Anda di halaman 1dari 48

FITOKIMIA I

STANDARISASI SIMPLISIA
DAN STANDRISASI EKSTRAK
STANDARISASI SIMPLISIA

Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan


asal/simplisia, karenanya sebelum diproses
menjadi ekstrak, simplisia/bahan awal yang akan
diekstraksi harus pula distandarisasi.
Dua faktor yang mempengaruhi mutu simplisia
adalah faktor biologi dan kimia.
Faktor Biologi yaitu:
1. Identitas jenis (spesies), jenis tumbuhan
sampai pada tahap sub species atau varietas.
2. Lokasi tumbuhan asal. Lokasi merupakan
faktor eksternal, yaitu lingkungan dimana
tumbuhan bereaksi bisa berupa energi (cuaca,
temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa
organik dan anorganik)
4. Periode pemanenan hasil tumbuhan.
Pemanenan yang dilakukan tidak pada
waktunya bisa mempengaruhi kandungan
senyawa.
5. Penyimpanan bahan tumbuhan. Ruang atau
wadah yang digunakan untuk menyimpan bisa
mempengaruhi mutu senyawa tanaman.
6. Umur tanaman dan bagian yang digunakan.
Hal ini sangat menentukan keberadaan
senyawa kimia seperti klorofil yang terdapat di
daun.
 Faktor Kimiawi simplisia meliputi beberapa hal,
yaitu seperti jenis, komposisi dan Analisa
kualitatif.
STANDARISASI EKSTRAK
 Stadarisasi ekstrak adalah penentuan parameter kualitatif
dan kuantitatif baik terhadap senyawa aktif maupun senyawa
khas lainnya dan sifat kimianya.
 Tujuan dari standarisasi ekstrak antara lain
mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam ekstrak.

 Kualitas dan kuantitas ekstrak ditentukan oleh kualitas dan


kuantitas simplisia, metode ekstraksi, perbandingan ukuran
alat ekstraksi, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang
digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan
kandungan pestisida.

 Parameter yang ditetapkan dalam standarisasi ekstrak


antara lain: parameter non spesifik dan parameter spesifik.
PARAMETER DAN METODE UJI EKSTRAK

PARAMETER NON SPESIFIK


1. Susut Pengeringan dan Bobot Jenis

 Parameter susut pengeringan

 Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada


temperatur 105 oC selama 30 menit atau
sampai berat konstan, yang dinyatakan
sebagai nilai persen.
 Dalam hal khusus (jika bahan tidak
mengandung minyak atsiri dan sisa
pelarut organik menguap) identik dengan
kadar air, yaitu kandungan air karena
berada di atmosfer/ lingkungan udara
terbuka.
 Tujuan: Memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang banyaknya jumlah
yang hilang pada proses pengeringan.
 Parameter bobot jenis
 Masa per satuan volume pada suhu kamar
tertentu ( 25 oC ) yang ditentukan dengan alat
khusus piknometer atau alat lainnya.
 Tujuan: Memberikan batasan tentang besarnya
massa per satuan volume yang merupakan
parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak
pekat (kental) yang masih dapat dituang.
2. Parameter Kadar Air
Pengukuran kandungan air yang berada di
dalam bahan, dilakukan dengan cara titrasi,
destilasi, atau gravimetri.
Tujuan: Memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air di
dalam bahan.

Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu


metode kimia analitik untuk menentukan kuantitas
suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan
cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni
setelah melalui proses pemisahan.
3. Parameter Kadar Abu
Bahan dipanaskan pada temperatur dimana
senyawa organik dan turunannya terdestruksi
dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral
dan anorganik.
Tujuan: Memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
4. Parameter Sisa Pelarut
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu
(yang memang ditambahkan) yang secara umum
dengan kromatografi gas. Untuk ekstrak cair
berarti kandungan pelarutnya, misalnya kadar
alkohol.
 Tujuan: Memberikan jaminan bahwa selama
proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang
memang seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan
untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut
(alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan.
5. Residu pestisida
Menentukan kandungan sisa pestisida yang
mungkin saja pernah ditambahkan atau
mengkontaminasi pada bahan simplisia
pembuatan ekstrak.
Tujuan: Memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang
ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi
kesehatan.
6. Cemaran logam berat
Menentukan kandungan logam berat
secara spektroskopi serapan atom atau
lainnya yang lebih valid.
Tujuan: Memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung logam berat
tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi nilai
yang ditetapkan karena berbahaya
(toksik) bagi kesehatan.
7. Cemaran mikroba
Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang
patogen secara analisis mikrobiologis.
 Tujuan: Memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak boleh mengandung mikroba patogen dan
tidak mengandung mikroba non‐patogen
melebihi batas yang ditetapakan karena
berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan
berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
a. Uji Angka Lempeng Total
b. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform
c. Uji Angka kapang dan khamir
d. Uji Cemaran Aflatoksin.
a. Uji Angka Lempeng Total
Pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil
setelah cuplikan diinokulasikan pada media
lempeng agar dengan cara tuang dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai.
b. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform
Pertumbuhan bakteri coliform setelah
cuplikan diinokulasikan pada media cair yang
sesuai, adanya reaksi fermentasi dan
pembentukan gas di dalam tabung durham.
Parameter Cemaran Kapang, Khamir dan
Aflatoksin
Menentukan adanya jamur secara
mikrobiologis dan adanya aflatoksin
dengan KLT.
Tujuan: Memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung cemaran
jamur melebihi batas yang ditetapkan
karena berpengaruh pada stabilitas
ekstrak dan aflatoksin yang berbahaya
bagi kesehatan.
c. Uji Angka kapang dan khamir
Pertumbuhan kapang dan khamir setelah
cuplikan diinopkulasikan pada media
yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu
20-25 oC.
d. Uji Cemaran Aflatoksin.
 Pemisahan isolat aflatoksin secara
Kromatografi Lapis Tipis.
PARAMETER NON SPESIFIK
1. Parameter Identitas ekstrak
Deskripsi tata nama:
1. Nama ekstrak (generik, dagang/ paten)
2. Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
3. Bagian tumbuhan yang digunakan
rimpang, daun, dsb)
4. Nama Indonesia tumbuhan
Ekstrak dapat mempunyai senyawa
identitas, artinya senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode
tertentu.
Faktor eksternal seperti metode ekstraksi,
perbandingan ukuran alat ekstraksi,
kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut
yang digunakan dalam ekstraksi,
kandungan logam berat dan kandungan
pestisida.

Tujuan: Memberikan identitas objektif


dari nama dan spesifik dari senyawa
identitas.
N,N-Dipropyl ammonium N′,N′-
dipropylcarbamate (DPCARB) was
synthesized from dry ice and
dipropylamine
2 Parameter Organoleptik ekstrak.
Penggunaan pancaindera
mendeskripsikan bentuk, warna, bau,
rasa sebagai berikut :
1. bentuk : padat, serbuk-kering, kental,
cair.
2. warna : kuning, coklat, dll
3. bau : aromatik, tidak berbau, dll
4. rasa : pahit, manis, kelat, dll
 Tujuan: Pengenalan awal yang sederhana
seobjektif mungkin.
3. Senyawa terlarut pada pelarut tertentu
 Melarutkan ekstrak dengan pelarut
(alkohol atau air) untuk ditentukan
jumlah solut yang identik dengan jumlah
senyawa kandungan secara gravimetri.
 Tujuan: Memberikan gambaran awal
jumlah senyawa kandungan.
UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK

1. Pola kromatogram.
Ektrak ditimbang, diekstraksi dengan
pelarut tertentu dan cara tertentu,
kemudian dilakukan analisi
kromatogram sehingga memberikan
pola kromatogram yang khas.
Tujuan: Memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia
berdasarkan pola keomatogram (KLT,
KCKT, KG).
2. Kadar total golongan kandungan kimia.
Dengan penerapan metode spektrofotometri,
densitimetri, titrimetri, grafimetri atau lainnya
dapat ditetapkan kadar golongan kandungan
kimia.
Metode harus sudah teruji validitasnya,
terutama selektivitas dan batas linearitas.
ada beberapa golongan kandungan kimia yang
dapat dikembangkan dan ditetapkan metodenya,
yaitu:
 1. Golongan minyak atsiri
 2. Golongan steroid

 3. Golongan tanin

 4. Golongan flavonoid

 5. Golongan triterpenoid (saponin)

 6. Golongan alkaloid

 7. Golongan antrakinon

 Tujuan: Memberikan informasi kadar


golongan kandungan kimia sebagai
parameter mutu ekstrak dalam kaitannya
dengan efek farmakologis.
3. Kadar kandungan kimia tertentu.
Dengan tersedianya suatu kandungan kimia
yang berupa senyawa identitas atau senyawa
kimia utama ataupun kandungan kimia
lainnya, maka secara kromatografi
instrumental dapat dilakukan penetapan
kadar kandungan kimia tsb.
Intrumen yang dapat digunakan adalah
Densitometer, Kromatografi Gas,
Kromatografi Cair Kinerja Tinggiatau
instrumen lain yang sesuai.
 Metode penetapan kadar harus diuji
dahulu validitasnya, yaitu batas deteksi,
selektivitas, linearitas, ketelitian,
ketepatan, dll.
 Tujuan: Memberikan data kadar
kandungan kimia tertentu sebagai
senyawa identitas atau senyawa yang
diduga bertanggung jawab pada efek
farmakologi.
 Contoh adalah penetapan kadar
androgafolid dalam ekstrak sambiloto
secara HPLC atau penetapan kadar
pinostrobin dalam ekstrak temu kunci
secara densitometri.
 Bila parameter tersebut telah ditetapkan
nilainya, maka pada proses pembuatan
ekstrak, upaya yang dilakukan adalah dalam
rangka mencapai nilai‐nilai minimal dari
setiap parameter tersebut.
 Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa
ektrak tersebut mempunyai nilai parameter
tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih
dahulu.
 Terpenuhinya standar mutu produk/bahan
ektrak tidak terlepas dari pengendalian
proses, artinya bahwa proses yang tersandar
dapat menjamin produk tersandar.
PUSTAKA
 Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.

Anda mungkin juga menyukai