PPT Inversio Uteri
PPT Inversio Uteri
INVERSIO UTERI
Disusun oleh:
ENDAH SRIPUR WATI MUNTHE
NIM: 0141413002
Inversio uteri adalah keadaan uterus yang membalik keluar. Pada situasi yang berat
maka pasien dapat mengalami perdarahan yang hebat, hipotensi dan kadang nadi tidak
tingkat pertama, fundus masuk uteri tetapi belum melewati kanalis servikalis
tingkat kedua, fundus masuk kedalam kavum uteri dan telah berada didalam vagina
tingkat ketiga, fundus uteri mengalami inversio total dan tampak dari luar vagina dan
Mekanisme kelainan ini belum dipahami sepenuhnya. Sebagian inversio berlangsung secara
spontan dan cenderung terjadi kembali pada kelahiran selanjutnya.
1. Faktor Presdiposisi
a. abnormalitas uterus : tali pusat pendak, kelemahan dinding uterus pada tempat
melekatnya plasenta, implantasi plasenta pada fundus uteri, neoplasma uteri
Gejala klinis gangguan ini adalah terjadi spontan atau karena tindakan crede
yang terlalu cepat. Karena adanya tarikan ligamentum infendibulumpelvikum
dan ligamentumrotundun menarik pula peritonium sehingga menimbulkan
rasa nyeri yang dalam, dapat diikuti pendarahan dan syok yang lebih bersifat
syok neourogenik (Manuaba, 2008).
Gejala-gejala:
• Shock
• Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan pada fundus.
• Kadang-kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva ialah fundus uteri yang
terbalik atau teraba tumor dalam vagina.
• Perdarahan.(Fak.Kedokteran UPB.1981)
Diagnosis
• Diagnosis terhadap kondisi ini ditetapkan melalui pemeriksaan fisik pascapartus yang
mendapati fundus uteri tidak teraba di tempat, terdapat lekukan di daerah fundus uteri
berlokasi, dan pemeriksaan dalam dapat diketahui kemungkinan plasenta masih teraba,
teraba benda lunak dalam lingkaran senggama atau masih dalam kavum uteri. (Manuaba,
2008)
Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemasangan infus rangkap,
mempersiapkan transfusi darah yang cukup, pemberian tokolitik (ritodrine, magnesium sulfat). Penghilang rasa
nyeri dengan pemberian petidine atau morfin. Perlu dilakukan pula resposisi lekukan dengan menggunakan
anastesia segera (anastesi umum) dan resposisi pervagina terhadap plasenta secara manual, masase, uterotini,
oxytosin dan metergin. Bila gagal resposisi perlu dilakukan tindakan operasi (transabdomen menurut Haultein,
transvagina menurut Spinelli).
Ketika menghadapi inversio uteri bidan dapat melakukan resposisi dengan memasukan tangan dan
mendorong fundus uteri ketempatnya. Selanjutnya dilakukan masase ringan intrauterine dan memeberi
uterotonika sampai kontraksi timbul dengan kuat baru tangan yang didalam dikeluarkan. Bila inversio uteri
disertai plasenta masih melekat maka plasenta jangan dilepaskan karena bahaya pendarahan yang lebih
besar. Bial telah terjadi kontraksi hingga resposisi sulit dilakukan maka bidan dapat melakukan
pemasangan infus sehingga memudahkan memasukan obat yang diperlukan dan segera konsultasi karena
diperlukan narkosa yang dalam sehingga dapat berhasil melakukan resposisi uteri.
TERIMAKASIH