Anda di halaman 1dari 10

PERLAWANAN RAKYAT BANTEN

TERHADAP BELANDA (VOC)


A. LATAR BELAKANG
• Banten sebagai kesultanan memiliki potensi geografis dan potensi alam
yang membuat para pedagang Eropa khususnya hendak menguasai Banten.
Secara geografis, Banten terletak di ujung barat pulau Jawa, dimana jalur
perdagangan Nusantara yang merupakan bagian dari jalur perdagangan Asia
dan Dunia. Selain itu, letaknya yang dekat dengan selat Sunda menjadikan
Banten sebagai pelabuhan transit sekaligus pintu masuk ke Nusantara
setelah Portugis mengambilalih Malaka pada tahun 1511.
• Potensi alam yang dimiliki Banten pun merupakan daya tarik tersendiri,
dimana Banten adalah penghasil lada terbesar di Jawa Barat dan penghasil
beras dengan dibukanya lahan pertanian dan sarana irigasi oleh Sultan
Ageng Tirtayasa. Selain dari potensi alam dan letak geografis, VOC
memerlukan tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai pusat pertemuan.
Letak Belanda yang jauh dari wilayah Nusantara menyulitkan untuk
mengatur dan mengawasi kegiatan perdagangan. Dengan pertimbangan
tersebut, Banten dipilih sebagai Rendez-vous yaitu pusat pertemuan, dimana
pelabuhan, kantor-kantor dapat dibangun, dan fasilitas-fasilitas
pengangkutan laut dapat disediakan, keamanan terjamin dan berfungsi
dengan baik. Hal inilah yang membuat VOC dibawah pimpinan Gubernur
Jendral Joan Maetsuyker hendak menguasai Banten.
B . TOKOH – TOKOH PERLAWANAN RAKYAT
BANTEN TERHADAP VOC
• Sultan Agen Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode
1651 - 1683. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu,
VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan
Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan
menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu, Sultan Ageng
Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar.
• Arya Purbaya ( Putra dari Sultan Ageng Tirtayasa )
Pangeran Purbaya juga diangkat menjadi putra mahkota baru karena
Sultan Haji (putra mahkota sebelumnya) memihak VOC. Setelah berperang
sekian lama, Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya tertangkap bulan Maret 1683,
dan Banten pun jatuh ke tangan VOC. Pangeran Purbaya dan istrinya yang
anti VOC bernama Raden Ayu Gusik Kusuma lalu melarikan diri ke Gunung
Gede. Penderitaan Purbaya membuat dirinya memutuskan untuk menyerah.
Namun, ia hanya mau dijemput oleh perwira VOC yang berdarah pribumi.
Saat itu VOC sedang sibuk menghadapi gerombolan Untung Suropati. Kapten
Ruys pemimpin benteng Tanjungpura berhasil membujuk Untung Suropati
agar bergabung dengan VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung
Suropati bersedia. Ia pun dilatih ketentaraan dan diberi pangkat Letnan.
Untung Suropati kemudian ditugasi menjemput Pangeran Purbaya di tempat
persembunyiannya. Namun datang pula pasukan VOC lain yang dipimpin
Vaandrig Kuffeler, yang memperlakukan Purbaya dengan tidak sopan.
Sebagai seorang pribumi, Untung Suropati tersinggung dan menyatakan diri
keluar dari ketentaraan. Ia bahkan berbalik menghancurkan pasukan Kuffeler.
• Pangeran Purbaya yang semakin menderita memutuskan tetap menyerah
kepada Kapten Ruys di benteng Tanjungpura. Sebelum menjalani
pembuangan oleh Belanda pada April 1716, Pangeran Purbaya memberikan
surat wasiat yang isinya menghibahkan beberapa rumah dan sejumlah
kerbau di Condet kepada anak-anak dan istrinya yang ditinggalkan.[1]
Sedangkan istrinya Gusik Kusuma konon pulang ke negeri asalnya di
Kartasura dengan diantar Untung Suropati.
C . PROSES PERLAWANAN BANTEN TERHADAP
VOC
• Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan
Ageng Tirtayasa) dan puteranya bernama Pangeran Purbaya (Sultan Haji). Sultan
Ageng Tirtayasa dengan tegas menolak segala bentuk aturan monopoli VOC dan
berusaha mengusir VOC dari Batavia. Pada tahun 1659, perlawanan rakyat Banten
mengalami kegagalan, yaitu ditandai oleh keberhasilan Belanda dalam memaksa
Sultan Ageng Tirtayasa untuk menandatangani perjanjian monopoli perdagangan.
• Pada tahun 1683, VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera) antara
Sultan Ageng Tirtayasa dengan puteranya yang bernama Sultan Haji, sehingga
terjadilah perselisihan antara ayah dan anak, yang pada akhirnya dapat
mempersempit wilayah serta memperlemah posisi Kerajaan Banten. Sultan Haji
yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemenangan
Sultan Haji atas bantuan VOC tersebut menghasilkan kompensasi dalam
penandatanganan perjanjian dengan kompeni. VOC diberi hak untuk memonopoli
perdagangan di seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
• Perjanjian tersebut menandakan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC
dapat dipadamkan, bahkan Banten dapat dikuasai oleh VOC. Pertikaian
keluarga di Kerajaan Banten menunjukkan bahwa mudahnya rakyat Banten
untuk diadu domba oleh VOC.
• Sultan ageng berusaha merebut kembali kesultanan banten dari sultan haji
yang didukung VOC. Pada tahun 1682 pasukan ageng tirtayasa berhasil
mengepung istana sultan haji, tapi sultan haji langsung meminta bantuan
VOC. Akhirnya sultan ageng agung dapat dipukul mundur, tapi sultan
ageng tirtayasa dapat meloloskan diri bersama anaknya purbaya ke hutan
lebak. Dan akhirnya 1683 Sultan ageng di tangkap dan di tawan di batavia
sampai meninggalnya pada tahun 1692.
• Pada tahun 1750, terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Sultan Haji
(yang menjadi raja setelah menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa), atas
tindakan Sultan Haji (rajanya) yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya
sendiri. Perlawanan rakyat Banten ini dapat dipadamkan oleh Sultan Haji
atas bantuan VOC. Sebagai imbalan jasa, VOC diberi hak untuk
memonopoli perdagangan di seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
D. BENTUK – BENTUK PERLAWANAN BANTEN
TERHADAP VOC
• Beberapa yang dilakukan misalnya mengundang para pedagang Eropa lain
seperti Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng juga
mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Asia seperti
Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina.
• Sultan Ageng juga mengirim beberapa pasukannya untuk mengganggu
kapal-kapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di Batavia. Dalam
rangka memberi tekanan dan memperlemah kedudukan VOC, rakyat Banten
juga melakukan perusakan terhadap beberapa kebun tanaman tebu milik
VOC.
• Dibangun saluran air atau irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian
dan dimaksudkan juga untuk memudahkan transportasi perang
E . AKIBAT PERLAWANAN BANTEN TERHADAP
VOC
• Pelabuhan Banten yang dulunya ramai menjadi sepi
• Banyak korban yang berjatuhan tetapi VOC masih belum bisa ditaklukan
pada masa itu
• Hubungan antara Banten dan VOC menjadi kurang baik

Anda mungkin juga menyukai