Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS WACANA KRITIS

MODEL NORMAN FAIRCLOUGH

Nani Darmayanti – Jurusan Sastra Indonesia Unpad


Bahasa Dewasa Ini

Dewasa ini bahasa bukan hanya sekadar media utama dalam


berkomunikasi. Fairclough (1989, 2-4; 1995b, 12 - 15)
menyatakan bahawa dalam masyarakat modern, pelaksanaan
kuasa semakin meningkat dicapai melalui ideologi yang secara
khusus adalah dilakukan melalui perantaraan bahasa.

Language is powerfully committing medium to work in. It does


not allow us to ‘say something’ without conveying an attitude
to that something. When we speak or write, the words and
sentence we choose are resonate for our hearers and readers,
emitting potential significances which are only partly under our
control. (Fowler, 1977 : 76)
Bahasa Dewasa Ini

Titik fokus perhatian Fairclough adalah melihat


bahasa sebagai praktik kekuasaan. Untuk melihat
bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologi
tertentu, diperlukan analisis yang menyeluruh karena
bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk
tindakan dalam hubungan dialektik dengan struktur
sosial (Fairclough 1995b, 33 – 34: 2003, 2 – 3).
Kajian Bahasa Dewasa Ini

One is the isolation of language studies from other social


sciences, and the domination of linguistics by formalistic and
cognitive paradigms. Another is the traditional lack of interest in
language on the part of other social sciences, and a tendency to
see language as transparent: while linguistics data such as
interviews are widely used, there are has been a tendency to
believe that the social content of such data can be read off
without attention to the language it self (Fairclough, 1992a, 1-
2).
Fokus Kajian Norman Fairclough

Oleh karena itu, Fairclough menganggap bahwa kajian bahasa tidak


lagi seharusnya difokuskan hanya pada kajian-kajian struktur yang
melepaskan bahasa dari dunia sosialnya. Kajian bahasa harus mulai
ditingkatkan/dilanjutkan pada kajian-kajian yang bersifat memahami
proses sosial (social process) yang terdapat di dalam bahasa, seperti
dominasi, hegemoni, ideologi, dll. yang diperjuangkan,
dilangsungkan, disalurkan, dipertahankan bahkan diinstitusikan.

Dengan melanjutkan kajian bahasa hingga tahapan ini, analisis


linguistik diharapakan mampu memberi manfaat yang lebih luas bagi
kehidupan masyarakat. Atas dasar pemikiran tersebut, Fairclough
menawarkan model analisis wacana kritis yang lebih dikenal dengan
sebutan framework AWK tiga dimensi Fairclough.
Framework AWK Tiga Dimensi Fairclough

explanation

interpretation
Sociocultural Practice
(Level Makro)
Discourse Practice Mengapa?
deskription
(Level Meso)
Bagaimana?

Teks
(Level Mikro)
Apa?
Prinsip-prinsip AWK

• Analisis wacana kritis berkomitmen dengan ilmu sosial. Dengan demikian, peneliti
yang menerapkan analisis wacana kritis pada umumnya digerakkan oleh kepekaan
terhadap suatu ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Wacana yang kerap

1 menjadi perhatian peneliti dalam AWK umumnya berkaitan dengan praktis sosial ;
dominasi, marginalisasi, hegemoni, rasisme, kuasa, ideologi, identiti, dll.

• Analisis wacana kritis melihat wacana sebagai pembentuk masyarakat


dan budaya, begitu juga sebaliknya, wacana dibentuk oleh masyarakat
dan budaya. Dengan arti lain wacana dan masyarakat memiliki hubungan
2 yang dialektiakal (Fairclough & Wodak, 1997: 273).

• Analisis wacana kritis menganggap wacana melakukan tugas ideologi


atau ideologi terdapat/terselubung dalam amalan sosial. (Fairclough &
Wodak, 1997 : 275). Meskipun demikian, analisis wacana kritis tidak
3 menyatakan bahwa semua wacana mengandungi ideologi (Fairclough,
1992a).
Prinsip-prinsip AWK

• Analisis wacana kritis menilai bahwa wacana adalah sejarah (Fairclough dan Wodak
1997, 276 – 277). Dengan arti lain wacana tidak dihasilkan dan tidak akan pernah
4 dapat dipahami tanpa memahami konteks atau sejarah yang melingkupinya.

• Bagi pendekatan ini, menganalisis wacana adalah sebuah penafsiran dan penjelasan.
Segala keragaman dan kekaburan dari sebuah teks hanya akan jelas melalui analisis
yang teliti dan berhat-hati dan teliti. Selain itu setiap penafsiran dan penjelasan yang
5 telah dihasilkan bersifat terbuka . (Fairclough & Wodak, 1997: 278-279)

• Peneliti yang menerapkan analisis wacana mempunyai peranan untuk mengubah pola
wacana dan kuasa dalam ketimpangan sosial. Hal ini tentunya akan mampu
6 menciptakan suatu tatanan kehidupan yang lebih baik di masyarakat.
Kerangka Analisis
AWK Model
Norman Fairclough

DISCOURSE
TEKS Intertekstualiti
PRACTICE
SOCIOCULTURAL
PRACTICE

STRUKTUR TEKS Interdiskursiviti PRODUKSI SITUASIONAL

KOHESI PENYEBARAN INSTITUSIONAL


KOHERENSI

TATA BAHASA KONSUMSI SOSIAL

?
LEKSIKAL
DIMENSI
TEKSTUAL
teks
Dimensi Tekstual
Fairclough mengemukakan
bahwa analisis teks
merupakan analisis terhadap Kohesi dan Keherensi (leksikal, repetisi,
teks yang terdapat dalam sinonim, referesi, penggantian, kata
wacana. Teks dinilai sebagai hubung , dll.
domain representasi dan
signifikasi dunia dan
pengalaman dll. Dan teks Tata Bahasa (ketransitifan, tema, dan
terbuka untuk pelbagai modalitas)
interpretasi. Ada beberapa
bentuk atau sifat teks yang
dapat dianalisis dalam
membongkar makna melalui Diksi (pilihan kata)
dimensi tekstual, di
antaranya ialah:
Fairclough, 1992a 75 – 78,
234-237 ; 1995a 133-134
KOHESI DAN KOHERENSI

• Analisis ini ditujukan untuk menunjukkan cara


klausa dibentuk hingga menjadi kalimat, dan
cara kalimat dibentuk hingga membentuk
satuan yang lebih besar.

• Jalinan dalam analisis ini dapat dilihat melalui


penggunaan leksikal, pengulangan kata
(repetisi), sinonim, antonim, kata ganti, kata
hubung, dll.
TATA BAHASA
• Analisis tata bahasa merupakan bagian
yang sangat penting dalam analisis
wacana kritis. Analisis tata bahasa dalam
analisis wacana kritis lebih ditekankan
pada sudut klausa yang terdapat dalam
wacana. Klausa ini dianalisis dari sudut
ketransitifan, tema, dan modalitasnya.
KETRANSITIFAN
• KETRANSITIFAN dianalisis untuk mengetahui penggunaan
verba yang mengonstruksi klausa apakah klausa aktif atau
klausa pasif, dan bagaimana signifikasinya jika menggunakan
nominalisasi. Penggunaan klausa aktif, pasif, atau nominalisasi
ini berdampak pada pelaku, penegasan sebab, atau alasa-
alasan pertanggungjawaban, dan lainnya.

• Contoh penggunaan klausa aktif senantiasa menempatkan


pelaku utama/subjek sebagai tema di awal klausa. Sementara
itu penempatan klausa pasif senantiasa menempatkan korban
sebagai subjek dan pelaku utama sebagai objek yang
dibiaskan dengan ditempatkan di belakang verba atau bahkan
(pelaku) dihilangkan. Pemanfaatan bentuk nominalisasi juga
mempu membiaskan baik pelaku maupun korban, bahkan
keduanya.
TEMA
• TEMA merupakan analisis terhadap tema
yang bertujuan untuk melihat struktur
tematik suatu teks. Dalam analisis ini
dianalisis tema apa yang paling kerap muncul
dan latar belakang kemunculannya.
• Representasi ini berhubungan dengan bagian
mana dalam kalimat yang lebih menonjol
dibandingkan dengan bagian yang lain.
MODALITAS
• MODALITAS digunakan berupaya menunjukkan pengetahuan
atau level kuasa suatu ujaran (Hodge and Kress, 1993 : 122).
Fairclough, 1992a : 236 melihat modalitas sebagai pembentuk
hubungan sosial yang mampu menafsirkan sikap dan kuasa.
Hubungan sosial yang mungkin terwujud dengan penanda
modalitas ini antaranya adalah formal, berjarak, akrab,
sederhana, dll.

• Contoh penggunaan modalitas pada wacana kepemimpinan


pada umumnya akan didapati mayoritas modalitas yang
memiliki makna perintah dan permintaan sepeperti modalitas
mesti, harus, perlu, hendaklah, sepatutnya, dll. Modalitas yang
digunakan ini menggambarkan bahwa terdapat kuasa yang
disalurkan oleh seorang pemimpin melalui modalitas yang
digunakannya. (perintah dan permintaan umumnya
dilancarkan oleh pihak yang memiliki kuasa)
LEKSIKAL
• Analisis yang dilakukan terhadap kata-kata kunci
yang dipilih dan digunakan dalam teks. Selain itu
dilihat juga metafora yang digunakan dalam teks tsb

• Pilihan kosa kata yang dipakai terutama berhubungan


dengan bagaimana peristiwa, seseorang, kelompok,
atau kegiatan tertentu dalam satu set tertentu. Kosa
kata ini akan sangat menentukan karena
berhubungan dengan pertanyaan bagaimana realitas
ditandakan dalam bahasa dan bagaimana bahasa
pada akhirnya mengonstruksi realitas tertentu.
Misalnya penggunaan kata miskin, tidak mampu,
kurang mampu, marjinal, terpinggirkan, tertindas, dll.
Intertekstualiti

Representasi Wacana
Fairclough mengemukakan
bahwa intertekstualiti adalah
sumber dari teks lain yang Praandaian (presupposition)
digunakan untuk membentuk
teks baru. Intertektualiti Ironi (Irony)
dapat dimanifestasikan ke
dalam beberapa cara:
Negasi (Negation)
Fairclough, 1992a : 84-85
Metadiscourse
REPRESENTASI WACANA
• Representasi wacana merujuk pada istilah
bagaimana suatu peristiwa dilaporkan,
apakah dilengkapi dengan kutipan
/petikan pihak tertentu, atau apakah
dilengkapi dengan hasil temuan, hasil
seminar, wawancara, percakapan, dll.
PRAANGGAPAN
• Praanggapan dalam intertektualiti merupakan
proposisi yang diciptakan oleh produsen teks
berupa usul/informasi lama yang ditempatkan
sebagai sesuatu yang dipandang benar
sehingga mampu menggiring opini pembaca.

• Contoh penggunaan kata “seperti kita ingat,


kita ketahui bersama, kita maklumi bersama
dll. Sehingga mampu memanipulasi peristiwa
sesuai dengan apa yang diinginkan produsen
teks.
NEGASI
• Penanda negasi pada umumnya
digunakan untuk tujuan menggambarkan
suatu polemik. Penanda negasi juga
membawa tipe khusus dari praanggapan
(yang telah disebutkan sebelumnya)

• Contoh penggunaan tidak, bukan, dll.


IRONI
• Penanda ironi digunakan untuk
menyindir suatu hal. Apa yang
dinyatakan sesungguhnya bukan apa
yang ingin diungkapkan.
Intertediskuriviti
Fairclough mengemukakan bahwa interdiskursiviti adalah identifikasi
atas jenis wacana/genre/ style dll dari sebuah wacana.
Genre

• Bagian dari konvensi yang dihubungkan dengan tindakan yang dikaitkan pula dengan proses
produksi, distribusi, dan kosumsi teks. Misalnya genre wawancara, ganre kegiatan belajar-mengajar,
ganre karya ilmiah, dll.

Type Aktivitas

• Bagian yang lebih spesifik dari ganre. Dan dikaitkan dengan bagaimana tindakan dan subjek
dikomposisiskan dalam suatu organisasi. Misalnya genre wawancara memiliki type aktivitas yang
berbeda antara wawancara kerja dengan wawancara politik, dll.

Style/Gaya

• Bagian ini lebih menekankan pada bagaimana partisipan dalam suatu interaksi, misalnya ganre
wawancara yang dapat berupa style formal, informal, santai, dll.

Wacana

• Merujuk pada dimensi teks yang secara umum didefinisikan sebagai isi, ide, tema, topik, dsb. Misalnya
wacana feminis, wacana politik, wacana pendidikan, dll.
DIMENSI
KEWACANAAN
discourse
practice
Dimensi Kewacanaan

Fairclough mengemukakan
bahwa analisis kewacanaan
berfungsi untuk mengetahui
proses produksi, penyebaran
dan penggunaan teks.
Produksi Teks
Dengan demikian ketiga
tahapan tersebut mesti
dilakukan dalam Penyebaran Teks
menganalisis dimensi
kewacanaan.
Fairclough, 1992a : 65 Konsumsi Teks
PROSES PRODUKSI TEKS
• Dianalisis pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi teks
itu sendiri. (Siapa yang memproduksi teks). Analisis dilakukan
terhadap pihak pada level terkecil hingga level tertinggi
bahkan dapat juga pada level kelembagaan/pemilik modal.

• Contoh pada kasus wacana media : perlu dilakukan analisis


yang mendalam mengenai organisasi media itu sendiri (latar
belakang wartawan, redaktur, pimpinan media, pemilik modal,
dll.) Hal ini mengingat kerja redaksi adalah kerja kolektif yang
tiap bagian memiliki kepentingan dan organisasi yang
berbeda-beda sehingga teks berita yang muncul
sesungguhnya tidak lahir dengan sendirinya, tetapi merupakan
hasil negosiasi dalam ruang redaksi.
PROSES PENYEBARAN TEKS
• Dianalisis bagaimana dan media apa yang digunakan dalam
penyebaran teks yang telah diproduksi sebelumnya. Apakah
menggunakan media cetak atau elektronik, apakah media
cetak koran, majalah mingguan, bulanan, majalah dll.
Perbedaan ini perlu dikaji karena memberikan dampak yang
berbeda pada efek wacana itu sendiri menginggat setiap
media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

• Contoh pada kasus wacana media : wacana yang disebarkan


melalui televisi dan melalui koran memberikan efek/dampak
yang berbeda terhadap kekuatan teks itu sendiri. Televisi
melengkapi dirinya dengan gambar dan suara, namun memiliki
keterbatasan waktu. Sementara itu koran tidak memiliki
kekuatan gambar dan suara, tapi memiliki kekekalan waktu
yang lebih baik dibandingkan televisi.
PROSES KONSUMSI TEKS
• Dianalisis pihak-pihak yang menjadi sasaran
penerima/pengonsumsi teks.

• Contoh pada kasus wacana media : perlu dilakukan analisis


yang mendalam mengenai siapa saja pengonsumsi media
itu sendiri. Setiap media pada umumnya telah menentukan
“pangsa pasar”nya masing-masing. Kompas memiliki
sasaran pembaca yang berbeda dengan Lampu Merah.
Pangsa pasar ini umumnya diklasifikasikan berdasarkan
tingkat pendidikan, penghasilan, usia, jenis kelamin,
lingkup penyebaran pembaca, dll.
Sosiocultural
practice
Dimensi Praktis Sosial

Fairclough mengemukakan
bahwa analisis praktis sosial
didasarkan pada bahwa
konteks sosial yang ada di
luar teks mempengaruhi
Situasional
kelahiran sebuah
teks/wacana
Tiga level analisis Institusional
sosiocultural practice ini
adalah level situasional,
institusional, dan sosial
Fairclough, 1992a
Sosial
SITUASIONAL
• Setiap teks yang lahir pada umumnya
dihasilkan dalam suatu kondisi (lebih
mengacu pada waktu) atau suasana
yang khas dan unik. Atau dengan
kata lain, aspek situasional lebih
melihat konteks peristiwa yang terjadi
saat berita dimuat.
INSTITUSIONAL
• Institusional melihat bagaimana pengaruh
institusi organisasi dalam praktik produksi
wacana. Institusi ini bisa berasal dari
kekuatan internal media sendiri atau berasal
dari luar media yang menentukan proses
produksi berita. Institusional aparat dan
pemerintah juga bisa dijadikan salah satu hal
yang mempengaruhi isi dari sebuah teks
SOSIAL

• Aspek sosial lebih melihat pada


aspek mikro seperti sistem
politik, sistem ekonomi, atau
sistem budaya masyarakat
secara keseluruhan.
Alat uji keabsahan analisis?

Sebuah riset analisis wacana dinyatakan absah jika bersifat


objektif atau dapat dapat diulangi kembali dengan hasil yang
sama jika pengulangan tersebut menggunakan pendekatan
teori yang sama, paradigma penelitian yang sama, serta tipe
dan metode analisis yang sama. (Ibnu Hamad, 2007)
Setelah menganalisis
teks/wacana berdasarkan
framework yang telah dijelaskan
tadi, maka barulah dapat ditarik
simpulan/dikritisi apa
sesungguhnya yang terselubung
dalam wacana tersebut.
Ideologi? Hegemoni? Kuasa?
Marginalisasi? dll
Selamat meneliti!
Buku-buku Acuan

Fairclough, Norman. 1992. Language and Power. London. Longman


--------------- 1995. Media Discourse. London: Edward Arnold.
--------------- 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. London: Longman.
--------------- 1992a. Discourse and Sosial Change. Cambridge : Polity
Press.
--------------- 1992b. Discourse and Text: Linguistic and Intertextual
Analysis within Discourse Analysis. Discourse and Society. 3
(2): 193 – 217.
--------------- 2003. Analysing Discourse : Textual Analysing for Sosial
Research. London: Routledge.
--------------- 2000a. New Labour New Language? London: Routledge.
--------------- dan Ruth Wodak. 1997. Critical Discourse Analysis dalam
Teun A van Dijk (ed). Discourse as Social Interaction :
Discourse a Multidiciplinary Introduction, Vol 2, London,
Sage Production. Dll.

Anda mungkin juga menyukai