Anda di halaman 1dari 20

MATEMATIKA

EKONOMI
Deret

Wahyu Hidayat R.
Syamsul Hadi
By: Amelia Puspa Tamara, S.E.,M.M
A. Pengertian Deret
 Deret : rangkaian/barisan dari bilangan yang
tersusun secara teratur berdasarkan aturan
tertentu.
 Bilangan-bilangan dalam barisan disebut suku.
 Perubahan diantara suku-suku yang berurutan ditentukan
oleh suatu pola perubahan bilangan tertentu.
1, 2, 3, 4, (pembeda 1)
10, 20, 30, 40, (pembeda 10)
50, 40, 30, 20, (pembeda -10)
1, 3, 9, 27, (rasio 3)
 Bentuk umum dari deret diatas:
𝑆1, 𝑆2, 𝑆3, 𝑆4, ……………….. 𝑆𝑛
𝑆1, 𝑆2, 𝑆3, 𝑆4 = suku ke 1,2,3,4 merupakan bilangan/
lambang tertentu.
𝑆𝑛 = suku ke-n merupakan bilangan atau lambang
tertentu.
 Pada umumnya deret dibedakan menjadi 2
macam:
Deret Hitung (deret aritmatika),
Deret Ukur/Kali (deret geometri).
B. DERET HITUNG (Aritmatika)
deret yang setiap sukunya diperoleh dengan
menambah bilangan yang sama terhadap suku
sebelumnya.

Contoh: 5, 8, 11, 14, 17, ……………………….

Pada deret diatas, setiap suku di peroleh dengan


menambahkan bilangan 3 (tiga) terhadap suku
sebelumnya.
Bilangan 3 tersebut dinamakan beda atau selisih (b).
 Secara umum, suku barisan atau aritmatika adalah
berbentuk:
𝑎1, 𝑎2, 𝑎3, ……………… 𝑎𝑛
dimana:
𝑎2 = 𝑎1 + b
𝑎3 = 𝑎2 + b = (𝑎1 + b) + b = 𝑎1 + 2b
𝑎4 = 𝑎3 + b = 𝑎1 + 2b + b = 𝑎1 + 3b
Dengan demikian, suku ke-n dalam suatu deret hitung
adalah:
𝑆𝑛 = 𝑎1 + (n-1) b

dimana:
𝑆𝑛 = suku ke-n
a = 𝑎1 = suku pertama
n = banyaknya suku
b = beda yang sama
 Sedangkan jumlah nilai dari semua suku pada
deret hitung adalah:
𝐷𝑛 = 𝑆1 + 𝑆2 + 𝑆3 +……………… 𝑆𝑛

𝐷𝑛 = σ𝑛𝑖=1 𝑆1
Untuk mencari jumlah sampai suku ke-n atau 𝐷𝑛
dari suatu deret hitung dengan 𝑎1 sebagai suku
pertama dan b sebagai beda yang sama, maka
rumusnya adalah:
𝑛 𝑎+𝑆𝑛
𝐷𝑛 =
2
𝑛 𝑎+𝑎+ 𝑛−1 𝑏
𝐷𝑛 =
2
𝑛 𝑎+𝑎+ 𝑛−1 𝑏 atau 𝐷𝑛 = 1Τ2 n 2𝑎 + 𝑛 − 1 𝑏
𝐷𝑛 =
2
Contoh 1
Carilah jumlah 8 suku pertama dari deret hitung
berikut ini:
4, 6, 8, 10, ….

Diketahui: a = 4 b = 2 n = 8

𝐷8 = 1Τ2 n 2𝑎 + 𝑛 − 1 𝑏
= 1Τ2 . 8 2.4 + 8 − 1 2
𝐷8 = 4 (22) = 88
C. DERET UKUR atau KALI (DERET GEOMETRI)
deret yang setiap sukunya diperoleh dengan
cara mengalikan bilangan yang sama dengan
suku sebelumnya.
 Pada deret ukur, susunan bilangan diantara
dua suku yang berurutan memiliki rasio yang
tetap.
 Misalkan suku yang pertama (𝑆1 ) adalah a,
rasio tetapnya = r, maka 𝑆2, 𝑆3 , 𝑆4 ,…𝑆𝑛 adalah
𝑆1 = a
𝑆2 = 𝑆1 . r = a . r 𝑆𝑛 = a . 𝑟 𝑛−1
𝑆3 = 𝑆2 . r = a . 𝑟 2 Dimana:
𝑆4 = 𝑆3 . r = a . 𝑟 3 𝑆𝑛 = suku ke-n
a = suku pertama
𝑆𝑛 = 𝑆𝑛−1 = a . 𝑟 𝑛−1
r = rasio tetap
n = banyaknya suku
Contoh 2
Cari suku ke-10 dari deret ukur dimana suku
pertama adalah 8 dan rasionya adalah 2.
Jawab:
Diketahui: a = 8 r = 2 dan n = 10
Maka: 𝑆10 = a. 𝑟 𝑛−1
𝑆10 = 8 . 29
= 8 . 512
= 4.096
 Untuk memperoleh jumlah sampai suku ke-n dari suatu deret
ukur, maka rumusnya adalah:
𝑎 1−𝑟 𝑛
𝐷𝑛 = ,r<1
1−𝑟
atau:
𝐷𝑛 =
𝑎 𝑟 𝑛 −1
,r>1 Jika r = 1, maka rumus di
𝑟−1 samping menjadi 𝐷𝑛 = n . 𝑎1

Contoh 3
Carilah jumlah suku ke-6 yang pertama dari deret berikut:
3, 9, 27, 81, 243, 729 …..
Jawab:
Diketahui: a = 3 r = 3 n = 6, maka
3 36 −1
𝐷6 =
3−1
= 3 (729-1)/2
= 3 (728)/2
= 2184/2
= 1.092
Contoh 4
Dalam keadaan pasar kontinu, sebuah toko kelontong
memperoleh keuntungan pada tahun pertama sebesar Rp
1.500.000,-. Jika toko tersebut memperkirakan kenaikan
keuntungan 10% per tahun, berapa keuntungan per tahun toko
tersebut di tahun ke-5, tentukan juga jumlah keuntungan total
untuk 5 tahun pertama?
Jawab: Keuntungan total untuk periode 5
tahun pertama:
Diketahui: a = Rp 1.500.000
n=5 𝐷𝑛 =
𝑎 𝑟𝑛 − 1
Keuntungan: 10%, r = 1,1% 𝑟−1
1,15 −1
Keuntungan di tahun ke-5 = Rp 1.500.000
1,1−1
𝑆5 = a. 𝑟 𝑛−1 = Rp 1.500.000
1,61051−1
0,1
= Rp 1.500.000 . 1,14
= Rp 1.500.000
0,61051
0,1
= Rp 1.500.000 . 1,4641 = Rp 1.500.000 (6,1051)
= Rp 2.196.150 = Rp 9.157.650
D. Penerapan Deret dalam Ekonomi
 Deret dipergunakan dalam beberapa masalah
ekonomi, seperti; perkembangan usaha, perhitungan
jumlah penduduk, dan perhitungan nilai uang dari
satu periode waktu.
1. Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha dalam hal ini adalah kegiatan
usaha yang diasumsi pertumbuhannya konstan dari
satu periode ke periode berikutnya dengan mengikuti
perubahan pada deret hitung.
Contoh 5
Perusahaan keramik “Pandawa Jaya” pada tahun
pertama memproduksi 2000 unit. Kenaikan tiap
tahunnya direncanakan sebanyak 600 unit. Tentukan
besarnya produksi pada tahun ke 6, dan jumlah
keramik yang diproduksi selama 6 tahun tersebut.
Jawab:
a) 𝑆𝑛 = a + (n-1) b
a = 2.000
b = 600
n=6
𝑆6 = 2.000 + (6-1) .600
= 2.000 + 3.000
𝑆6 = 5.000
Jadi, jumlah produksi keramik pada tahun ke-6 adalah 5.000
unit.

b) 𝐷𝑛 = 1Τ2 . n 2.000 + 5.000


𝐷6 = 1Τ2 . 6 (7.000)
= 3 (7.000)
𝐷6 = 21.000
Jadi, produksi keramik yang dihasilkan selama 6 tahun
pertama adalah 21.000 unit.
2. Perhitungan Jumlah Penduduk
Penggunaan deret ukur salah satu di antaranya dipakai
untuk menghitung perkembangan jumlah penduduk dengan
asumsi hanya tersedia data jumlah penduduk pada waktu-
waktu tertentu seperti pada waktu-waktu sensus. Dengan
data tersebut maka perkembangan jumlah penduduk dapat
diperkirakan salah satunya dengan menggunakan rumus
geometrik.

Jika
𝑃0 = jumlah penduduk pada awal periode waktu t,
𝑃1 = jumlah penduduk pada akhir periode waktu t,
r = rata-rata perkembangan penduduk per tahun;
Maka dengan persamaan geometri berlaku:

𝑃𝑡 = 𝑃0 1 + 𝑟 𝑛
Contoh 6
Jumlah penduduk kota Malang pada tahun 1990
(berdasarkan hasil SP th 1990) sejumlah 690.000 jiwa. Jika
pertumbuhan penduduk pertahunnya 2,13%, hitunglah jumlah
penduduk Kota Malang pada tahun 2005?
Jawab:
Jumlah penduduk pada tahun dasar (1990) = 690.000
r = 2,13 %
n = 2005-1990 = 15
Pn = 𝑃0 1 + 𝑟 𝑛
P05 = P90 1 + 0,0213 15
Penyelesaian dengan menggunakan Logaritma.
Log P05 = log P90 + 15 log (1,0213)
Log P05 = log 690.000 + 15 log 1,0213
Log P05 = 5,8388 + 0,1372
Log P05 = 5,9760
P05 = anti log 5,9760
P05 = 946.237
Jadi, jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2005 adalah
946.237 jiwa.
E. Matematika Keuangan
 Penerapan deret dalam bidang keuangan digunakan
untuk menentukan nilai uang dari suatu periode waktu
berupa: nilai dari suatu perkiraan, pembayaran periodik
atau pembayaran per periode waktu dari suatu pinjaman.
 Pada analisis di bidang keuangan variabel bebasnya
berupa nilai dari periode waktu, sedangkan variabel
terikatnya berupa nilai uang dari suatu perkiraan (nilai
yang berlaku saat ini (present value); atau nilai perkiraan
mendatang (future value)).
 Pada bagian ini akan dibahas penerapan deret pada
bidang keuangan, diantaranya:
Bunga Tunggal (simple interest) dan Diskonto;
Bunga Majemuk (compound interest) dan Anuitas.
1. Bunga Tunggal
uang yang dikenakan/dibebankan terhadap
penggunaan uang.
 Bunga tunggal dihitung berdasarkan suatu persen tertentu
dari sejumlah uang yang dipinjam, untuk suatu periode
tertentu.
Ilustrasi: Bayu meminjam uang sebesar Rp 100.000,-
dari Taufik dengan tingkat bunga 5%
sebulan selama 1 bulan.
Dalam hal ini, Bayu akan tetap menerima uang sebesar Rp
100.000,-. Akan tetapi pada akhir bulan ia akan
mengembalikan uang kepada Taufik sebesar pinjaman
ditambah bunga.
5
Bunga adalah x Rp 100.000,- = Rp 5.000,-.
100
Uang yang dikembalikan Bayu sebesar:
Rp 100.000,- + Rp 5.000,- = Rp 105.000,-
Dengan demikian, Bunga dihitung dari besarnya uang yang
dipinjam atau diterima.
 Diskonto atau Diskonto Bank
uang yang dikenakan/dibebankan terhadap
penggunaan uang yang didasarkan pada besarnya
uang yang akan dikembalikan.
 Diskonto akan dipotong pada saat persetujuan
pinjam-meminjam dilakukan.
Ilustrasi: Bayu meminjam uang Rp 100.000,00 dari
Taufik dengan diskonto 5% sebulan,
selama 1 bulan. Dalam hal ini, Bayu akan
menerima uang sebesar {Rp 100.000,00 –
(5% x Rp 100.000,00)} atau Rp 95.000,00.
Akan tetapi pada akhir bulan, Bayu akan tetap
membayar Rp 100.000,00 kepada Taufik.
Dengan demikian, diskonto dihitung dari jumlah yang
harus dikembalikan.
 Present Value
besarnya pinjaman disebut prinsipal (modal)
atau present value dan dituliskan dengan P;
Tingkat/dasar bunga (i) yang biasa dinyatakan
dalam persen (%);
Periode waktu (n) yang dinyatakan dalam
tahun/bagian dari tahun; dan
I (i besar = Interest) adalah pendapatan bunga.

Rumus: I=P.i.n

Jadi, pendapatan bunga (I) adalah prinsipal/modal(P)


dikalikan tingkat bunga (i), dikalikan waktu (n).
 Sedangkan besarya nilai uang/Future Value (FV) pada akhir
periode waktu:
FV =P+I
= P + Pin
FV = P (1 + in)

Contoh 7
Bayu mendapat suatu pinjaman sebesar Rp 1.000.000,00.
Pinjaman tersebut berlangsung selama 6 bulan dengan bunga
tunggal 6% pertahun. Berapakah besar hutang Bayu pada
akhir 6 bulan tersebut?
Jawab:
FV = P (1 + in)
FV = 1.000.000 {1+ (0,06).(0,5)}
= 1.000.000 (1+0,03)
= 1.000.000 (1,03)
= 1.030.000
Jadi, besarnya hutang Bayu pada akhir 6 bulan adalah Rp
1.030.000,00.
 Untuk
mencari present value suatu hutang
dengan tingkat bunga tunggal i, kita dapat
mencari nilai Present Valuenya dengan:

𝐹𝑣
P=
1+𝑖𝑛
Contoh 8
Hitunglah present value dari uang sebesar Rp
1.000.000,00 yaitu harus dibayar dalam waktu 3
bulan dengan tingkat bunga tunggal 6% per
tahun. Berapkah besar hutang pada akhir 6 bulan
tersebut?
Jawab:
Present valuenya adalah
1.000.000
P= 3 = 985.221,67
1+(0,06)(12)

Anda mungkin juga menyukai