ = 3:1
• Umur rata-rata= 30-50 tahun
• Banyak pada etnis Asia (Cina)
Penyebab belum jelas, diduga dipengaruhi :
 Faktor genetik
 Faktor virus : Epstein Barr Virus (EBV)
buktinya dengan ditemukan :
1. antibody terhadap antigen EBV dalam serum.
2. antigen inti EBV dalam sel tumor nasofaring
3. DNA EBV pada jaringan kanker nasofaring
4. mRNA – EBV di sel kanker nasofaring
 Faktor lingkungan
karsinogen lingkungan dapat sebagai kofaktor
atau promotor timbulnya KNF
- ikan atau udang yang diawetkan
- rokok (49,38%), alkohol
- makanan yang pedas atau panas
- jamu, kondisi lingkungan yang buruk
- gizi yang kurang (defisiensi vit A,B,C,E)
Nasofaring = Rinofaring = Epifaring :

Ruang yang terletak


- di bawah tengkorak,
- di belakang kavum nasi,
- di atas palatum.
 Anterior : koane / nares
posterior
 Posterior : setinggi kolumna
vertebra C1-2
 Inferior : dinding atas
palatum mole
 Superior : basis kranii (os
occipital & sfenoid)
 Lateral : fossa Rosenmülleri,
tuba eustachius kanan & kiri
 fossa Rossenmülleri – resesus faringealis
epitel peralihan : epitel berlapis pipih & epitel silindris
bersilia.
 foramen laserum, lubang Infiltrasi ke endocranium
 Foramen jugulare, sindrom Jackson
penyebaran ke kelenjar faring lateral di dan sekitar
selubung karotis atau jugularis pada ruang
retroparotis akan menyebabkan kerusakan saraf
otak ke IX, X, XI dan XII
 aliran limfe menyilang melewati garis tengah
tubuh,komplek dan membentuk pleksus yng saling
menyilang – metastasis ke leher
kontralateral/bilateral
Mukosa nasofaring dibentuk oleh epitel :
 Epitel berlapis silindris bersilia yang ke arah
orofaring akn berubah menjadi epitel gepeng
berlapis.
 Epitel gepeng berlapis pada sebagian besar dinding
belakang nasofaring, sisanya epitel selapis silindris
bersilia.
 Epitel peralihan (transitional ephitelium)didapatka
diantara epitel-epitel diatas dan terutama didinding
lateral didaerah fosa rosenmuller.
• Fossa Rossenmülleri
(tersering)
• Sekitar tuba Eustachius
• Dinding belakang
nasofaring
• Atap nasofaring
Klasifikasi WHO (1982)
• Tipe WHO 1 : (17,91%)
1. Termasuk Squamous Cell
Carsinoma (SCC)
2. Diferensiasi baik sampai
sedang
3. Sering exophitik

• Tipe WHO 2 :(10,45%)


1. Termasuk
KarsinomaNon
Keratinisasi (KNK)
2. Paling banyak variasi
3. Menyerupai
karsinoma transisional
 Tipe WHO 3 : (71,64%)
 Karsinoma Tanpa Diferensiasi (KTD)
 Termasuk, antara lain : karsinoma anaplastik, “clear cell
ca”, varian sel spindel
 Lebih radiosensitif prognose lebih baik
KLASIFIKASI TNM
 T : menggambarkan keadaan tumor (Primarry Tumor)
 T1 : terbatas pada nasofaring
 T2 : meluas ke orofaring dan/atau fossa nasal
 T2a : tanpa perluasan ke parafaring
 T2b : dengan perluasan ke parafaring
 T3 : invasi ke struktur tulang dan/atau sinus
paranasal
 T4 : tumor meluas ke intrakranial dan/atau
mengenai saraf otak, fossa intratemporal,
hipofaring atau orbita
 N : menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional
 N0 : tidak ada pembesaran kelenjar
 N1 : pembesaran kelenjar ipsilateral < 6cm
 N2 : pembesaran kelenjar bilateral < 6cm
 N3 : pembesaran kelenjar > 6cm atau
ekstensi ke supraclavicular

 M : menggambarkan metastasis jauh


 M0 : tidak ada metastasis jauh
 M1 : terdapat metastasis jauh
STADIUM TNM
Stadium I T1, N0, M0
Stadium II A T2a, N0, M0
Stadium II B T1, N1, M0
T2a, N1, M0
T2b, NO-1, MO
Stadium III T1-2, N2, M0
T3, N0-2, M0
Stadium IV A T4, N0-2, M0
Stadium IV B Semua T, N3, M0
Stadium IV C Semua T, semua N, M1
Gejala dini :
 Gejala hidung,berupa flu kronis, ingus
berbau+bercampur darah, epistaksis.
 Gejala telinga, berupa grebeg-grebeg, pendengaran
berkurang(tipe konduksi), tinnitus, nyeri, dll.
Gejala lanjut :
 Gejala tumor leher, berupa pembesaran KGB leher dapat
tunggal, multipel/berdungkul, kecil sampai besar.
khasnya benjolan terletak dibawah prosesus mastoid,
dibelakang angulus mandibula dan sebelah medial
M.sternokleidomastoid
 Gejala saraf kranial
Sebelum kelumpuhan saraf:
sakit kepala hebat
hipaestesi daerah pipi dan hidung
sulit menelan makanan (disfagi)
Gejala mata, diplopia akibat perluasan tumor melalui foramen
laserum ke endokranial, kelumpuhan N III, IV, VI
Sindrom Jackson, kelumpuhan N IX, X, XI, XII

 Metastase jauh, sering ke tulang, paru dan hepar secara


hematogen.
Gejala Telinga
Gejala Telinga
Gejala Hidung
Gejala Hidung
Tumor Leher
Gejala
Intrakranial

Gejala
Intrakranial
Gejala Hidung
Tumor Leher
 Anamnesa : Usia , Gejala klinik
 Pemeriksaan Fisik :
 Inspeksi : wajah, mata, rongga mulut, leher
 Palpasi : pembesaran KGB leher
 RA, RP, Laryngoscopi

 Pemeriksaan Penunjang :
 X-foto, CT-scan, MRI
 Diagnosa pasti :
 Biopsi
 TBC Nasofaring
 Adenoid persistent
 Angiofibroma Nasofaring Juvenillis
 Tumor neurogenik
 Radiasi
 Kemoterapi
 Pembedahan untuk metastasenya (N)yg tdk
dapat hilang pada radioterapi

Tambahan
 Vaksin dan anti virus
 Umumnya penderita datang pada stadium III/
IV  prognosa buruk.
 Stadium dini  5 ysr : 70-80%
 Stadium lanjut  5 ysr : 15-25% , 50% meninggal
dalam tahun pertama pengobatan.
 Angka bertahan hidup dlm 1 tahun
I : 100%
II : 86,73%
III :71,67%
IV : 41,60%

Anda mungkin juga menyukai