Anda di halaman 1dari 30

KETERBUKAAN

TERHADAP PASIEN
Komunikasi dengan pasien / keluarganya
setelah terjadi KTD

HERKUTANTO
Herkutanto

• Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia


• Konsil Kedokteran Indonesia, 2014-2019
• Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, 2011-2014
• Komite Nasional Keselamatan Pasien, 2011 - 2017
TUJUAN DISKUSI
• Mengetahui kelaziman yang terjadi di budaya lain
perihal keterbukaan terhadap pasien
• Mengetahui kebiasaan yang terjadi di Indonesia
• Membertimbangkan langkah2 kearah keterbukaan
yang berimbang bagi pasien dan dokter / rumah sakit
Apa yang dimasud dengan
keterbukaan?
•Keterbukaan yang meliputi permintaan maaf (apologising)
dan penjelasan tentang apa yang sebenarnya telah terjadi
kepada pihak pasien yang mengalami suatu “patient safety
incident”.

•Komunikasi ini melibatkan profesi kesehatan, pasien dan


atau keluarganya
(tetapi tidak dengan lawyers/ kuasa hukumnya)
Mengapa keterbukaan perlu?

 Merupakan hal yang dikehendaki pasien.

 Secara etik dan moral merupakan hal yang benar

 Mengurangi biaya perkara hukum

 Sarana untuk memperoleh kembali kepercayaan pasien


Bagaimana praktik dinegara lain?

 Australian Open Disclosure Project

 JCAHO standards

 US National Patient Safety Foundation

 Kaiser Permanente and VA hospitals

 Academic research studies


The Australian open disclosure project
Dari projek ini telah terungkap bahwa pasien ingin:

 Diberitahu tentang masalah keselamatannya sehubungan


dengan kecelakaan yang menimpa dirinya
 Pengakuan perihal penderitaan yang mereka alami
 Ungkapan penyesalan dan belas kasihan (compassionate)
 Penjelasan faktual tentang apa yang sebenarnya telah terjadi
pada dirinya
 Rencana yang jelas tentang apa yang dapat dilakukan secara
medis untuk menanggulangi penderitaannya dan memperbaiki
keadaan
Being open: ‘Sorry Works!’
‘Sorry Works!’ merupakan programketerbukaan USA –didapati bahwa:

• Program ini menyurutkan amarah dan secara nyata mengurangi peluang


litigasi dan biaya litigasi

 organisasi yang telah membuktikan kesuksesan program ini: the University of


Michigan Hospital system, Stanford Medical Center, Children's Hospitals and
Clinics of Minnesota, and the VA Hospital in Lexington, Kentucky.
Making amends
DH survey interviewed 8,000 members of the public:

 34% want an apology or explanation;

 23% want an inquiry into the causes;

 17% want support to cope with the consequences;

 11% want financial compensation;

 6% want disciplinary action.


Duty of candour
(frankness, openness)
Making Amends and General Medical Council emphasise the
importance of a duty of candour:
“If a patient under your care has suffered serious harm,
through misadventure or any other reason, you should act
immediately to put it right, if possible. You should explain
fully to the patient what has happened and the likely short
and long term effects. When appropriate you should offer
an apology.”

GMC, Good Medical Practice Guide, 2001


Being open and litigation
NHSLA and Welsh Risk Pool support openness and
honesty with patients:
“It seems to us that it is both natural and desirable for those involved
in treatment which produces an adverse result, for whatever reason,
to sympathise with the patient and the patient’s relatives and to
express sorrow and regret at the outcome.
Such expressions of regret would not normally constitute an
admission of liability, either in part or full, and it is not our policy to
prohibit them, or to dispute any payment, under any scheme, solely
on the grounds of such an expression of regret.”
NHSLA, 2002
Butir-butir Pembelajaran

 Bila permintaan maaf tidak segera dilakukan, pasien /


keliuarga akan bertambah marah
 Permintaan maaf (apology) lebih baik daripada sekedar
ungkapan simpathi.
 Persiapan diri adalah hal yang sangat penting..
 Kata2 yang digunakan dokter / RS bisa saja tidak ada artinya
bagi pasien / keluarga
 Jangan mengedepankan “blame”.
Actions for healthcare organisations
 Develop and implement a local Being open policy by
June 2006.

 Identify local Being open leads and clinicians to attend


Being open training workshops.

 Raise awareness of the Being open e-learning locally


and ensure staff have access to it.
SITUASI DI INDONESIA

Different culture
Different social context
LITIGIOUS SOCIETY
MASYARAKAT
• Budaya menggugat
• Mengambil kesempatan demi keuntungan ekonomis

LAWYER
• Kurang mampu melakukan pembuktian sebab akibat
dalam suatu perkara
• Pemahaman keliru pada sebagian lawyer bahwa
ungkapan maaf / simpati adalah “pengakuan” yang
dapat dijadikan alat bukti di pengadilan

PROVIDER
• Akuntabilitas kurang
AKUNTABILITAS PROFESI
• Dalam setiap pelayanan kesehatan terdapat peluang
terjadi kecelakaan medis yang bukan akibat kelalaian
maupun akibat kelalaian
• Pada kecelakaan medis yang bukan akibat kelalaian
tenaga kesehatan / sarana kesehatan tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum
• Pada kecelakaan medis akibat kelalaian tenaga
kesehatan / sarana kesehatan harus (siap)
bertanggungjawab, bukannya dengan segala cara
melakukan tindakan menghindari tanggungjawab
KONSEP PEDULI RISIKO DALAM KULTUR INDONESIA

• Peduli mencegah Risiko (yang akan menimpa pasien) –


DUTY OF DUE CARE (against the Risk to Patients)

• Kenihilan konsep “RISIKO” Masyakarat KOMUNAL


Masyarakat HIERARKHIS
• Kenihilan konsep “KEPEDULIAN”

Apa dampak budaya peduli terhadap risiko yang


akan menimpa pasien...?

HERKUTANTO 19
INCIDENT

Clinical Privileges Tindakan Medis

Clinical Privileges Tindakan Medis

Clinical Privileges Tindakan Medis

Clinical Privileges Tindakan Medis


ACCIDENT
BASIC CONCEPT

2/24/2020 21
International Medical Liability System, CMPA, 2005
LANGKAH SETELAH TERJADI KTD / SENTINEL

1. Disclose all the material fact


2. Pemulihan keadaan dan Mengurangi Penderitaan Pasien
3. Melakukan Kegiatan Root Cause Analysis (RCA) dengan
benar
4. Monitoring ketat terhadap kemungkinan timbulnya kasus
KTD / Sentinel serupa
5. Pelaporan kasus sentinel

2/24/2020 22
Importance

• Most people want to know what is happening

• Communication Strengthens the provider- patient


relationship

• Fosters collaboration

• Encourages realistic goals and autonomy

• Permits patients and families to plan and cope


Six Steps of Breaking Bad News

1. Creating the right 4. Sharing the information with the


atmosphere patient and family members or
supportive other persons
2. Finding out what the
patient knows 5. Responding to the patient’s
(and others) feelings
3. Finding out what the
patient wants to know 6. Creating a plan for next steps
and follow-up

Preparation Phase
Adapted from Robert Buckman, MD
Strategies for dealing with risk
• Risk avoidance: do not perform cardiac surgery
• Risk reduction: counseling prior to plastic surgery
• Risk retention: take a $100 to a $250 deductible on malpractice
• Risk transfer: full insurance with low deductible scheme

Severity

Frequency Low High


High Risk reduction Risk avoidance
Low Risk retention Risk transfer

James R.Posner, Insurance and Health Care Cost Containment


In Hospital Quality Assurance: Risk Management and Program Evaluation
Aspen Pub., @1984
SERIOUS UNPROFESSIONAL CONDUCT

Dokter / Rumah Sakit yang


• Enggan memikul konsekuensi finansial saat terjadi
kelalaian
• Enggan melakukan antisipasi konsekuensi finansial bila
terjadi kelalaian (dengan asuransi)

• tidak akuntabel
• tidak layak disebut professional
• Tidak pantas terlibat dalam pelayanan kesehatan
TIPS
BEDAKAN (jangan dikacaukan)
• Hubungan Dokter – Pasien
– Pasien tidak menggunakan pengacara / belum
menggugat
– Hubungan professional, Asas kepercayaan
– Harus terbuka

• Hubungan Tergugat – Penggugat


– Pasien menggunakan pengacara / mulai menggugat
– Hubungan Hukum, Bukan Asas Kepercayaan
– Tidak boleh terbuka
KEKELIRUAN DALAM KETERBUKAAN
1. Menganggap pasien adalah pengacara yang siap menuntut tenaga
kesehatan / rumah sakit, dengan sikap:
– Curiga, dan menghindari komunikasi
2. Menganggap pengacara adalah pasien, yang siap berdialog dengan
tenaga kesehatan / rumah sakit, dengan sikap
– Memberi penjelasan dengan harapan bila penjelasan dipahami,
maka tidak akan diajukan gugatan
3. Menganggap diri sendiri (dokter / RS) adalah pengacara yang
berusaha mematahkan gugatan dengan
– Melakukan pembelaan diri agar terkesan tidak melakukan
kesalahan
KESIMPULAN
• Keterbukaan setelah terjadi suatu kecelakaan PERLU
dilakukan dengan pasien, bukan dengan pengacara /
kuasa hukumnya

• pengacara / kuasa hukum pasien harus dihadapi oleh


pengacara / kuasa hukum dokter / rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai