Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pengampu : RD Rahayu, S.Psi, M.

Psi

Kelompok 3 :
1. Asri Nofiayuliati P2722402007
2. Ayu Dian Puspitsari P2722402008
3. Desintya Arifah Syam P2722402009
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan
kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa.
Kasus gawat darurat maternal adalah kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.

Kegawatdaruratan dapat terjadi selama proses kehamilan, antara lain :


1. Abortus
2. Solusio Plasenta
3. Plasenta Previa
4. Preeklampsia dan Eklampsia
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta berada pada bagian atas uterus.
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik
posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang
sempurna menutupi os serviks.
Klasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta Previa Parsialis
3. Plasenta Previa Marginalis
4. Plasenta Previa Letak Rendah
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan fisiologik, maka
klasifikasinya akan berubah setiap waktu.
 Penyebab serius perdarahan pada plasenta previa biasanya terjadi
dengan kondisi sebagai berikut :
1. Paritas : Pada paritas tinggi kejadian plasenta previa makin besar
karena keadaan endomentrium kurang subur.
2. Usia Ibu : Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35
tahun.
3. Riwayat pembedahan rahim : Kejadian plasenta previa meningkat
pada ibu dengan riwayat seksio sesarea di sebabkan karena
endometrium yang cacat akibat bekas luka sayatan.
4. Kehamilan Kembar : Pada kehamilan kembar ukuran plasenta lebih
besar dari ukuran normal dan tempat implantasinya membutuhkan
ruang yang luas.
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan
Penyebab utama perdarahan trimester ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang
khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit. Perdarahan diperkirakan terjadi dalam
hubungan dengan perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks
mulai membuka.
Perdarahan tanpa nyeri

Perdarahan Berulang

Darah berwarna merah segar


His biasanya tidak ada
TANDA DAN GEJALA
Tidak teraba tegangan saat palpasi

Terdapat denyut jantung janin

Teraba jaringan plasenta

Penurunan kepala tidak masuk PAP


Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan:
1. Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam
PAP.
2. Terjadi kesalahan letak janin.
3. Partus prematurus karena adanya rangsangan
koagulum darah pada serviks.

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus:


1. Letak janin yang tidak normal menyebabkan
partus akan menjadi patologik.
2. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah
dapat terjadi prolaps funikulli.
3. Sering dijumpai inersia primer.
4. Perdarahan
Penatalaksanaan pada plasenta previa ini
menggunakan Terapi ekspektatif (pasif) yang
bertujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak
terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis.
 Syarat-syarat terapi ekspektatif :
1. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit
yang kemudian berhenti.
2. Belum ada tanda-tanda inpartu.
3. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar
hemoglobin dalam batas normal).
4. Janin masih hidup.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni sebelum anak lahir.

Dalam plasenta terdapat banya pembuluh darah yang


memungkinkan pengaturan zat nutrisi dari ibu kejanin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa
kehamilan maka mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Klasifikasi Solusio Plasenta :


1. Solusio Plasenta Ringan
2. Solusio Plasenta Sedang
3. Solusio Plasenta Berat
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis.
Desidua kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang
melekat ke endometrium. Akibatnya, proses ini pada tahapnya yang
paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi
plasenta yang ada di dekatnya.

Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami


rupture sehingga menyebabkan hematom retroplasenta, yang sewaktu
membesar semakin banyak pembuluh darah dan plasenta yang
terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan
mencapai tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi,
uterus tidak dapat berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah yang
robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta.
TANDA DAN GEJALA

1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri


di perut yang terus menerus
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras.
4. Fundus uteri makin lama makin naik.
5. Auskultasi DJJ sering negative.
6. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan
kesakitan
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari
luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya
solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi solusio plasenta yang dapat terjadi, antara lain :
1. Syok perdarahan
2. Gagal ginjal
3. Kelainan pembekuan darah
Harus segera dilakukan langkah- langkah untuk memperbaiki
hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang
masih berimplantasi dapat dipulihkan.
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti
dengan melakukan tindakan seksio caesaria, namun seksio sesaria
kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat.
Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga
menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan
pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras
sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah
secara agresif.

Anda mungkin juga menyukai