Anda di halaman 1dari 57

SKENARIO 3

Kelompok 7
Kelompok 7
Yosiene Dhea Elfita - 201910330311067 Aviaska Dhea Yunita - 201910330311095

Alda Raihan Almira - 201910330311032 Bagus Satria Putra Bayu - 201910330311111

Fahreza Hadi Firmansyah - 201910330311046 Muhammad Rizqi Alhakimi - 201910330311114

Hafsah Tamimi Humaira - 201910330311002 Nabilah Fikri Alimah - 201910330311109

Rufaidah Ashfahani Faisal - 201910330311048 Sandy Perdana Fian Putra - 201910330311073

Salsabila Firdausy - 201910330311033 Achmad Rizki Pratama - 201910330311134


Doa belajar
‫ساني يَ ْف َق ُهوا َق ْولي‬ ِّْ ‫صدْري َويَس ِّْر لي أ َ ْمري َوا ْح ُل ِّْل ُع ْقدَةَ م‬
َ ‫نل‬ َ ‫ح لي‬
ِّْ ‫َربِّ اش َْر‬

Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani


yafqohu qoulii’
“Ya Allah, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku”
◦(QS. Thoha: 25-28)
Doa Belajar
‫ـاور ُزقنـيِّ فَه ًمـا‬ َ ‫ربِّ زدِّ نيِّ عل ًم‬
ً‫ل‬
ِّ ‫سه‬ َِّ ‫ن إذَا شئ‬
َ ‫ت‬ َِّ ‫لً َِّو أَن‬
َِّ ‫ت تَجِّعَ ُِّل ال َحز‬ ِّ ‫سه‬ َ ‫اَللَّ ُه َِّّم ال‬
َ ُ‫سه َِّل إ ِّالَّ َما َجعَلت َ ِّه‬
“Rabbi zidnii ‘ilman war zuqnii fahman. Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa
Ja’altahu Sahlaa Wa Anta Taj’alul Hazna Idza Syi’ta Sahlaa”
“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik”.
(QS. Thaha : 114)
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak,
Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan.”
(HR Anas bin Malik ra)
Kacubung.. ohhh… kacubung

Sdr A adalah mahasiswa baru FK sedang menghabiskan hari ahad nya


dengan membaca surat kabar. Ia membaca berita tentang di Jawa Barat
ada seseorang yang harus dibawa ke rumah sakit karena mengonsumsi bunga
“kacubung”. Dalam surat kabar itu dijelaskan bahwa orang tersebut
mengalami hipertensi, palpitasi, flushing, dan kulitnya teraba panas, dry mouth,
penglihatan kabur, retensio urine dan gangguan pada perut 1 jam setelah
mengonsumsi bunga kecubung. Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
disebutkan bahwa kacubung mengandung senyawa kimia alkaloid. Sejak
dulu, masyarakat Tionghoa menggunakan tanaman tersebut untuk mengatasi
rhinorrhea dan meringankan keluhan penderita asma. Senyawa alkaloid
tersebut terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bekerja pada
reseptor kolinergik. Tidak dijelaskan senyawa alkaloid tersebut sebagai agonis
atau antagonis pada reseptor kolinergik
Keyword
Bunga Kacubung, Alkaloid, Rhinorrhea, Asma, Agonis, Antagonis, Reseptor Kolinergik.
Kata sulit
1. Hipertensi
2. Palpitasi
3. Flushing
4. Dry Mouth
5. Retensio Urine
6. Alkaloid
7. Rhinorrhea
8. Atropin
9. Hiosiamin
10. Skopolamin
11. Agonis
12. Antagonis
13. Reseptor Kolinergik
Klarifikasi kata sulit
Hipertensi
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal
yaitu 120/80 mmHg.

Sumber :
Tarigan, Almina Rospitaria. 2018. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga
Terhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan. Vol 11 No 1. Hal 10.
Palpitasi

Palpitasi adalah perasaan(sensasi) yang tidak menyenangkan yang


disebabkan oleh denyut jantung yang tidak teratur (jantung berdebar) (Ibnu
sina, Muhammad, 2012).
Dry mouth

Kondisi dimana mulut mengalami penurunan laju saliva atau air liur.
Sumber :
Sung, E. 2018. Tatalaksana Serostomia akibat penggunaan metformin : laporan kasus (
Management of metformin - induced xerostomia : case report). jurnal dental makasar.
vol : 7 . no : 1.
Atropin

Atropin adalah obat parasimpatolik yang mempercepat sinus atau pacemaker atrial
dan konduksi atrioventikular.
Sumber :
Darlan, D. 2016. Kegawatan demam berdarah dengue pada anak. sari pediatri. vol : 4.
no : 4.
Asma
Asma merupakan suatu penyakit akibat penyempitan saluran pernapasan yang
berhubungan dengan hiperaktivitas otot polos, hipersekresi mukus, edema dinding
saluran pernapasan, dan infiltrasi sel inflamasi yang disebabkan berbagai rangsangan
(Alsagaff, 2010).

Sumber:
Alsagaff, H. (2010). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Universitas Airlangga
Pressa. Hal. 263.
Skopolamin
Skopolamin sendiri adalah obat antikolinergik yang memiliki efek pada tubuh terutama
halusinasi.

Sumber:
Scholeha, Dkk. 2017. Efek Trias Anestesi Ekstrak Daun Kecubung (Dhatura metel L.) Pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus).
Retensi Urine

Retensio urine adalah suatu gangguan buang air kecil, dimana terjadi
lemahnya pancaran urine, tidak lancar serta rasa ada yang tersisa dan tidak
puas, dapat disertai keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan
pada suprapubik saat buang air kecil.

Sumber:
Rahmi Padilah.2016.URINE RETENTION STUDY OF PERVAGINAM LABOR.jurnal ilmu
kesehatan. vol : 1. no : 2
Senyawa Kimia Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar
heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya.

Sumber:
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC
Agonis
Agonis adalah obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen.

Sumber:
Farmako UI, 2016
Antagonis
Obat yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik sehingga menimbulkan efek dengan
menghambat kerja suatu agonis.

Sumber:
Farmako UI, 2016
Rumusan Masalah
1. Mengapa senyawa alkaloid dapat menyebabkan hipertensi, palpatasi, flushing,
teraba panas, penglihatan kabur, dan retensio urine?
2. Mengapa tumbuhan kacubung dapat meringankan keluhan penderita asma dan
mengatasi rhinorrhea?
3. Bagaimana cara kerja senyawa alkaloid terhadap reseptor kolinergik?
4. Apa yang akan terjadi jika salah satu senyawa alkaloid tidak dapat bekerja pada
reseptor kolinergik?
5. Apakah pada reseptor kolinergik, senyawa alkaloid berperan sebagai agonis atau
antagonis?
Hipotesis
1. Mengapa senyawa alkaloid dapat menyebabkan hipertensi,palpitasi, flushing, teraba
panas, penglihatan kabur, dan retensio urine?
Senyawa alkaloid mengandung atropine, hiosianin, skopolanin. Dimana atropin
menghambat secara kompetitif reseptor muskarinik pada Ach. Pada dosis toksik, akan
menyebabkan palpitasi atau jantung berdebar serta penglihatan kabur. Kemudian
pada skopolamin yang bersifat antimuskarinik dapat menyebabkan gejala yang sama
seperti yang ditimbulkan atropin. Hiosiamin juga bersifat antimuskarinik tetapi bersifat
lebih poten daripada atropin. Efek toksik dari hiosiamin yaitu menyebabkan mulut kering.
Hipotesis
2. Mengapa tumbuhan kacubung dapat meringankan keluhan penderita asma dan
mengatasi rhinorrhea?
Karena dalam tumbuhan kacubung, terdapat senyawa atropin dan skopolamin
yang memiliki efek terhadap penurunan kontraktilitas aorta dan dapat merelaksasikan
otot polos saluran pernapasan.
Atropin mengaktivasi saraf kolinergik yang akan melepaskan acetilkolin dan
kemudian berikatan dengan reseptor muskarinik pada otot polos bronkus, sehingga
menyebabkan bronkodilatasi yang memperingan asma.
Atropin juga dapat menyebabkan kekeringan pada selaput lendir/ mukosa,
sehingga dapat mengatasi rhinorrhea.
Hipotesis
3. Bagaimana cara kerja senyawa alkaloid dalam kasus terhadap reseptor kolinergik?
Alkaloid sifatnya antagonis terhadap kolinergik yaitu memblok Ach endogen
dan eksogen, tetapi lebih berpengaruh terhadap eksogen. Hal ini dikarenakan alkaloid
akan menempati reseptor muskarinik secara kompetitif, sehingga reseptor yang
seharusnya mengikat Ach tidak dapat bekerja dengan baik.
Hipotesis
4. Apa yang akan terjadi jika salah satu senyawa alkaloid tidak dapat bekerja pada
reseptor kolinergik?
Reseptor kolinergik dikenal juga dengan sistem parasimpatis. Salah satu peran
dari sistem ini adalah menurunkan denyut jantung. Jika salah satu senyawa seperti
atropin tidak bisa bekerja pada reseptor kolinergik atau sistem parasimpatis, denyut
jantung tidak dapat dikontrol sehingga menyebabkan hipertensi.
Hipotesis
5. Apakah pada reseptor kolinergik, senyawa alkaloid pada kasus berperan sebagai
agonis atau antagonis?
Pada reseptor kolinergik terdapat dua reseptor yaitu reseptor kolinergik dan
reseptor nikotinik. Diketahui bahwa senyawa alkaloid bersifat antagonis muskarinik yang
berarti senyawa tersebut berupa senyawa antikolinergik atau bersifat antagonis.
Peta konsep Bunga Kacubung

kandungan Atropin, hiosiamin,


skopolamin
Hipertensi,
palpitasi,
flushing, panas, sifat Agonis
efek
dry mouth, Senyawa alkaloid
Sistem Saraf Otonom pandangan
kabur, retensio
Antagonis
urine, berefek
gangguan perut pada Mengatasi
kegunaan
rhinorrhea dan
meringankan asma

Sist. Saraf
Sist. Saraf Simpatis
Parasimpatis

Reseptor adrenergik Reseptor kolinergik

α β Muskarinik Nikotinik

α1 α2 β1 β2 M1, M2, M3, M4, M5 NN NH


Learning object

1. Sistem Saraf Otonom (Simpatis dan Parasimpatis)


2. Efek inaktivasi sistem parasimpatis
3. Regulasi tekanan darah (ttg hipertensi)
4. Regulasi kardio (ttg heart rate)
Sistem Saraf Otonom (Simpatis dan
Parasimpatis)
Sistem saraf otonom merupakan salah satu dari divisi eferen disamping sistem somatik yang terdiri
dari serat-serat yang menyarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Dengan kata lain, Divisi eferen
susunan saraf tepi adalah jalur komunikasi yang digunakan oleh susunan saraf pusat untuk
mengontrol aktivitas otot dan kelenjar, organ- organ efektor yang melaksanakan efek, atau tindakan
yang diinginkan. Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari sistem saraf pusat memiliki aksonnya
yaitu serat preganglion yang berhubungan dengan badan sel neuron yang kedua dengan
aksonnya disebut serat pascaganglion. Serat ini menyarafi organ efektor.
Sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 subdivisi, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Serat
saraf simpatis berasal dari regio toraks dan lumbal medula spinalis. Sebagian besar serat
praganglion sangat pendek, bersinap dengan badan sel neuron pasca ganglion di dalam ganglia
yang terletak di rantai ganglion simpatis (juga disebut trunkus simpatikus) yang berada di sepanjang
kedua. sisi medula spinalis. Serat pascaganglion yang panjang yang berasal dari rantai ganglion
berakhir di organ efektor. Sebagian serat pascaganglion melewati rantai ganglion tanpa bersinaps.
Serat ini berakhir di ganglion kolateral simpatis sekitar separuh perjalanan antara SSP dan organ
yang disarafi, dengan serar pascaganglion menempuh jarak yang tersisa. Serat praganglion
parasimpatis berasal dari daerah kranial (otak) dan sakrum (medula spinalis bagian bawah) SSP.
Serat-serat ini lebih panjang daripada serat praganglion simpatis karena mereka tidak berakhir
sampai mereka mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat organ efektor. Serat
pascaganglion sangat pendek dan berakhir di sel-sel organ itu sendiri.
Sumber: Sherwood, Buku ajar fisiologi Ed. 6
Sumber: Ganong, Buku ajar fisiologi kedokteran Ed. 24
Tipe Reseptor
Parasimpatis
Efek Inaktivasi Sistem
Parasimpatis
◦Antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau
obat antikolinergik) mengikat kolino reseptor tetapi tidak memicu
efek intraseluler diperantarai reseptor seperti
lazimnya. Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah
menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara
selektif. Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi
terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.
Atropin

◦Atropin,alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap


reseptor muskarink, dimana obat ini terikat secara kompetitif,
sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di
reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di
sentral maupun saraf tepi.
◦Kerja :
◦- Mata : atropin meyekat semua aktivitas kolinergik pada
mata,sehingga menimbulkan midriasis,mata menjadi tidak bereaksi
terhadap cahaya dan sikloplegia(ketidakmampuan untuk
memfokuskan penglihatan dekat). Pada pasien dengan glaukoma,
tekanan intraokular akan meninggi secara membahayakan.
◦- Gastrointestial: atropin digunakan sebagai obat antispsmodik
untuk mengurangi aktivitas saluran cerna.
◦- Sistem kemih: atropin digunakan pula untuk mengurangi
keadaan hipermotilitas kandung kemih. Obat ini kadang-kadang
masih dipakai untuk kasusenuresis (buang air seni tanpa disadari).
Tetapi obat agoniadrenergik alfa
mungkinjauhlebihefektifdenganefeksampingyang sedikit.
◦- Kardiovaskuler: atropin menimbulkan efek divergen pada
sistem kardiovaskuler, tergantung pada dosisnya. Pada dosis
rendah, efek yang menonjol adalah penurunan denyut
jantung(brakardia). Pada dosis tinggi, reseptor jantung pada
nodus SA disekat, dan denyut jantung sedikit bertambah
(takkikardia).
◦- Sekresi: atropin menyekat kelenjar saliva sehingga timbul
efek pengeringan pada lapisan mukosa mulut(serostomia).
Kelenjar saliva sangat peka terhadap atropin. Kelenjar keringat
dan kelenjar air mata terganggu pula. Hambatan sekresi pada
kelenjar keringat menyebabkan suhu tubuh meninggi.
◦Efek samping atropin : tergantung pada dosis, atropin dapat menyebabkan mulut
kering, penglihatan mengabur, matarasa berpasir (sandy eyes), takikardia, dan
konstipasi. Efeknya terhadap SSP termasuk rasa capek, bingung, halusinasi, delirium,
yang mungkin berlanjut mnejadi depresi, kolaps sirkulasi dan sistem pernapasan dan
kematian. Pada individu yang lebih tua, pemakaian atropin dapat menimbulkan
midrasis dan sikloplegi dan keadaan ini cukup gawat karena dapat menyebabkan
serangan glaucoma berulang setelah menjalani kondisi tenang.
◦Skopolamin

◦Skolapomin, alkaloid beladona lainnya, dapat menimbulkan efek


tepi yang sama dengan efek atropin. Tetapi efek skopolamin lebih
nyata pada SSP dan masa kerjanya lebih lama dibandingkan
atropin.
◦Efek : skopolamin merupakan salah satu obat anti mabuk
perjalanan yang paling efektif. Obat ini menimbulkan efek
penumpulan daya ingat jangka pendek. Bertolak belakang
dengan atropin, obat ini menyebabkan sedasi, rasa mengantuk,
tetapi pada dosis yang lebih tinggi bahkan menimbulkan
kegelisahan/kegaduhan.
Faktor yang mempengaruhi
Beberapa variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskuler yaitu curah jantung
(cardiac output), tahanan peripheral (peripheral resistance), dan tekanan darah
(blood pressure).
Regulasi Heart rate
Heart rate dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan
heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan
perlambatan heart rate. Heart rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan baroreseptor.
Aktivitas kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral (otak).
Sejauh ini sistem saraf yang dianggap terlibat dalam pengaturan (regulasi)
sirkulasi adalah sistem saraf simpatis.sementra sistem saraf parasimpatis tidak
langsung mempengaruhi sistem sirkulasi, tetapi mengatur kerja jantung yang
nantinya berperan dalam sistem sirkulasi.
Dalam regulasi oleh sistem saraf pada kardiovaskuler terdapat vasometer center
yang terletak pada substansi retikullaris di daerah medulla oblongata dan 1/3 bagian
pons serebri. Daerah inilah yang mentransmisikan impuls yang akan dibawa oleh
serabut saraf simpatis dan parasimpatis mengatur kerja sistem impuls yang datang
dari hipotalamus dan korteks serebri.
REGULASI CARDIO
◦ Baroreseptor
◦ Baroreflex
◦ Sistem renin-angiotensin
Renin
Angiotensin
◦ Peralatan juxtaglomerular
◦ Tubuh aorta dan tubuh karotis
◦ Autoregulasi
Autoregulasi otak
Regulasi Tekanan Darah
1. Tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan resistensi
perifer total
2. Curah jantung bergantung pada laju denyut jantung dan isi sekincup
3. Laju denyut jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas
parasimpatis yang menurunkan laju denyut jantung dan aktivitas simpatis (yang
termasuk epinefrin) yang meingkatkan laju denyut jantung
4. Isi sekuncup meningkat sebagai respons terhadap aktivitas simpatis
5. Isi sekuncup meningkat jika aliran balik vena meningkat
6. Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh
simpatis
8. Pompa otot rangka
9. Pompa pernapasan
10. Pengisapan jantung
11. volume darah sirkulasi
12. pergeseran bulk flow antara kompartemen vaskular dan cairan interstesial
13. dalam jangka panjang volume darah bergantung pada keseimbangan garam dan
air
14. sistem reninangiotensin aldosteron dan vasopresin mengontrol sistem hormonal
15. penentu utama lain tekanan darah arteri rata rata, resistensi perifer total
bergantung pada radius semua arteriol serta kekentalan darah
16. jumlah sel darah merah adalah faktor utama menentukan kekentalan darah
17. radius arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal yang menyamakan aliran
darah dengan kebutuhan metabolik
18. perubahan lokal yang terjadi di otot-otot rangka yang aktif menyebabkan
vasodilatasi arteriol lokal dan peningkatan darah ke otot-otot tersebut
19. radius arteriol dipengaruhi oleh aktivitas simpatis
20. mekanisme kontrol ekstrinsik menyebabkan vasokonstriksi arteriol
21.radius arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan
angiotensin II yaitu vasokonstriktor poten
22. penting dalam keseimbangan garam dan air
Umumnya control system persarafan terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor
dan serabut-serabut eferennya, pusat vasomotor di medulla oblongata, serta serabut-
serabut vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Pusat vasomotor yang memengaruhi
diameter pembuluh adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan serabut saraf
simpatis. Pusat vasomotor dan kardiovaskuler akan bersama-sama meregulasi tekanan
darah dengan memengaruhi curah jantung dan diameter pembuluh darah. Aktivitas
vasomotor dimodifikasi oleh adanya informasi dan komponen :
1. Baroreseptor
2. Kemoreeptor
3. Hipotalamus dan serebrum
BARORESEPTOR
Baroreseptor adalah jenis neuron sensoris sensoror mekanik yang bersemangat oleh
peregangan pembuluh darah. Dengan demikian, peningkatan tekanan pembuluh
darah memicu peningkatan laju tindakan potensial generasi dan memberikan informasi
ke sistem saraf pusat . Informasi sensorik ini digunakan terutama dalam refleks otonom
yang pada gilirannya mempengaruhi output jantung jantung dan otot polos pembuluh
darah untuk mempengaruhi resistensi perifer total .
Baroreseptor bertindak segera sebagai bagian dari sistem umpan balik negatif yang
disebut baroreflex , segera setelah ada perubahan dari tekanan darah arteri rata - rata
yang biasa, mengembalikan tekanan ke tingkat normal. Refleks ini membantu
mengatur tekanan darah jangka pendek. Inti soliter dalam medula oblongata otak
mengenali perubahan dalam laju penembakan potensial aksi dari baroreseptor, dan
mempengaruhi curah jantung dan resistensi vaskular sistemik.
Baroreseptor dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan pada jenis pembuluh
darah di mana mereka berada: baroreseptor arteri tekanan tinggi dan baroreseptor
tekanan rendah (juga dikenal sebagai kardiopulmoner atau reseptor volume
BAROREFLEK
Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus
karotikus. Reseptor ini di rangsang oleh distensi dan peregangan dinding aorta atau arteri karotis.
Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat
mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Selanjutnya terjadi penghambatan pusat vasomotor yang
mengakibatkan vasodilatasi tidak hanya terjadi pada arteriol, tetapi juga pada vena dan menurunkan
tekanan darah.
Dilatasi arteriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah menumpuk
pada vena, sehingga mengurangi aliran balik (venous return) yang menyebabkan terjadinya
penurunan curah jantung. Impuls aferen dari baroresptor juga mencapai pusat jantung yang akan
merangsang aktivitas parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioakselerator), sehingga
menyebabkan penurunan denyut dan daya kontraksi jantung. Sebaliknya. Penurunan tekanan arteri
rata-rata menyebabkan refleks vasokontriksi dan meningkatkan curah jantung. Dengan demikian,
tekanan darah meningkat.
Pada keadaan krisis hipertensi, baroreseptor mendapatkan respons dari peningkatan tekanan sinus
karotikus dan arkus aorta, sehingga menghambat saraf simpatis menuju ke jantung dan pembuluh
darah perifer. Pada waktu yang bersamaan, saraf parasimpatis menghambat kembali saraf vegal pada
peningkatan SA Node. Kombinasi ini akan memberikan reaksi berupa penurunan denyut jantung
karena terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Selama terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rata-rata menurun disebabkan impuls aferen sedikit
untuk mengonduksi pusat pengatur kardiovaskuler di medula. Akibat sedikitnya impuls dari
baroreseptor, saraf simpatis akan menstimulasi penungkatan SA node dan mengonstriksi pembuluh
darah perifet. Dengan adanya resistensi pembuluh perifer, denyut jantung akan meningkat. Kedua
reaksi ini akan meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan curah jantung dari klien syok
hipovolemik.
Sistem renin-
Angiotensin
Kesimpulan
Bunga Kacung mengandung senyawa alkaloid berupa
atropin, hiosiamin, skopolamin. Senyawa ini bekerja pada
reseptor kolinergik dan dapat bersifat agonis dan antagonis.
Senyawa ini dapat meringankan asma dan rhinorrhea, akan
tetapi dapat menyebabkan hipertensi, palpitasi, flushing,
dry mouth, dan retensio urine.
Daftar Pustaka
◦ Teddy Ferdinand, 2017. Prinsip Proteksi Sel Otot Jantung dalam Mesin Pintas Jantung
Paru pada Prosedur Pembedahan Jantung Terbuka. 'Jurnal Anestesiologi Indonesia'.
Vol,9. No,2. hh 87-109
◦ Sherwood L, 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed. 6. Jakarta: EGC
◦ Barret K. 2012. Ganong Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 24. University of California

Anda mungkin juga menyukai