Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHARUAN

DALAM ISLAM
Oleh :
Guruh Seto P ( D100 160 )
Mohammad Denizra R ( D100 160 183 )
Muhammad Syahid H ( D100 160 )
TAJDID
 Kata pembaharuan dalam bahasa arab dikenal dengan
tajdid, Adapun secara istilahi, sebagaimana ditegaskan
oleh Imam al-Syatibi, seperti dikutip oleh Syaikh Alawi,
tajdid berarti menghidupkan ajaran Quran dan Sunnah
yang telah banyak ditinggalkan umatnya, dan
memurnikan pemahaman dan pengamalan agama Islam
dari hal-hal yang tidak berasal dari Islam. (Alawy bin
Abdul Qadir As Saqaf, 2001: 22)
 Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamar tarjih
ke 22, 1989 di Malang merumus makna tajdid sebagai
berikut, dari segi bahasa, tajdid berarti pembaharuan,
dan dari segi istilah, tajdid memiliki dua arti, yakni : (1).
Pemurnian, (2). Peningkatan, pengembangan,
modernisasi dan yang semakna dengannya.
TUJUAN TAJDID
 Tajdid dengan pengertian seperti itu, bertujuan
untuk memfungsikan Islam sebagai hudan, furqan
dan rahmatan lil alamin, termasuk mendasari dan
membimbing perkembangan kehidupan
masyarakat, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, tajdid, bagi Muhammadiyah,
harus senantiasa berpijak dari Al-Quran dan al-
Sunnah, dan selanjutnya juga bermuara pada
implementasi atas nilai-nilai ajaran Al-Quran dan
al-Sunnah.
RUANG LINGKUP
TAJDID
 Ruang lingkup tajdid dalam Muhammadiyah
meliputi :

1. Pemurnian aqidah dan ibadah, serta pembentukan


akhlak mulia

2. Pembangunan sikap hidup dinamis, kreatif,


progresif, dan berwawasan masa depan.

3. Pengembangan kepemimpinan organisasi dan etos


kerja dalam persyarikatan Muhammadiyah.
MAKNA TAJDID DALAM SEJARAH
ISLAM
 Pada masa modern, tajdid adalah upaya para salafi dan
modernis Islam untuk memperkenalkan pengaruh Islam
dalam kehidupan Muslim. Dengan demikian, ada dua
kecenderungan di sini yakni kecenderungan salafi dan
reformis/modernis

 Pertama, kecenderungan gerakan salafi (seperti Muhammad


Ibn Abdul Wahhab). Gerakan salafi sama sekali tidak
berkaitan dengan pengaruh Barat. Gerakan ini lebih
mengutamakan upaya pemurnian akidah Islam dari bahaya
tahayul dan khurafat, pemurnian ibadah dari bahaya bid’ah.
Gerakan ini berusaha membersihkan praktek dan pemikiran
keagamaan dari unsur-unsur asing dengan menekankan pada
tauhid.
 Kedua, kecenderungan gerakan reformis/modernis
(seperti: Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad
Abduh). Gerakan ini memandang masyarakat muslim
gagal menangkap spirit kemajuan dan perkembangan
dalam seluruh aspek kehidupan yang telah dicapai
Eropa. Para reformis tidak bermaksud mengundang
westernisasi. Mereka justru mengkritik kebutaan dunia
Muslim dalam melihat cara-cara Barat memperoleh
kemajuan, mereka berusaha memperbaiki martabat
kebesaran Muslim dan Arab melalui peremajaan
pemikiran dan praktek Islam. Umat Islam sadar akan
keterbelakangan dan stagnasi budaya dunia Islam.
Pembaharuan di mata reformis/modernis adalah
memperbaharui agama itu sendiri bukan karena Islam
sudah tidak memadai, tetapi karena interpretasi dan
reinterpretasi Islam adalah proses berkesinambungan.
Mereka menganjurkan ijtihad, karena dengan ijtihad,
problem modernitas dapat direspon dengan jawaban
modern.
TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
 A. Ibnu Taimiyah (1263-1328)
 1. Kelahiran dan Pendidikan
 Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus
bin Taimiyah al-Harrani al-Hanbaly atau yang lebih
dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah atau ibnu
Taimiyah. Beliau lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal 661
Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 22 Januari
1263 Miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Pemahaman
agama Ibnu Taimiyah pada awalnya diserap doktrin-
doktrin mazhab Hanbali, yaitu suatu aliran dalam
bidang syari’ah yang terkenal karena besarnya menaruh
hadis setelah Al-Qur’an dalam menentukan hukum
syara’. Pada awalnya Ibnu Taimiyah pertama kali belajar
ilmu agama kepada ayahnya sendiri – Syihabuddin - .
Kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama
terkenal salahsatunya Zainuddin al-Muqaddasyi.
2. Pokok-pokok pembaharuan ibnu Taimiyah

1. Sebagian aktivitasnya diarahkan untuk


memurnikan paham tauhid.

2. Menggalakkan umat islam agar bergairah kembali


menggali ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadits,serta
mendorong mereka melakukan ijtihad dalam
menafsirkan ajaran-ajaran agama.

3. Untuk kembali pada Al-Qur’an dan hadits


diperlukan ijtihad, maka ia menentang taklid.

4. Didalam berijtihad tidak terikat pada madzhab


atau imam.

5. Tidak mendasarkan keputusan hukum berdasar


illat,tetapi berdasarkan hikmah.
B. Muhammad Ibn Abdul Wahhab
(1703-1792)
 1. BIOGRAFI :

 Muhammad bin Abdul Wahab pendiri Gerakan


Muwahidin adalah seorang ulama besar, yang
dilahirkan di Uyainah. Ia dibesarkan dalam lingkungan
kehidupan beragama yang ketat di bawah pengaruh
mazhab Hanbali. Dilihat dari latar belakang
kehidupannya dapat dipahami bahwa beliau ada
kesamaan latar belakang dengan tokoh pendahulunya,
Ibnu Taimiyah.

 Beliau lahir pada tahun 1703 dengan nama lengkap


Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin
Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-
Najdi
2. Pokok-pokok Pembaharuan
Muhammad Ibn Abdul Wahhab
1. Pembaharuan islam yang paling utama
disandarkan pada persoalan tauhid
2. Wahhab sangat tidak setuju dengan para
pendukung tawashshul.
3. Sumber-sumber syari’ah islam adalah Al-Qur’an
dan sunnah.
4. Serupa dengan Ibn Taimiyah , Wahhab
menyatakan pentingnya negara dalam
memberlakukan secara paksa syari’ah dalam
masyarakat dengan otoritas tertinggi ada ditangan
khalifah atau imam yang harus bertindak atas
dasar saran ulama dan komunitasnya.
C. JAMALUDDIN AL-AFGHANI (1839-
1897)
 Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1839 di As’ad
Abad, Afghanistan. Ia berkebangsaan Afghanistan, oleh
karena itu di belakang namanya dicantumkan nisbah negeri
tersebut “Al-Afghani.” Ia dikenal sebagai reformer dalam
dunia Islam, sekaligus sebagai seorang pejuang yang terus
menerus mengobarkan api semangat menegakkan
“kalimatulhaq” kepada siapapun, sampai kepada penguasa
yang zalim.
 Jamaludin Al-Afghani terkenal juga sebagai pengembara yang
tangguh, bukan saja mengembara di negeri-negeri Islam
melainkan ia melakukan pengembaraan ke negeri-negeri non
muslim daratan Eropa. Pengembaraannya ke negeri non
muslim untuk mengenalkan dan menjelaskan hakekat dinul
Islam dan meluruskan pengertian dan persepsi yang keliru
tentang ikhwal Islam. Sedangkan terhadap negara-negara
Islam, beliau kembali mengobarkan semangat jihad
menegakkan kebenaran dan keadilan serta mengobarkan
semangat jihad melawan kaum penjajah.
Pokok-pokok pembaharuan
Jamaluddin Al-Afghani
1. Pentingnya kepercayaan pada akaldan hukum
alam,yang tidak bertentangan dengan kepercayaan
pada Tuhan.

2. Mendukung kebangkitan nasionalisme di mesir


dan india.

3. Menyatakan ide tentang persamaan antara pria


dan wanita dalam beberapa hal.
D. Muhammad Abduh (1848-1905)

 Muhammad Abduh merupakan seorang pemikir


muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas
pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada
tahun 1848 Disebuah desa di propinsi Gharbiyyah,
Mesir. Beliau belajar tentang filsafat dan logika di
Universitas Al-Azhar, Pada 1871, Abduh bertemu
dengan Jamaluddin al-Afghani.dan memperoleh
pengetahuan filsafat, ilmu kalam dan ilmu pasti.
Pokok-pokok pembaharuan
Muhammad Abduh
1. Pembaharuan dibidang pendidikan,salah satunya
modernisasi sistem pendidikan Al-Azhar yang
merupakan jantung umat islam.

2. Pembaharuan di bidang hukum. Sebagai mufti


ditahun 1899, menggantikan syekh Hasunah al-
Nadawi, memberi peluang baginya untuk
mengadakan pembaharuan dibidang tersebut.

3. Wakaf, dengan membentuk majelis administrasi


wakaf dan duduk sebagai anggota.
E. MUHAMMAD RASYID RIDHA
 Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin
bin Baha’uddin Al-Qalmuni Al-Husaini yang
dikenal sebagai Rasyid Ridha (1865-1935). Beliau
merupakan seorang intelektual muslim dari Suriah
yang menegmbangkan gagasan modernisme Islam
yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-afghani
dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari
kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat itu,
dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan
menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara
lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi
secara taklid. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini
dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip
dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam
menghadapi realita modern.
Pokok-pokok pembaharuan Muhammad
Rasyid Ridha
1. Dalam bidang agama, ia menegaskan jika umat islam
ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada
Al-Qur’an dan sunnah dan tidak terikat dengan
pendapatulama terdahulu yang tidak lagi sesuai
dengan tuntutan hidup modern.

2. Dalam bidang pendidikan ia selalu menghimbau dan


mendorong umat islam untuk menggunakan kekayaan
untuk pembangunan lembaga-lembaga pendidikan.

3. Aktif dibidang politik antara lain menjadi presiden


kongres suriah pada tahun 1920, sebagai delegasi
palestina-suriah di janewa tahun 1921,dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai