kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. 2. Echocardiogram : biasa diebut echo adalah garis luar grafik dari gerakan jantung. Tes echocardiogram bertujuan untuk melihat gelombang-gelombang frekuensi yang disebut ultrasound dari bilik-bilik jantung, memeriksa kerusakan yang berada pada katup jantung. 3. Acute Coronary Syndrome Suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pectoris tidak stabil (APTS), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevesi segmen ST (non-ST elevation miocardial infaction atau STEMI), infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST. 4. Atherosclerosis Suatu proses pengerasan pada pembuluh darah yang ditandai oleh penimbunan sejumlah substansi berupa endapan lemak, kolesterol, trombosit, sel makrofag, leukosit, kalsium dan produk sampah seluler lainnya yang terbentuk didalam lapisan tunika intima hingga tunika media. 5. Plaque Penumpukan kolesterol low-densitiy lipoprotein (LDL) di dalam dinding pembuluh darah, yang akan mengalami proses oksidasi oleh radikal bebas. LDL yang teroksidasi ini ternyata menyebabkan iritasi pada dinding pembuluh darah sehingga memicu adanya respon peradangan. 6. Palque ruptur Robeknya pembuluh darah akibat ketegangan dari regangan yang diakibatkan oleh aliran darah. 7. Blood clot Gumpalan darah yang terbentuk oleh trombosit dan fibrin seperti gel atau semi padat untuk menghentikan perdarahan yang apabila terbentuk secara tidak tepat dapat menyebabkan masalah karena aliran darah melewati gumpalan berkurang. 8. Coronary artery spasm Penyempitan arteri koroner karena spasme yang dapat menyebabkan aliran darah tersumbat sehingga otot jantung akan kekurangan oksigen. 9. Coronary artery dissection Kondisi darurat yang tidak biasa terjadi ketika air mata terbentuk disalah satu pembuluh darah di jantung yang dapat memperlambat atau menghalagi aliran darah ke jantung, menyebabkan serangan jatung dan kelainan irama jantung. 10. Decompensatio cordis suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung. 11. ST elevasi di Lead II, III dan aVF Elevasi segmen ST sering dikaitkan dengan infark miokard (st elevation myocardial infarction/ STEMI) padahal tidak semua elevasi dari segemen ST disebabkan oleh kondisi tersebut. 12. Pemeriksaan CKMB Pemeriksaan CKMB (Creatinin Kinase Myocardial Band) merupakan salah satu pemeriksaan penunjang laboratorium yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan otot jantung. 13. Coronary Angioplasty Coronary Angioplasty atau PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) atau dikenal dengan sebutan PCI (Percutaneous Coronary Intervention) adalah tindakan minimal infasif dengan melakukan pelebaran dari pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon dan dilanjutkan dengan pemasangan stent (gorong-gorong) agar pembuluh darah tersebut tetap terbuka. 14. TIMI (thrombolysis in Myocardial infarction) Skor Risiko TIMI adalah skema prognostikasi sederhana yang mengkategorikan risiko kematian dan kejadian iskemik pasien dan memberikan dasar untuk pengambilan keputusan terapeutik. 15. Bypass atau CABG CABG (coronary artery bypass grafting) adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memintas (jalan memutar) artery jantung yang tersumbat untuk memulihkan aliran darah normal ke otot jantung. Selama prosedur CABG, pembuluh darah sehat dari bagian lain tubuh, termasuk vena kaki atau artery mamae internal diangkat melalui pembedahan dan dijahitkan ke sekitar bagian tersumbat dari artery yang terpengaruh, sehingga membuat rute untuk mengalirkan darah yang kaya oksigen memintas sebagian artery jantung yang tersumbat dan memulihkan aliran darah normal ke jantung. 16. Atrial Fibrillation (AF) Atrial Fibrillation (AF) adalah simptoma denyut abnormal yang terjadi di jantung, yang ditandai dengan aktivitas atrium yang cepat dan tidak efektif serta kontraksi ventrikular yang tidak teratur. 17. Cardioversion Cardioversion adalah proses yang memaksa jantung untuk berdetak dalam ritme yang normal dengan menggunakan obat- obatan atau alat elektrik. 18. Catheter ablation Catheter ablation adalah prosedur untuk membuat bekas luka kecil di jaringan jantung untuk mencegah sinyal listrik abnormal bergerak melalui jantung. 19. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) menyerupai alat pacu jantung dan keduanya digunakan untuk menangani aritmia. ICD lebih umum digunakan pada pasien yang mengalami bagian ventricular fibrillation (VF). VF adalah kedutan serius pada jantung yang berkontribusi pada gagal jantung, karena darah tidak terpompa dengan seharusnya. Identifikasi Masalah 1. Apa penyebab dari decompensasi cordis atau gagal jantung? 2. Apa masalah utama pada pasien gagal jantung? 3. Apa saja macam-macam dari decompensasi cordis? 4. Bagaimana tanda dan gejala dari decompensasi cordis? 5. Faktor apasaja yang menyebabkan decompensasi cordis? 6. Bagaimana penatalaksanaan decompensasi cordis? 7. Pemeriksaan apa yang dilakukan pada pasien decompensasi cordis? 8. Diagnosa yang mungkin muncul? 9. Rencana keperawatan yang akan dilakukan? Curah Pendapat 1. Apa penyebab dari decompensasi cordis atau gagal jantung? a) kemampuan kontraktilitas yang menyebabkan kerusakan serabut otot jantung. b) Penurunan volume sekuncup. c) Penurunan curah jantung. d) Aterosclerosis koroner. e) Hipertensi sistemik atau pulmonal. f) Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif. g) Penyakit jantung lain. 2. Apa masalah utama pada pasien gagal jantung? Kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu di pengaruhi 3 faktor yaitu : preload, kontraktilitas, afterload, jika salah satu dari 3 tersebut terganggu maka curah jantung berkurang. 3. Apa saja macam-macam dari decompensasi cordis? a. decompensasi cordis kiri : Decompensasi Cordis kiri terjadi karena gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat. Hal ini menjadi beban atrium kiri dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri saat diastolik, akibatnya terjadi kenaikan rata-rata dalam atrium kiri. b. decompensasi cordis kanan : Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncupnya menurun tanpa didahului adanya gagal jantung kiri. Akibat tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan akan meningkat dan menjadi beban bagi atrium dalam mengisi ventrikel kanan saat diastolik yang berakibat naiknya tekanan atrium kanan dan dapat menyebabkan hambatan pada aliran masuk darah dari vena kava superior dan inferior ke jantung pada akhirnya menyebabkan bendungan pada vena – vena tersebut (vena jugularrs dan vena porta) bila berlanjut terus maka terjadi bendungan sitemik yang lebih berat dengan timbulnya edema tumit dan tungkai bawah serta asites. c. decompensasi cordis kongestif : Decompensasi Cordis congestif terjadi bila gangguan jantung kiri dan kanan terjadi bersamaan dengan ditandai adanya bendungan paru dan bendungan sistemik pada saat yang sama. 4. Bagaimana tanda dan gejala dari decompensasi cordis? a. decompensasi cordis kiri — Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru, tanda dan gejala yang terjadi yaitu : — Dispnoe — Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND) — Mudah lelah — Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk. — Kegelisahan dan kecemasan — Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. — Batuk b. Decompensasi cordis kanan ―Kongestif jaringan perifer dan viseral. ―Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan. ―Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. ―Anoreksia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen. ―Nokturia ―Kelemahan. c. decompensasi cordis congestif Gejalanya merupakan gabungan Dekompensasi Cordis kiri dan kanan. 5. Faktor apasaja yang menyebabkan decompensasi cordis? a. Kebiasaan merokok Yaitu bahwa rokok mengandung nikotin dan zat beracun yang berbahaya dan dapat merusak fungsi jantung. Nikotin pada rokok dapat meningkatkan faktor resiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapnya kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras. b. Hipertensi Yaitu meningkatnya tekanan darah sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah tersebut, aliran darah pada pembuluh koroner juga naik. c. Obesitas Yaitu penumpukan lemak tubuh, sehingga menyebabkan kerja jantung tidak normal dan menyebabkan kelainan. d. Kolesterol tinggi Yaitu mengendapnya kolesterol dalam pembuluh darah jantung koroner menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi lebih berat. e. Diabetes Mellitus Karena kadar glukosa yang berlebih bisa menimbulkan penyakit yang agak berat dan bersifat herediter. f. Ketegangan jiwa atau stres Stres terjadi bias meningkatkan aliran darah dan penyempitan pada pembuluh darah koroner. g. Keturunan h. Kurang makan sayur dan buah 6. Bagaimana penatalaksanaan decompensasi cordis? a. Operatif Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain : — Revaskularisasi (perkutan, bedah) — Operasi katup mitral — Aneurismektomi — Kardiomioplasti — External cardiac support — Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular — Implantable cardioverter defibrillators (ICD)Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart — Ultrafiltrasi, hemodialisis b. Non medikamentosa. Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi dengan tirah baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari. c. Medikamentosa Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung, sampai edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE- inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan. Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) dimana digitalis memiliki manfaat utama dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini. Pemakaian obat dengan efek diuretik- vasodilatasi seperti Brain Natriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut. 7. Pemeriksaan apa yang dilakukan pada pasien decompensasi cordis? a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular. b. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur katub atau penurunan kontraktilitas ventrikular. c. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding. d. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi atau perubahan kontrktilitas. (Wilson Lorraine M, 2001) e. Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi fleura yang menegaskan diagnosa CHF. f. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air. (Nursalam M, 2002) 8. Diagnosa yang mungkin muncul? a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan: perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan struktural b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan: ketidakseimbangan antar suplai oksigen, kelemahan umum, tirah baring lama atau immobilisasi. c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium atau air. 9. Rencana keperawatan yang akan dilakukan? a. Penurunan curah jantung - Pantau tekanan darah, nadi, heart rate - Auskultasi bunyi napas - Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah - Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien b. Intoleransi Aktifitas - Pantau tensi, nadi, RR sebelum dan sesudah aktivitas sesuai indikasi - Batasi pengunjung sesuai keadaan klinis klien - Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien - Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitas c. Kelebihan Volume Cairan - Monitor ststus hidrasi - Monitor intake dan output - Pantau tanda-tanda vital